Sepulang dari restoran, Bara mengantar Amanda sampai depan rumah Arman. Terlihat mobil Arman sudah berada di halaman rumah.
"Ada sepatu wanita." Amanda melihat sepasang sepatu berada di halaman rumah Arman.
"Assalamu alaikum." salam dari Amanda ketika akan memasuki rumah. Terlihat sepi saat Amanda memasuki rumah.
"Kemana mereka semua?" gumam Amanda ketika mendapati rumah terasa sepi. Amanda segera masuk ke kamarnya untuk beristirahat.
"Ternyata lebih cantik aku dari pada pelakor itu." Amanda menatap wajahnya di cermin. "Mas, apa yang sudah diberikan Vera padamu sehingga kamu seperti itu?" hati Amanda kembali teriris ketika kembali teringat foto kebersamaan suaminya bersama dengan Vera.
Selesai bercermin, Amanda segera mandi dan mengerjakan kewajibannya sebagai hamba. Tak lupa doa yang terus dia panjatkan untuk keluarganya yang jauh darinya. Selesai melakukan aktivitas rutinnya, Amanda merebahkan tubuhnya di ranjang seraya mulai menelusuri dunia maya. Amanda tak sengaja melihat status Arman yang sedang bersama dengan Vera di sebuah galeri perhiasan."Sepertinya aku harus membuka kedok Vera." Amanda mulai mencari cara untuk mencari informasi mengenai Vera.
Tok tok tok
Suara pintu kamar Amanda diketuk seseorang. Amanda segera membuka pintu untuk melihat siapa yang sudah mengetuk pintunya.
"Amanda." Arman menatap sendu wajah mantan istrinya.
"Iya, ada apa Mas?"
"Bisa keluar? aku ingin bicara." "Bicara apa lagi? aku sudah kamu talak jadi tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Tolong segera diurus surat cerainya, Mas!" Amanda akan menutup pintu namun Arman dengan sigap menahan pintu agar tidak tertutup."Apa apa, Mas?" Amanda semakin kesal dengan sikap Arman.
"Tolong jauhi Bara, aku tak suka melihatmu bersamanya." ucapan Arman membuat Amanda ingin tertawa.
Selama ini Bara banyak membantunya disaat sedang sulit ataupun bahagia. Bara selalu mendukung dan memberikan nasehat terbaik untuk Amanda.
"Apa maksudmu, Mas? Bara temanku, jadi wajar dong jika aku dekat dengannya. Lagian dia lelaki yang baik, bukan sepertimu yang pelit dan doyan wanita." Amanda kemudian menutup pintu keras - keras sehingga menimbulkan suara.
"Man, Manda! buka pintunya." Arman terus saja meminta Amanda untuk membuka pintu kamarnya.
"Sial! kenapa aku jadi ragu saat bersama Vera?" gumam Arman yang mulai timbul rasa ragu di hatinya. Amanda adalah cinta pertama Arman, sehingga dirinya menyesal sudah mengucapkan kata talak pada Amanda.
Arman termenung dengan apa yang telah dia lakukan. Dia bahagia karena Vera mengatakan hamil anaknya sedangkan hatinya tak mampu melepaskan Amanda. Apalagi Amanda semakin terlihat cantik sekarang ini.
Tok tok tok
"Arman, tolong jelaskan pada ibu, siapa wanita ini!" bu Ratna meminta penjelasan mengenai foto Arman bersama dengan Vera di sebuah hotel.
"Dia, em dia."Arman sepertinya ragu dengan jawaban yang akan diucapkan.
"Apa dia yang mengandung anak kamu?" Bu Ratna menebak yang ada di dalam pikiran Arman.
"Iya, bu!" bukannya marah karena anaknya melakukan perzinaan, bu Ratna malah menunjukkan rasa bahagia.
"Jadi ibu akan memiliki cucu darimu, Nak?" Bu Ratna begitu bahagia mendengar jawaban anaknya.
"Ibu setuju?" Arman kembali meyakinkan ibunya.
"Kenalkan pada ibu, Nak! bagaimana dengan Amanda?"
