“Sialan!” Aiden tidak henti-hentinya mengumpat. “Kenapa dia bisa ada di sana?” “Siapa yang ada di sana?” Sebagai manajer, tentu saja Kira akan bertanya. “Damian.” “Lah? Lantas kenapa tidak kau hajar saja dia? Sekalian bawa ke kantor polisi.” “Kak Kira pikir itu gampang?” tanya Aiden dengan mata membulat. “Keadaan Aju sedang tidak baik-baik saja. Aku tidak bisa meninggalkan dia bersama kakek tua yang tidak bisa apa-apa dan mengejar Damian.” “Siapa yang kau sebut kakek tua?” Tidak terima diejek, Raja memukul kepala sang cucu. “Kenapa Kakek harus marah sih?” tanya Aiden dengan nada kesal. “Yang kukatakan kan kenyataan.” “Kakek memang sudah tua, tapi bukan berarti tidak berguna!” hardik Raja benar-benar emosi. “Kau pikir siapa yang menjalankan perusahaan, sejak papamu tidak ada? Lagi pula, ada Lisa dan Dono. Kau pikir apa gunanya asisten dan sopirku?” “Bisa kalian semua berhenti bertengkar?” tanya Tiara ikutan menjadi kesal. “Apa kalian tidak lihat kalau Aju sedang diperiksa?” S
“Apa-apaan ini?” Sisilia bertanya dengan ekspresi kesal dan kedua tangan terlipat di depan dada. “Apanya?” “Kenapa lelaki sialan ini ikut dengan kita?” desis perempuan yang kesabarannya sudah habis itu. “Bukankah dia hanya jadi sopir saja?” “Hei.” Mendengar dirinya diejek, Ray tentu tidak akan tinggal diam. “Aku ini sahabat baiknya Aiden loh. Masa dibilangi sopir sih?” “Ya memang sopir!” hardik Sisilia benar-benar tidak bisa lagi menutupi rasa kesalnya. “Seharusnya kau pergi setelah mengantarkan kami berdua ke sini.” “Sayang sekali, tapi Ray tidak akan pergi.” Pusing mendengar suara melengking perempuan yang dia ajak kencan, Aiden pada akhirnya menengahi. “Dia akan bersama dengan kita.” “Loh, masa kencan bertiga sih?” Tentu saja Sisilia akan protes. “Kalau kau tidak mau kencan bertiga, aku akan pulang.” Aiden tentu tidak segan mengancam. “Iya deh, iya.” Walau dengan kaki mengentak, Sisilia pada akhirnya setuju juga. “Tapi kau tidak boleh dekat-dekat. Aku tidak ingin kau
Aiden berlarian di lorong rumah sakit. Tidak peduli kalau nanti dia akan dimarahi perawat yang bertugas. Toh, ini bukan pertama kali baginya, terutama sejak Aju jadi langganan di rumah sakit ini. “Apa yang terjadi?” Aiden mendorong pintu rumah sakit dengan kasar, sampai membuat orang-orang yang ada di dalam tersentak. “Aiden.” Tiara langsung bangun dan menghampiri lelaki yang baru datang itu, sembari menempelkan jari telunjuk di depan bibir. “Jangan ribut.” “Maaf, tapi ada apa? Apa maksudnya tadi yang di telepon?” tanya Aiden dengan suara lebih pelan dan mata menatap ke arah ranjang pasien. Ada Aju yang tertidur di sana. “Sepertinya kita gagal.” Kali ini, Kira yang berbicara. “Aju bukannya bertambah baik, tapi malah kembali mengalami kemunduran.” “Maksudnya?” Jelas saja Aiden akan bingung dengan pernyataan itu. “Dia kembali jadi anak-anak.” Kali ini, Tiara yang menjelaskan dengan suara pelan. “Bahkan lebih parah dari sebelumnya. Dia tidak mengingat kita semua.”Kedua bola mata
“Apa Aiden masih marah?” tanya Aju dengan hati-hati. “Menurutmu?” Bukannya menjawab, Kira malah balik memberikan pertanyaan dengan nada kesal. “Jangan diambil hati.” Tiara mengelus lengan sang selebriti yang tengah cemberut itu. “Dia hanya perlu sedikit waktu.” “Siapa pun akan marah sih.” Kini Kira malah makin memojokkan rekannya. “Aku saja sudah menolak ketika kau ingin mempermainkan Aiden, tapi malah dipaksa. Padahal dia adalah orang yang paling khawatir denganmu, tapi malah dipermainkan. Orang sabar itu kalau marah seram loh.” Kepala Aju makin tertunduk ketika mendengar ceramah dari sang manajer. Dia mengaku salah, tapi niatnya tidak jahat. Aju hanya ingin sedikit mengerjai Aiden. Siapa yang sangka akan ketahuan secepat itu dan membuat Aiden benar-benar marah, sampai meninggalkannya begitu saja di rumah sakit. Padahal hari ini Aju sudah keluar dari rumah sakit. Padahal sang selebriti berharap bisa dijemput oleh lelaki yang amat dia sukai itu, tapi semuanya berantakan gara-gar
