Ricky mengambil senjata api genggam dari dalam tasnya. Setelah itu, dia segera mengacungkan senjata apinya ke arah Jarot sambil membuka bajunya untuk memperlihatkan peledak di tubuhnya. Jarot jadi sangat kaget melihat senjata api yang diacungkan Ricky ke arahnya itu. Lebih kaget lagi saat melihat kabel-kabel di balik baju Ricky. Teman-teman Jarot juga kaget. Beberapa di antara mereka nampak mulai merogoh ke balik bajunya tetapi Djarot memberikan isyarat kepada mereka untuk tidak melakukan itu.Ricky mengeram dan dengan tangannya yang satu, dia memberi isyarat kepada Djarot dan yang lainnya untuk menjauh dari posisi mereka sebelumnya.Jarot dan beberapa temannya yang sebelumnya berada di dekat pintu apartemen yang disewa Ricky ini, kini mulai menjauh setelah melihat senjata api yang terarah ke arah mereka.Setelah itu, Ricky mulai melangkah keluar apartemen sambil menarik tangan Valen.Djarot dan orang-orangnya langsung menjauh saat Ricky, dengan membawa senjata api itu, terus berjal
Valen jadi sangat kaget dan sekaligus gembira karena orang yang keluar dari dalam lift itu adalah Evan.Di lain pihak, begitu Evan hendak keluar dari pintu lift, Evan melihat Valen hendak masuk ke dalam lift. Sekilas Evan melihat ke arah depan, melihat dua orang yang menodongkan senjata ke arah dua arah yang berbeda.Di belakang sana, ada banyak pria bertampang sangar yang nampak sedang fokus untuk melihat ke arah dua orang yang saling todong yang terjadi di depan mereka itu."Evan," kata Valen setelah sempat terdiam sejenak.Evan tahu apa yang harus dia lakukan di saat ini. Karena itu, dia tidak jadi keluar dari lift. Dia segera menarik tangan Valen untuk masuk ke dalam lift. Setelah itu, tangannya langsung bergerak untuk menekan tombol ground floor atau lantai dasar di apartemen ini."CEWEK ITU PERGI! KITA NGGAK BOLEH KEHILANGAN CEWEK ITU!" teriak Mus saat dia melihat Valen masuk ke dalam lift.Tapi pintunya sudah tertutup, Valen sudah tidak terlihat lagi.Mendengar teriakan dari
Evan mengeluarkan handphonenya dan menelpon Fariz. Saat ini, dia dan Valen sudah berada di depan pintu lift.Orang-orang dengan tampang tidak bersahabat, kini sudah mengelilingi Evan dan Valen dari segala arah.Evan tidak terburu-buru menerobos ke depan karena orang-orang yang berada di depan ini sangat banyak mungkin ada 20 orang dan beberapa orang diantaranya nampak merogoh di balik bajunya sepertinya ada senjata api atau senjata tajam yang mereka sembunyikan di situ."Halo, bos besar," Terdengar suara Fariz di ujung telpon."Di mana orang-orang yang kamu kirim? Kenapa aku belum melihat mereka di sini? Kamu bilang tadi mereka sudah ke sini. Iya kan?""Maafkan aku, bos besar. Mereka sempat salah melihat titik posisinya orang yang bernama Ricky itu sehingga mereka sempat pergi ke menara yang di sebelah dari gedung yang seharusnya.""Hah? Bodoh sekali mereka itu! Huh!""Tapi jangan khawatir, bos besar. Karena mereka sekarang ini sudah menyadari kesalahan mereka dan mereka sudah turun d