"Kemarin Arman sudah mengucapkan talak padanya." raut wajah Bu Ratna semakin sumringah. Selama ini Bu Ratna tak pernah menganggapnya sebagai menantu hanya karena Amanda berasal dari kampung. Jadi bu Ratna menganggapnya sebagai wanita kampungan.
Meskipun berasal dari kampung tetapi pemikiran Amanda tidaklah kampungan. Usaha butik yang dikembangkannya semakin maju. Butik dengan harga terjangkau dan kualitas cukup baik.
"Bagus! kamu memang anak yang pintar," Bu Ratna mengulas senyum sembari mengusap rambut Arman.
"Jadi dia sudah pergi dari rumah ini?"
"Belum, dia ada di kamar sebelah dan tetap tinggal sampai sidang perceraian kami selesai," wajah bu Ratna kembali muram. Takut jika anaknya akan kembali rujuk dengan Amanda.
"Boleh ibu bicara dengannya?"
"Sebaiknya tidak perlu, Bu!" Arman mencegah ibunya ketika akan berbicara dengan Amanda. Arman tahu sifat ibunya, pasti ibunya akan memaki dan menghina Amanda.
"Apa kamu masih mencintainya?" Bu Ratna menatap wajah anaknya lekat - lekat. Arman memang masih mencintai Amanda sampai saat ini tetapi terhalang dengan hubungannya bersama Vera.
"Diam berarti iya! buat apa kamu mencintainya, memberi keturunan juga tidak," Bu Ratna kembali mengucapkan kata - kata buruk mengenai Amanda.
"Ya, Arman menyesal sudah menceraikannya namun Arman tak mungkin melepas Vera yang tengah hamil anakku.:
"Kalau begitu, lepaskan Amanda! beres kan? ibu hanya ingin menantu yang kaya dan bisa memberikan keturunan," ucapan ketus dari bibir Bu Ratna."Tapi, Bu!
"Turuti apa kata ibumu, Mas! aku juga tak akan lama kok disini. Sampai sidang selesai, aku akan keluar dari rumah ini." Amanda memberikan dukungan mantan suaminya untuk menuruti ibunya.
"Heh kamu, ngapain menguping pembicaraanku dengan Anakku!" bu Ratna marah dengan kemunculan Amanda yang tiba - tiba.
"Tak sengaja mendengar ucapan Mas Arman dan ibu, Amanda meyakinkan Mas Arman agar menuruti kemauan ibunya." jawab Amanda dengan nada santai.
"Ingat, ya! setelah bercerai tidak ada harta gono gini yang dibagi. Kamu kesini tidak membawa apa - apa, jadi keluar juga tidak membawa apa - apa!" bu Ratna menghardik Amanda dengan ucapan kasar.
"Saya juga tidak meminta harta gono gini, Bu! biarpun penghasilan saya tidak sebanyak Mas Arman tetapi saya lebih bahagia dan tenang bisa mencukupi kebutuhan sendiri," jawaban Amanda semakin membuat Bu Ratna marah.
"Halah, gaji kecil saja belagu! kamu bakal menyesal dan sengsara karena bercerai dengan Arman." Amanda hanya tersenyum mendengar umpatan Bu Ratna, mantan mertuanya.
"Yakin? kita lihat saja nanti akhirnya, Bu! siapa yang bakalan menyesal dan sengsara." Amanda berlalu meninggalkan anak dan ibu di ruang tengah.
"Arman, besok Ibu akan tinggal di sini! ibu malas dikejar - kejar hutang terus," Arman terkejut dengan ucapan ibunya barusan.
"Ya dibayar, Bu hutangnya. Masa malah ditinggal kabur. Bisa juga dengan menjual rumah Ibu untuk membayar hutang Ibu," Arman mengusap rambutnya dengan kasar. Ternyata sifat ibunya tidak berubah, suka menghambur - hampurkan uang demi gengsi.
"Ibu tidak mau menjual rumah, enak saja jual rumah Ibu! mending rumah kamu saja yang dijual untuk membayar hutang Ibu. Kamu kan anak lelaki, Ibu. Jadi wajib berbakti pada Ibumu!" Bu Ratna tak mau mengalah dengan anaknya.
