"Hah, Ricky!" Valen sangat kaget saat melihat wajah orang yang memegang tangannya dari belakang ini. Valen yang baru saja hendak merekam rekaman suara untuk menyatakan kerinduannya pada Evan, kini sudah menekan perekam di handphonenya dan menaruh handphonenya di atas gantungan dinding dekat pintu. "Aku sudah tahu semua tentang kamu dan ayah dari muridmu, kamu harus pindah apartemen. Ayo ikut aku," tandas Ricky dengan wajah tegang."Hah? Dari mana kamu tahu?""Setelah kamu menolak aku, aku mulai mengikuti lalu lintas chat di grup sekolah kamu yang sudah aku ikuti sejak kamu jadi guru di sekolah kamu."Valen baru mulai merasakan kalau Ricky mulai ada sifat obsesif terhadap dirinya. "Dan dari grup itu, aku tahu pembicaraan-pembicaraan mereka tentang kamu, kalau kamu sudah jadi pelakor dalam hubungan rumah tangga dari orang tua salah satu murid di sekolah itu. Karena itu, aku datang untuk menyelamatkan kamu!""Lalu dari mana kamu tahu Apartemen ini?" tanya Valen sambil melirik ke arah
Evan membawa tas milik Valen dan juga koper milik Valen ini, untuk dibawanya masuk ke dalam apartemennya Valen.Evan langsung menutup pintu apartemennya Valen dari dalam. Setelah itu, Evan masuk ke dalam apartemennya Valen ini dan langsung memanggil-manggil nama Valen di ruang tamu, berharap Valen keluar dari kamar."Valen. Halo. Valen. Kamu dimana?"Tidak ada jawaban. Evan masuk ke dalam kamar-kamar yang ada di dalam apartemennya Valen ini, juga masuk hingga ke kamar mandinya. Karena dia masih belum juga menemukan Valen."Valen? Kamu di mana, sayang? Kamu di mana?" Evan terus memanggil-manggil Valen tapi tanpa hasil. Valen bak lenyap ditelan bumi.Evan membuka pintu apartemennya Valen ini dan dia putuskan untuk menuju apartementnya di sebelah.Siapa tahu Valen menyusulnya ke sebelah karena dia tidak memenuhi janjinya pada Valen untuk kembali dalam waktu satu jam. Tapi, saat kembali ke apartemennya, baik pengawalnya, pengasuh Anak-anaknya, hingga Anak-anaknya, baik Karly maupun Reva
"Bagus. Lakukan semua itu," tegas Evan. "Siap, bos.""Pantau bandara, dan stasiun kereta api dan bus. Jangan sampai Ricky membawa orang yang penting bagiku itu keluar dari kota ini.""Baik, bos."Setelah memutuskan hubungan telepon dengan Fariz, tiba-tiba handphone milik Evan berdering. Ternyata yang menelpon adalah Umay.Evan putuskan untuk tidak mengangkat telepon dari Umay ini.Evan sadar kalau tidak ada gunanya dia menunggu di sini karena nampaknya Valen sudah dibawa pergi oleh Ricky.Karena itu, dia segera keluar dari apartemennya Valen ini untuk menuju ke arah tangga darurat.Sambil naik lift ke arah lantai 1, Evan sudah supirnya untuk siap sedia di depan pintu masuk apartemen. Sesampainya di mobilnya, dia secepatnya keluar dari kawasan apartemen ini. Handphone milik Evan berdering. Evan sempat melirik sebentar dan ternyata panggilan handphone itu berasal dari Flora.Lagi-lagi Evan tidak mengangkat teleponnya dan lebih memilih untuk menunggu telpon dari Fariz. Evan menginstr
"Aku ingin tidur dengan kamu bidadariku," kata Ricky sambil menyeringai dengan tatapan mesum ke arah Valen.Mendengar kata-kata Ricky ini, Valen tahu kalau Ricky mengharapkan dia untuk menjadi pemuas nafsu Ricky pada saat ini dan Valen tidak mau menjadi pemuas nafsu Ricky.Sekarang ini, Valen sudah terlalu mencintai Evan. Dia cuma ingin memberikan tubuhnya kepada Evan, dia tidak mau memberikan tubuhnya kepada Ricky.Apalagi setelah keinginan Evan untuk meninggalkan Jojo dan mendekati Valen serta menawarkan kehidupan berdua pada Valen yang membuat Valen semakin tidak mau berhubungan dengan Ricky ini.Kalau beberapa bulan sebelumnya, mungkin Valen masih akan menerima cinta Ricky, tapi sekarang ini, doa tidak mau lagi menerima Ricky karena hatinya cuma untuk Evan. Valen akan merasa dirinya berselingkuh kalau harus menerima cinta Ricky.Walaupun selama bertahun-tahun Valen berharap akan cinta Ricky untuknya tetapi semua itu tidak tersisa lagi pada saat ini setelah dia menemukan sosok Eva