Tepat saat pintu keluar apartemen terbuka dan saat orang-orangnya Djarot sudah berhasil sampai di luar apartemen, saat itulah banyak orang masuk ke apartemen ini. "KAMI DATANG BOS BESAR.""MAAFKAN KAMI YANG TERLAMBAT DATANG, BOS BESAR.""BIAR KAMI YANG BERHADAPAN DENGAN MEREKA, BOS BESAR.""KAMI AKAN MELINDUNGIMU, BOS BESAR."Itulah teriakan-teriakan dari puluhan orang yang jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari jumlah keseluruhan orang-orangnya Djarot.Setelah berteriak-teriak seperti itu, mereka langsung bergerak memukuli orang-orangnya Djarot yang sedang melindungi Evan dari cecaran lawan-lawannya Evan ini.Orang-orang yang baru datang ini yang ternyata adalah anak buahnya Jontor, tidak saling mengenal dengan anak buahnya Djarot.Mereka adalah kelompok yang terpisah dengan anak buahnya Djarot. Yang saling kenal, hanyalah bos mereka, yaitu Jontor dan Djarot. Orang-orangnya Jontor ini, masing-masing sudah mengantongi foto dari Evan, menganggap Evan sebagai bos besar mereka, sehi
Ricky berteriak kencang saat posisinya sudah sangat dekat dengan Evan.Kilatan pisau besi putih milik Ricky yang hendak menusuk Evan dari belakang itu sempat dilihat oleh Valen yang sedang memeluk Evan sehingga dia berteriak kencang.Teriakan kencang dari Valen itu, membuat Evan tahu kalau sedang ada bahaya yang mengancamnya dari belakang.Evan tidak mau lengah, dia memilih untuk bergerak cepat.Tanpa menoleh ke belakang, dia sadar kalau ada bahaya yang sudah mengancamnya dari belakang, karena itu langkah yang dilakukannya adalah memeluk tubuh sintal Valen dan berlari ke arah depan.Karena gerakan yang dilakukan Evan secara tiba-tiba ini, membuat tusukan yang dilakukan Ricky hanya mengenai tempat kosong.Tusukan itu tidak berhasil mengenai punggung Evan yang sebenarnya Ricky incar itu.Evan membawa Valen menjauhi pintu keluar apartemen ini dan setelah agak jauh barulah dia menoleh ke arah belakang.Dia melihat Ricky masih mengejarnya sehingga Evan menurunkan tubuh Valen yang sempat di
Pria ini baru saja menyelamatkan nyawanya. Jadi, tentu saja Valen mengangguk mantap. "Kalau memang kamu tidak perlu ke rumah sakit maka aku yang akan merawatmu," Valen tersenyum ke arah Evan. Evan langsung memacu mobilnya tidak tahan untuk langsung tiba di apartemennya "Aku telah mengalami minggu yang panjang dengan rapat dan sebagainya. Aku pikir kita harus menghabiskan malam yang tenang di apartemen saya untuk bersantai dan bersantai." komentar Evan saat jalan di depan agak macet. "Kedengarannya seperti ide yang bagus dan mungkin saya akan memberikan salah satu pijatan khusus saya" kata Valen."Kamu bisa memijat?" tanya Evan antusias. "Aku biasa melakukannya dengan teman-teman kuliahku dulu saat di tempat kost putri. Kami semua, sesama cewek, akan saling pijat. Tapi tentu saja tidak ada yang menjurus ke hal-hal lainnya. Semuanya murni hanya saling pijat.""Tentu saja. Dan aku sudah tidak sabar untuk merasakan pijatanmu," kata Evan sambil tersenyum. Valen mendengar Evan menari
Sambil tersenyum ke arah mata Evan dengan seringai jahat, Valen perlahan-lahan mengelus batang Evan, membuatnya semakin keras dan dia berkata, "Aku tahu tempat di mana dia akan aman dan hangat."Kata-kata Valen itu membuat Evan mengerang lagi saat tangan Valen bergerak naik dan turun di batang Evan hingga mulai membuat Evan menggila. "Saya rasa saya tahu di mana tempat itu," jawab Evan sambil mencelupkan tangannya ke bawah permukaan dan menyentuh gundukan Valen. Valen menggeser jari-jari saya ke atas dan ke bawah batangnya Evan yang licin oleh air dan sabun. Ketika Evan menyelipkan jarinya ke dalam liang, erangan gairah Valen memenuhi ruangan kecil ini. Evan mendorong jarinya lebih dalam dan merasakan otot-otot liang Valen meremas-remas jarinya. Tangan Valen meremas batangnya Evan lebih erat, semakin dalam Evan masuk ke dalam liangnya Valen. Erangan berat mereka berdua bercampur bersama saat mereka saling menikmati sentuhan mereka. "Aku ingin bercinta dengan liangmu yang seksi da