"Besok pagi, Ibu akan membawa barang - barang Ibu kemari dan Ibu minta disiapkan kamar yang sekarang ditempati Amanda. Titik!" bu Ratna bersidekap di depan anaknya yang semakin frustasi.
Arman hanya mampu menghela nafas kasar atas sikap ibunya yang selalu minta dituruti. Apapun yang diminta ibunya, Arman harus menurutinya. Bahkan tak segan - segan mengatakan bahwa Arman anak durhaka.
"Iya, iya! besok Arman akan bicara dengan Amanda." Arman menyanggupi permintaan ibunya.
"Baiklah! Ibu akan pulang, besok pagi siapkan Ibu sarapan yang enak karena Ibu kemari setelah subuh." bu Ratna pergi meninggalkan Arman yang diam terpaku atas sifat ibunya.
Ting
Sebuah pesan dari Vera.
[Sayang, tolong segera urus perceraian secepatnya dan usir mantan istrimu yang ganjen itu] pesan dari Vera.
"Bagaimana ini, Amanda meminta sampai iddahnya selesai. Tetapi ibu dan Vera meminta Amanda segera keluar dari sini."
"Aku harus bicara baik - baik dengan Amanda." Arman beranjak untuk menemui Amanda.
"Ada perlu apa, Mas?" Arman terkejut melihat Amanda berada di depannya.
"Maaf, Man. Ibu, ingin....
"Aku tahu, Mas! ibumu memintaku untuk keliar dari sini dengan alasan kamarku akan dipakai, santai saja kali Mas. Aku besok akan keluar kok!" Amanda santai menanggapi mantan suaminya. Arman sepertinya tak enak hati pada Amanda."Maafkan aku, Mand!" Arman hanya menunduk tak mampu menatap Amanda. Tak dapat dipungkiri, rasa cinta pada Amanda masih terpatri dalam palung hati Arman.
"Santai saja kali, Mas! oh ya selamat ya, akan menjadi seorang ayah!" Amanda mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Arman.
Arman tak langsung mengulurkan tangannya, dia hanya termenung karena akan berpisah dengan Amanda.
"Kenapa, Mas? jangan ragu dengan keputusanmu," Arman tersentak dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Amanda. Arman memaksa tersenyum di depan Amanda meski hatinya tersayat - sayat.
"Nah gitu, dong! lelaki tuh harus gentle! sudah ya, aku akan mengemas barang - barangku. Dan jangan lupa gugatan cerainya segera diurus." Amanda kembali ke kamarnya untuk mengemas barangnya agar besok pagi bisa langsung dimasukkan ke dalam mobilnya.
[Bar, besok aku mau izin dulu, aku harus pindah rumah ke rumahku yang ada di komplek itu. Semua pihak Arman memintaku untuk segera keluar] pesan yang di kirim oleh Amanda.
[Siap] balasan dari Bara. Di seberang sana Bara bahagia karena Amanda segera keluar dari rumah Arman.
'Akhirnya, perasaanku lega Amanda. Rasa khawatir jika Arman mengajakmu rujuk,' Bara tersenyum sendiri ketika Amanda akan pindah rumah.
"Senyum - senyum sendiri, pasti karena Amanda! Bara, ingatlah! dia masih bersuami. Dosa hukumnya jika berharap memiliki istri orang," bu Maya mengingatkan anak sulungnya agar tidak mendekati dosa besar.
"Ma, Amanda sudah bercerai. Sebentar lagi gugatan cerai diajukan si Arman. Dia bodoh sudah menyia - nyiakan Amanda." Bara memegang kedua pundak mamanya.
"Bercerai, kenapa?" bu Maya penasaran dengan keterangan mengenai Amanda.
"Penghianatan yang dilakukan Arman, Arman pula yang mentalak Amanda di depan selingkuhannya." bu Maya mengelus dada dengan sikap yang dilakukan Arman.
"Terus, Amanda tinggal dimana?"