“Aju.” Kira memanggil dengan nada kesal. “Apa kau mendengarku?” “Oh, maaf. Ada apa?” tanya Aju dengan ringisan pelan. “Kita hari ini akan live untuk masalah gosipmu yang dibesar-besarkan oleh Sisilia, jadi fokuslah sedikit.” Aju makin meringis mendengar itu. Masalah dengan Sisilia memang bisa dikatakan sudah selesai karena rupanya Ray berhasil menahan perempuan itu untuk tidak kabur. Setelah dia dilaporkan pada ayahnya pun, akhirnya Sisilia mau memberi tahu tentang Damian. Sesuai dengan yang pernah dikatakan Sisilia, Damian bersembunyi di salah satu apartemen milik perempuan itu. Urusan dengan keluarga Aju juga sedang dalam masa penyelidikan, tapi sang selebriti tidak sedang memikirkan hal itu. “Kenapa dua hari yang lalu dia berhenti,” desis sang selebriti di dalam hati. “Padahal kan aku sedang ingin.” Yap. Aju sedang memikirkan kejadian dua hari yang lalu, di hari dia pulang dari rumah sakit. Ketika Aiden melakukan hal-hal nakal pada tubuhnya, tapi berakhir tanpa melakukan
“Love you and miss you so much.” Wajah Aiden langsung memerah mendengar kalimat itu. Aju yang sangat jarang menyatakan cinta, tiba-tiba saja mengatakannya di depan umum. Mungkin tidak banyak yang tahu Aiden, tapi tetap saja ini agak memalukan, sekaligus menyenangkan. “Cieh, yang dapat pernyataan cinta.” Ray tentu saja tidak ragu untuk mengejek sahabatnya. “Apa kau tidak bisa diam?” Aiden langsung melotot karena biar bagaimana mereka masih di kampus. “Bagaimana kalau ada orang yang dengar.” “Apalagi sih yang ingin kau sembunyikan?” tanya Ray dengan mata berputar karena gemas. “Aju saja tidak keberatan menunjukkan kalau sekarang kalian bersama, jadi tidak masalah kalau seisi kampus tahu.” “Iya sih, tapi belum tepat.” Aiden menggeleng pelan. “Maksudku, aku belum cukup pantas untuk Aju.” “Astaga, Den!” Ray benar-benar gemas dengan sang sahabat. “Kalau Aju saja tidak masalah, kenapa kau malah mempermasalahkan hal itu. Lagi pula, kau kan akan mewarisi perusahaan.” Yang dikatakan Ray
“Selamat pagi.” “Selamat pagi juga, Aju.” Tiara membalas sapaan itu dengan sama hangatnya. “Hari ini kau terlihat sangat bersemangat, apa ada sesuatu yang baik terjadi?” “Ada sih, tapi aku tidak akan mengatakannya.” Aju mengedipkan mata dengan jahil. Jujur saja, ini membuat Tiara agak terkejut. Hari ini memang Aju sudah kembali bekerja seperti biasa dan akan melanjutkan pemotretan dengannya, tapi tidak disangka kalau sang selebriti akan seriang itu. Jangankan Tiara, Kira sebagai manajer saja merasa bingung. [Malaikat: Baby, aku sudah sampai di tempat Tante Tiara dan akan bekerja. Kamu juga yang semangat ya di kampus.] Aju menyempatkan diri mengirimkan pesan itu pada sang kekasih dan membuatnya makin tersenyum. Iya, dirinya dan Aiden pada akhirnya resmi menjadi kekasih lagi. Itu pun setelah Aju berhasil membuat Aiden tersipu malu dengan kalimatnya sendiri. Aiden sudah mengakui perasaan dan ketakutannya akan masa
“Eh? Aku juga ikut?” tanya Aju dengan kedua mata yang membulat karena terkejut. “Untuk apa Aju harus ikut?” Kini Aiden yang bertanya dengan mata melotot. “Kita kan hanya akan pergi ke rapat umum pemegang saham. Aju tidak perlu ikut.” “Justru karena kita akan pergi ke rapat itu, makanya Aju harus ikut.” Sayangnya, Raja tetap kukuh pada pendiriannya. “Kecuali kalau hari ini Aju ada jadwal kerja.” “Hari ini tidak ada sih, tapi ....” Jujur saja Aju sangat bingung dengan ajakan yang sangat tiba-tiba ini. “Tapi memangnya tidak masalah? Aku kan tidak bakal ngapa-ngapaiin di sana. Nanti malah mengganggu saja.” “Kau tidak akan mengganggu, justru kau akan bosan.” Aiden yang berbicara. “Aku tidak ingin kau bosan ketika mengikuti rapat yang memang membosankan itu.” “Rapat membosankan kepalamu.” Raja tidak segan memukul cucunya. “Kinerjamu selama magang di kantor akan dinilai semua orang.” “Tapi tetap saja rapat itu pasti akan membosankan bagi Aju.” Aiden yang tidak mau kalah, malah berdeba