Baik Valen maupun Ricky, sama-sama tidak mengenal satupun dari orang-orang yang sekarang ini berada di depan pintu apartemen yang sudah terbuka itu.Sebelumnya Ricky pikir yang datang adalah pengurus apartemen ini, tapi ternyata bukan, dan dia tidak mengenal satupun dari wajah-wajah yang berada di depannya ini.Sementara itu, Valen berusaha melihat-lihat ke arah luar. Dia sedang mencari wajah tampan milik Evan yang dia harapkan berada di depan sana untuk menjadi pangeran penolong bagi dirinya, tapi, ternyata tidak ada wajah Evan di depan sana.Satu hal yang diduga oleh Ricky adalah, orang-orang ini kemungkinan salah alamat, dan karena takut Valen akan memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur darinya, karena itu, Ricky langsung bergerak ke depan Valen untuk menghalangi Valen dari pandangan orang-orang di depannya ini."Siapa kalian?" tanya Ricky dengan tatapan mengancam."Anda tidak perlu tahu siapa kami, Pak Ricky," kata salah seorang diantara orang-orang itu yang memiliki kumis tebal
Ricky mengambil senjata api genggam dari dalam tasnya. Setelah itu, dia segera mengacungkan senjata apinya ke arah Jarot sambil membuka bajunya untuk memperlihatkan peledak di tubuhnya. Jarot jadi sangat kaget melihat senjata api yang diacungkan Ricky ke arahnya itu. Lebih kaget lagi saat melihat kabel-kabel di balik baju Ricky. Teman-teman Jarot juga kaget. Beberapa di antara mereka nampak mulai merogoh ke balik bajunya tetapi Djarot memberikan isyarat kepada mereka untuk tidak melakukan itu.Ricky mengeram dan dengan tangannya yang satu, dia memberi isyarat kepada Djarot dan yang lainnya untuk menjauh dari posisi mereka sebelumnya.Jarot dan beberapa temannya yang sebelumnya berada di dekat pintu apartemen yang disewa Ricky ini, kini mulai menjauh setelah melihat senjata api yang terarah ke arah mereka.Setelah itu, Ricky mulai melangkah keluar apartemen sambil menarik tangan Valen.Djarot dan orang-orangnya langsung menjauh saat Ricky, dengan membawa senjata api itu, terus berjal
Valen jadi sangat kaget dan sekaligus gembira karena orang yang keluar dari dalam lift itu adalah Evan.Di lain pihak, begitu Evan hendak keluar dari pintu lift, Evan melihat Valen hendak masuk ke dalam lift. Sekilas Evan melihat ke arah depan, melihat dua orang yang menodongkan senjata ke arah dua arah yang berbeda.Di belakang sana, ada banyak pria bertampang sangar yang nampak sedang fokus untuk melihat ke arah dua orang yang saling todong yang terjadi di depan mereka itu."Evan," kata Valen setelah sempat terdiam sejenak.Evan tahu apa yang harus dia lakukan di saat ini. Karena itu, dia tidak jadi keluar dari lift. Dia segera menarik tangan Valen untuk masuk ke dalam lift. Setelah itu, tangannya langsung bergerak untuk menekan tombol ground floor atau lantai dasar di apartemen ini."CEWEK ITU PERGI! KITA NGGAK BOLEH KEHILANGAN CEWEK ITU!" teriak Mus saat dia melihat Valen masuk ke dalam lift.Tapi pintunya sudah tertutup, Valen sudah tidak terlihat lagi.Mendengar teriakan dari
Evan mengeluarkan handphonenya dan menelpon Fariz. Saat ini, dia dan Valen sudah berada di depan pintu lift.Orang-orang dengan tampang tidak bersahabat, kini sudah mengelilingi Evan dan Valen dari segala arah.Evan tidak terburu-buru menerobos ke depan karena orang-orang yang berada di depan ini sangat banyak mungkin ada 20 orang dan beberapa orang diantaranya nampak merogoh di balik bajunya sepertinya ada senjata api atau senjata tajam yang mereka sembunyikan di situ."Halo, bos besar," Terdengar suara Fariz di ujung telpon."Di mana orang-orang yang kamu kirim? Kenapa aku belum melihat mereka di sini? Kamu bilang tadi mereka sudah ke sini. Iya kan?""Maafkan aku, bos besar. Mereka sempat salah melihat titik posisinya orang yang bernama Ricky itu sehingga mereka sempat pergi ke menara yang di sebelah dari gedung yang seharusnya.""Hah? Bodoh sekali mereka itu! Huh!""Tapi jangan khawatir, bos besar. Karena mereka sekarang ini sudah menyadari kesalahan mereka dan mereka sudah turun d