"Besok dia akan tinggal di rumahnya," sahut Bara. "Wah, aku bisa main ke tempat kak Amanda dong." Rani adik Bara berusia 18 tahun tiba - tiba muncul dan duduk di samping kakanya. Bara mengusap kepala adiknya yang menggemaskan. Amanda memang dekat dengan adiknya bernama Rani.
"Rani doakan, semoga saja kak Amanda bisa berjodoh dengan Abang."
"Amin," sahut Bara.
Malam ini Amanda mengemas semua barang - barang pribadinya ke dalam beberapa box dan koper. Rencana besok akan dijemput Bara dan pindah ke rumah milik Amanda sendiri.[Man, maaf besok dibantu Rani ya! aku besok ada meeting penting] pesan dari Bara.[Siap] balasan dari Amanda. Amanda tahu jika pekerjaan Bara cukup banyak dari pada dirinya.Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu kamar Amanda ketika Amanda sudah selesai mengemas semua barang pribadinya."Ada apa, Mas?" Amanda terkejut melihat Arman sudah berada di depannya. Wajah Arman terlihat letih dan kusut."Bisa bicara sebentar? sebagai tanda perpisahan kita," Amanda sebenarnya tak ingin menanggapi permintaan Arman namun Amanda berusaha menghargai lelaki yang akan resmi menjadi mantan suami."Duduklah!" Amanda duduk tepat di depan Arman. Mereka sedang duduk santai di ruang keluarga."Man,""Iya,""Maafkan aku sudah membuatmu sakit hati karena ulahku." Arman member
Amanda dan Rani sesang berbincang - bincang di depan toko buku tiba - tiba dikejutkan kedatangan seorang wanita yang kurang bahan"Heh kampungan!" Vera datang tiba - tiba menghardik Amanda yang mengobrol dengan Rani."Oh kamu, ada perlu apa?" Amanda menanggapinya dengan santai. Rani yang geram segera ditahan oleh Amanda."Jangan coba - coba merayu Arman! kamu tuh sudah dicerai, jadi jangan ganggu Arman. Gara - gara kamu, Arman cuek padaku!" Rani tersenyum geli mendengar tingkah Vera yang ada di depannya.Alih - alih menyadari kesalahannya, Vera merasa seakan dirinya benar. Rani dan Amanda merekam kejadian saat Vera datang dan mengamuk pada Amanda."Aku tidak merayu Arman, bukannya itu sebaliknya? kamu yang merayu Arman dan merebutnya dariku. Kalau aku sih santai, silahkan saja ambil bekasku!" Amanda kembali duduk dan bersedekap melihat Vera seperti menahan malu karena di saksikan banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya.
Keesokan harinya ketika akan berangkat kerja, Amanda dikejutkan dengan kedatangan Bara yang tiba - tiba."Bara." Amanda menghampiri Bara yang bersandar di pintu mobilnya tersenyum ke arah Amanda."Ayo kita berangkat." Bara membukakan pintu moblinya untuk Amanda. Bara melajukan mobilnya menuju ke tempat kerja mereka."Bar, jangan terlalu merepotkan dirimu sendiri untuk menjemputku berangkat kerja." Amanda merasa tak enak hati jika harus dijemput Bara. Bara hanya tersenyum tanpa menoleh ke arah Amanda."Tidak ada yang direpotkan, kamu sahabatku jadi memang seharusnya seperti ini kan? oh ya bagaimana perceraianmu?""Oh ya, aku hampir lupa. Seharusnya aku segera menyuruh Mas Arman untuk mengurus perceraiannya." Amanda lupa jika perceraiannya belum diurus oleh Arman dan dirinya.Amanda bisa saja mengurusnya sendiri, namun dia ingin jika Arman yang mengurusnya sebagai penggugat perceraian."Kenapa tidak kamu urus sendiri?"