Batang Evan mulai berkedut dan mengeras karena keindahan tubuh Valen yang terpampang di depan matanya. Pinggul Valen bergerak sedikit membiarkan batangnya Evan bersandar pada gundukannya. Valen mulai memijat batangnya Evan. "Ohhh" Evan mengerang sambil menutup mata dan merasakan sensasi dari jari-jari Valen. "Itu adalah batangku yang sudah mengeras dan dia milikmu untuk kamu lakukan sesukamu" bisik EvanSaat mereka berbaring tertindih tempat tidur. Ujung jari Valen mengusap lembut sisi dan perut Evan, turun ke pinggang Evan dan kembali lagi. "Ohhh sayang, rasanya enak sekali," erang Evan lirih. Valen merasakan pinggul Evan mulai bergerak sedikit demi sedikit saat hasrat seksual Evan mulai bangkit kembali.Valen memposisikan dirinya lebih jauh ke bawah pada tubuh Evan, mengangkangi paha Evan dan melihat pantat bulat Evan yang bagus menatap wajahnya. Valen terus menambahkan lebih banyak minyak ke seluruh tubuh Evan saat tangannya bergerak perlahan di sisi dan punggung Evan. Aro
"Apa itu?" tanya Evan tanpa melihat ke arah Jojo."Ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta denganku. Momen yang pernah kamu bilang padaku. Momen saat pertama kalinya kamu melihatku. Momen saat kamu menatap wajahku dan bagai terkena magic, menembus hingga di kedalaman hatimu sehingga hari-harimu selanjutnya, kamu habiskan hanya untuk memikirkanku. Ingatlah itu, Evan. Please ..." pinta Jojo.Evan terdiam. Momen seperti yang diceritakan Jojo itu, memang adalah momen indah yang pernah dialami Evan belasan tahun yang lalu. Saat dia pertama kali bertemu dan jatuh cinta pada Jojo.Tapi kemudian Evan mendengus dan berkata, "Aku akui. Momen itu pernah menjadi saat terindah dalam hidupku. Pernah menjadi saat paling membahagiakan dalam hidupku. Tapi, semuanya sudah hilang lenyap tersapu angin saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan perselingkuhan yang kamu lakukan dengan Rahul itu!""Please, Evan. Berikan aku satu kesempatan. Ingatlah momen itu, momen yang membuat kamu bersemangat untu
Beberapa waktu kemudian, sebuah acara megah dilangsungkan di kompleks mega proyek, mega building yang sebelumnya sebenarnya akan dinamakan Jojo Land itu, kini berubah nama menjadi Valen Land.Selain perubahan nama, acara pada hari ini, juga bertajuk acara peresmian untuk mega proyek yang sudah dijalankan dibuat selama belasan tahun terakhir ini dan memakan areal terbesar di negeri ini bahkan terbesar se Asia Tenggara. Mega proyek ini menyerap banyak sekali tenaga kerja dan menjadi kebanggaan negeri ini karena di tempat ini, ada banyak sekali gedung-gedung tinggi yang dibangun, yang tingginya bahkan menyaingi gedung-gedung tinggi di Dubai. Gedung-gedung itu ada yang berupa perkantoran, perhotelan, apartemen yang di bagian bawahnya ada mall-mall besar yang siap untuk menantang mall-mall yang sudah ada di kota ini.Banyak sekali petinggi negeri yang hadir dalam acara ini karena ini adalah proyek prestisius yang membuat banyak petinggi negeri yang diundang yang langsung menyempatkan dir