Sore hari sepulang bekerja, Ibunya Bara meminta Bara untuk mengantarkan belanja di pasar. Meski keluarga Bara termasuk keliarga berada namun tidak membuatnya gengsi dengan belanja di supermarket."Bukannya itu Bara." gumam Arman ketika berada di sebuah kedai kopi tepat depan pasar."Sudah ku kira, kamu itu anak mama dan gay." Arman terkekeh melihat Bara menemani Ibunya belanja.Bara diminta Ibunya menunggu di parkiran saja dan Barapun mengikuti perintah Ibunya."Hai laki - laki Gay." Arman sengaja membuat Bara semakin memanas. Akan menjadi kesempatan baginya jika Bara emosi dan memukulnya. Karena pasti akan banyak yang merekam kejadian yang mereka lakukan. Bara kembali sibuk memainkan ponsel tanpa memperdulikan Arman di depannya."Kamu budeg ya." Arman merasa geram karena tidak dihiraukan oleh Bara."Hai semuanya, pria ini ternyata Gay!" suara Arman semakin lantang untuk mempermalukan Bara di depan umum."Plak!"Satu tamp
Seperti biasa, pagi adalah aktivitas Amanda untuk kembali ke rutinitas seperti biasa. Hampir setiap hari juga Bara selalu menjemputnya untuk berangkat bekerja bersama - sama."Bu Amanda, ada titipan untuk Ibu." seorang resepsionis memberikan sebuah amplop coklat kepada Amanda."Apa itu, Man?" Bara ingin tahu dengan isi surat itu."Aku juga belum tahu, akan aku buka sekarang." Amanda membuka amplop itu di depan Bara. Senyum mengembang di binir Amanda ketika sebhah surat gugatan cerai dari Arman sudah dikabulkan. Kini dia tinggal mengikuti alur jalannya sidang."Surat cerai?" Bara mengernyitkan alisnya."Ini yang kutunggu sebenarnya, Bar." Amanda kembali memasukkan surat itu ke dalam amplopnya semula.Ada perasaan nyeri namun bercampur aduk dengan perasaan senang. Bagaimana tidak, pernikahan yang ia jalin bersama Arman sudah memasuki angka ke 3 tahun. Jika Arman tidak terlalu dekat dengan sekretarisnya, mungkin pernikahan akan selamat.
"Jangan tahan saya, pak. Saya tidak bersalah, Om yang selalu menggodaku untuk menjadi simpanannya karena aku dijanjikan uang yang banyak."Naya meraung - raung dikantor polisi supaya dirinya tidak ditahan. Namun semua bukti sudah dikumpulkan oleh sang istri Romi. Mulai dari chat, video bahkan foto mereka berdua sudah cukup menjadi bukti perselingkuhan mereka.Istri sah Romi hanya memandang sinis ke arah Naya yang meraung - raung tak karuan di depan polisi. Sedangkan Romi hanya tertunduk malu di depan semua keluarga istri sahnya dan juga polisi. Naya meminta izin untuk menghubungi keluarganya agar minta jaminan agar bisa dibebaskan dan polisi akhirnya memberikan waktu untuk Naya."Kamu sana dia itu sama saja. Sama - sama gatel." celetuk isri sahnya Romi."Halo, Bang. Tolong segera ke kantor polisi, aku tidak mau dipenjara." Naya menghubungi Arman agar membantunya bebas dari kasus yang menjeratnya.".....""Sudah deh, Bang! cepat kesini
Beberapa hari ini berita video viral Naya telah tersebar. Banyak hinaan yang dilontarkan netizen kepada Naya dan juga suami sah dari Romi. Bahkan Bu Ratna sempat jatuh sakit setelah melihat video anaknya."Sudahlah, Bu. Jangan terlalu dipikirkan, sekarang Naya sudah menjadi bagian dari mereka. Apalagi Nyonya Yeti juga siap untuk menceraikan suaminya. Itu akhirnya nanti Naya yang akan menjadi yang pertama."Arman mencoba menenangkan ibunya yang terus saja bersedih meratapi nasib anaknya yang viral karena video tersebut."Tante, makan dulu yuk!" Vera masuk ke kaar membawakan sarapan untuk Bu Ratna. Bu Ratna menatap Vera, Vera kemudia menyuapi sarapan untuk Bu Ratna."Kamu memang wanita terbaik untuk Arman," Bu Ratna mengusap rambut Vera dengan penuh bangga.Semalaman Vera menemani Bu Ratna atas permintaan Arman. Sesekali menemani malam Arman yang kesepian karena wanita. Mereka melakukan zina di kamar Arman meski belum resmi menikah."Sayang, m
Ting nungPagi - pagi sekali kedua orang tua Amanda sengaja berkunjung ke rumah Amanda. Mereka tidak memberi kabar terlebih dahulu. Pak Lukman dan Bu Siti sengaja memberi kejutan tepat di hari sidang pertama akan segera di adakan. Semua gang terjadi oleh Amanda telah di sampaikan oleh Adi kepada kedua orang tuanya."Ayah, Ibu dan Adi. Amanda kangen sekali, kenapa tidak memberi kabar?" Amanda terkejut ketika membuka pintu dan melihat ketiga orang yang sangat dicintainya tiba - tiba datang."Ayah juga sangat rindu dengan anak kesayangan Ayah," Pak Lukman memeluk Amanda begitu pula dengan Bu Siti, Ibu kandung Amanda."Ayo masuk semua," Amanda menggandeng kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam rumah. Semua kesedihan sirna sudah ketika bertemu dengan orang - orang yang sangat dicintainya."Amanda, Ayah hanya ingin bertanya sesuatu padamu, Nak! dan tolong jawab dengan jujur."Amanda terkejut mendengar ucapan Pak Lukman yang sepertinya serius.&nbs
Tiga hari usai mendapatkan tiket pemberian Faris, Bara mengajak Amanda pergi berlibur ke Disneyland selama sepekan. Melihat kebahagiaan Amanda apalagi tawa Amanda membuat Bara tak hentinya merasa bersyukur. Bara selalu menjaga senyum Amanda tetap terjaga tanpa pernah ingin menyakitinya sedikitpun. "Sayang, jujur aku bahagia sekali." Bara memeluk Amanda dari belakang ketika Amanda berdiri dekat jendela kaca kamar hotel mereka. Bara menghirup aroma wangi parfum tubuh Amanda."Aku juga Sayang, aku sangat bahagia bersamamu. Kebahagiaanku sudah lengkap hanya saja.."Kita akan berusaha dan berdoa agar segera dikaruniai buah hati lagi, Sayang." Amanda menggenggam tangan Bara yang melingkar di perutnya.Tiga bulan setelah berlibur dari Disneyland, Amanda mendapatkan hadiah tepat dihari ulang tahun Bara. Hadiah berupa garis dua yang tertera di tespacknya, Amanda diam - diam melakukan USG untuk memastikan jika dirinya tengah hamil tanpa memberitahukan kepada Bara. Bara begitu terharu dan sanga
Tiga minggu usai pulang dari rumah sakit, Bara tak hentinya menghibur Amanda supaya tidak terlarut dalam kesedihan. Dalam hati Bara memang berkeinginan untuk memilihi buah hati hanya dari rahim Amanda namun bagaimana lagi, pemilik alam bekehendak lain. Bagaimanapun ini adalah ujian dalam rumah tangganya."Sayang, jangan melamun dong." Amanda menerawang kaca di balkon. Bara memeluknya dari belakang sembari menikmati harumnya tubuh Amanda yang terawat. Amanda merasakan pelukan suami tercintanya sembari ikut menggenggam tangan Bara yang melingkar di pinggangnya."Aku tidak melamun, Sayang. Hanya rasa syukur memiliki suami terbaik sepertimu." Amanda berbalik menatap wajah Bara, perlahan kedua tangannya menangkup ke pipi Bara. Bara seketika membawa Amanda dalam dekapannya."Tak ada yang bisa menggantikanmu, Amandaku sayang." "Kita jalan - jalan yuk!" Bara mengajak Amanda untuk jalan - jalan sekedar refresing sejenak dari musibah yang telah menimpa keluarga kecilnya. Amanda dan Bara segera
Karena sudah tidak ada lagi hubungan dengan Rina, Tedi pagi ini berencana menemui Naya dan keluarganya untuk melamar Naya. Tedi melajukan mobilnya ke kediaman Naya dan keluarganya. Kedatangan Tedi disambut hangag oleh kedua orang tua Naya termasuk Naya dan Sony. Naya begitu canggung bahkan untuk menatap Tedi rasanya tidak mampu."Maaf sebelumnya, Om dan Tante. Niat Tedi kemari karena Tedi memiliki rasa cinta teramat besar pada Naya sehingga Tedi memberanikan diri untuk meminta restu kepada Om dan Tante." ucapan mulai sedikit tidak nyambung karena Tedi begitu grogi bahkan keringat dingin sebesar biji jagung mengalir deras. Takut jika niat baiknya melamar Naya ditolak oleh keluarga Naya. Frans dan Riana hanya tersenyum melihat kepolosan seseorang ketika mau melamar Naya. Sony yang ikut mendengarkan bahkan menahan tawa dan sesekali menggoda Naya."Iya, saya tahu jika kamu menyukai anak saya. Tapi saya rasa kurang tepat jika kamu menyukai Naya hanya dengan rasa cinta. Jika nanti kamu mene
Pagi ini Amanda tidak seperti biasanya. Amanda setiap hari akan bangun sebelum subuh untuk menyiapkan semuanya dibantu dengan Bu Maya, Ibu mertua yang selalu terbuka padanya. Namun kali ini Amanda tidur lagi usai shalat subuh. Bara menghampirinya memastikan jika Amanda baik - baik saja."Sayang, sudah siang loh. Ayo bangun." Bara menggoyang - goyangkan tubuh Amanda dengan pelan karena takut membuat Amanda sakit atau tidak nyaman."Badanku capek semua, Sayang." Sahut Amanda yang masih berada dalam selimut. Bara meletakkan punggung telapak tangannya di dahi Amanda."Alhamdulillah tidak demam, ya sudah istirahat saja, Sayang." Bara meninggalkan Amanda dan menuju ke dapur membuatkan sarapan untuk Amanda."Amanda mana? kok gak turun." Bu Maya melihat Bara turun sendiri."Amanda sedang tidak enak badan, Ma.""Biasa ibu hamil ya begitu, Mama dulu lebih parah dari Amanda saat hamil kamu." Bara menyimak penjelasan Bu Maya saat hamil dulu. Bara akhirnya mengerti tentang apa saja yang akan terja
Bu Fatimah mengamati dari kejauhan pada lelaki yang bersama dengan Rina. Lelaki itu bahkan terlihat mesra sama seperti Rina yang bergelayut manja. Usai dari Cafe, Rina dan Dodit menuju ke sebuah hotel yang berada di sebelah Cafe tempat nongkrongnya mereka berdua. Bu Fatimah segera mengikuti mereka berdua secara diam - diam supaya tidak kehilangan jejak.Rina dan Dodit masuk ke dalam sebuah kamar. Bu Fatimah menuju ke resepsionis dan meminta nomor kamar Rina dan Dodit sekarang, akan tetapi pihak hotel tetap merahasiakan privasi pengunjung hotel. Bu Fatimah mengatakan jika pihak wanita adalah calon tunangan anaknya sehingga pihak hotel akhirnya memberikan nomor kamar yang Rina dan Dodit.Bu Fatimah segera naik ke lantai dua tepat nomor kamar yang disewa Rina dan Dodit.tok tok tokBu Fatimah mengetuk pintu dan betapa terkejutnya ketika Rina membuka pintunya dan masih memakai lingerie merah. "Ri - Rina?""Ta - Tante?" Rina terkejut sekali melihat Bu Fatimah memergokinya sedang bersama
Meskipun mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya namun Naya tetap merasa tidak percaya diri. Masa lalu yang begitu kelam tak lebih dari pelacur murahan yang dipakai orang banyak. Naya tak bisa tidur memikirkan ekspresi Tedi nanti seandainya Naya sudah mengungkapkan isi hatinya."Bantu hamba, Ya Allah." ucapan tersebut yang selalu dia lantunkan, berharap dari kekuasaan Allah yang menentukan akan nasibnya.Ting[Bang Tedi besok mau bicara sebentar dengan Naya. Bolehkan?] sebuah pesan dari Tedi[Iya boleh, Bang] balas Naya dengan harap - harap cemas.[Istirahat besok kita makan di warung biasanya] Tedi mengacak bicara Naya di warung Bh Faridah.[Baik, Bang Tedi jangan pernah kecewa ketika mengetahui apa Naya sampaikan besok] Tedi terkejut dengan pernyataan Naya, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan Naya dan akan diungkapkan besok. Semalaman mereka berdua tidak ada yang bisa tidur karena memikirkan pertemuan besok. Perasaan mulai maju mundur ketika dirinya harus mengungkapkan s
Meskipun Naya hidup bersama kedua orang tuanya yang cukup kaya, namun Naya tak serta merta memanfaatkan semua harta Ibunya. Naya tetap bekerja di tempatnya yang lama karena sudah merasa nyaman. Riana bahkan meminta sopir untuk mengantar jemput Naya ketika bekerja.Tedi selalu saja terbayang wajah Naya yang selalu tersenyum. Tedi ingin sekali bertemu dengan Naya dan menyatakan cintanya, tak peduli siapapun yang akan mencekal hubungannya dengan Naya.Seperti biasa, di waktu istirahat Tedi akan menunggu Naya di warung tempat Naya membeli minum. Tedi kali ini membawa kue brownis untuk Naya berharap Naya mau menerima pemberian sederhananya.Tak butuh waktu lama, Naya muncul dan menuju ke warung tempat Tedi berada. Perasaan Tedi mulai tak beraturan saat Naya mulai berjalan mendekati warung. Pemilik warung yang sudah lama mengenal Tedi sebagai pelanggan setia warungnya. "Suka dengannya?" celetuk Bu Farida ketika melihat tatapan Tedi mengarah pada Naya."Banget, Emak." sahut Tedi tanpa melih
Bu Ratna kembali merasakan sakit di kakinya, nanah kembali keluar dari luka bekas luka palsu. Baunya begitu amis dan anyir sehingga Bu Ratna segera ke kamar mandi membersihkannya meski harus mengesot untuk sampai ke kamar mandi. Berkali - kali Bu Ratna membersihkan lukanya dengan air, nanah itu selalu keluar kembali. Satu jam Bu membersihkan lukanya, Bu Ratna segera ke ruang tamu untuk mengoleskan salep anti septik ke dalam lukanya. Berharap jika lukanya segera sembuh seperti sedia kala.Bu Ratna merasa pengap jika pintunya ditutup dan segera membukanya supaya lebih segar dan sejuk. Namun beberapa tetangga kontrakannya merasa terganggu dengan aroma yanh ditimbulkan oleh luka Bu Ratna. Beberapa orang yang lewat bahkan sampai menutup hidungnya karena tidak kuat."Bu, tolong dong lukanya itu dibawa kerumah sakit supaya tidak bau seperti ini." Mak Rika termasuk salah satu penghuni kontrakan menegur Bu Ratna, namun bukannya menyahuti dengan baik, Bu Ratna malah bersikap sok jagoan meski ti
Pagi ini Riana beserta suami dan anak mereka pergi mengunjungi Naya di kosnya. Rencananya Bu Ratna akan mengajak Naya sekedar menikmati kebersamaan di taman."Assalamu alaikum." Riana mengucap salam di depan pintu kamar Naya. Ceklek"Waalaikum salam." Naya membuka pintu dalam posisi masih menggunakan mukenah karena habis melaksanakan shalat dhuha dan mengaji sebentar."MasyaAllah Naya." Riana menangkupkan kedua tangannya ke pipi Naya. Kecantikannya begitu natural dan manis."Ibu, ayo masuk dulu." Naya mempersilahkan masuk Riana dalam kamarnya. Riana masuk ke kamar sembari melihat - lihat kamar kos sederhana milik Naya. Hanya terdapat dipan beserta kasur berukuran single, lemari dan meja. Terdapat juga sebuah kipas dinding sebagai penghilang rasa panas. Karena kos Naya khusus untuk wanita maka Frans dan Sony menunggu di mobil."Nay, ikut Ibu, yuk!""Kemana?""Jalan - jalan, Papa kamu ada di bawah dengan Adikmu, Sony. Dia ingin sekali bertemu denganmimu, pengen tahu dengan Kakak peremp