Tubuh Valen sudah agak condong ke depan, tidak lagi berposisi duduk seperti tadi, dia agak condong ke depan dan melepaskan dua tangannya dari pegangan tangan Evan.Karena tubuh Valen yang agak condong ke depan ini, membuat Evan langsung menyentuh tonjolan di bukit kembar yang terawat bagus milik Valen ini.Tonjolan itu sudah tegak karena sejak tadi merasakan kenikmatan yang berkesinambungan sehingga saat jari-jari tangan Evan mulai menyentuh tonjolan itu, maka hal ini menjadikan arus kenikmatan yang lebih lagi bagi tubuh Valen.Batang gede milik Evan masih berukuran maksimal dan masih terus menyentuh bagian-bagian sensitif di dalam tubuh Valen sehingga Valen menggelinjang semakin hebat dan ditambah dengan sentuhan-sentuhan jari yang sangat berpengalaman yang dilakukan oleh Evan, membuat beberapa saat kemudian Valen langsung menjerit kencang lagi, dia mendapatkan lagi kenikmatan yang dia cari.Setelah itu, Valen langsung merebahkan tubuhnya ke pembaringan di samping Evan dengan tubuh m
Valen kembali menarik-narik rambut Evan, pertanda ada suatu rasa yang tidak tertahankan yang sedang dia rasa.Valen terus berteriak-teriak, meracau tanpa arti, menjerit untuk mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan saat ini.Hingga akhirnya Valen berteriak kencang seiring dia merasakan ada suatu cairan yang meninggalkan tubuhnya.Valen terhenyak dalam kenikmatan, merasakan puncak kenikmatan pertamanya pada malam ini dan puncak kenikmatan itu diraihnya dengan sangat istimewa karena dilakukan dengan penuh kenikmatan oleh seorang pria yang sangat mempesona hatinya.Evan tersenyum mendapati kalau aksinya mulai berhasil. Itu terbukti dengan basahnya bagian inti tubuh wanita yang dia cintai ini.Evan ingin berkreasi, lidahnya kembali menyusuri benda kenyal milik Valen di depan wajahnya ini.Hingga beberapa saat kemudian, dengan ahlinya, Valen yang sudah sempat merasakan puncak pertamanya, kini mulai menggerak-gerakkan pinggulnya tanda hasratnya mulai naik lagi.Evan sangat senang melihat
Tak henti, Valen mengerang nikmat. Gemas menahan geli yang diwujudkan Evan di tubuhnya. Diremasnya pundak Evan dengan sentuhan yang tidak kalah panas.Evan masih merajalela di bagian dada Valen, membuat gairah Valen semakin melonjak tinggi.Lidah Evan melakukan variasi di pucuk bukit kembar nan ranum ini. Kadang menjilat, kadang menghisap untuk membuat Valen semakin berhasrat.Jerit dan rintihan Valen, sesekali terdengar, melukiskan betapa dia telah hanyut terbawa arus kenikmatan yang mencekam jiwanya.Jeritan dan rintihan itu juga menandakan kalau Valen semakin melambung dalam gairah yang tak bertepi.Evan mengerti kalau kekasih cantiknya ini telah semakin terlena dalam menikmati kebersamaan mereka.Karena itu, Evan tidak mau kehilangan momentum ini, tangan kanannya dengan lembut ia gerakkan untuk merebahkan tubuh indah Valen ke permukaan satu-satunya ranjang di kamar ini.Mata Valen terbuka dan menatap ke arah baju yang dipakai oleh Evan.Tanpa berkata-kata Valen seolah meminta Evan
Evan sempat ke apartemen sebelah untuk menemui anak-anaknya. Setelah itu, dia kembali kembali ke apartementnya Valen. Saat Valen membuka pintu apartemennya, dia melihat Evan berbincang-bincang dengan beberapa orang yang terus memanggil Evan dengan sebuah 'bos besar."Setelah mereka pergi, Valen bertanya, "kenapa mereka memanggilmu bos besar, Evan?" tanya Valen sambil menggeser tubuhnya agar Evan bisa masuk ke dalam apartemennya. "Mereka adalah karyawanku. Mereka adalah anak buahku.""Berarti kata-katamu sebelumnya, itu memang betul. Kamu memang memiliki banyak gedung seperti yang kamu bilang tempo hari?""Ya dan aku sementara siapkan sebuah megaproyek yang terdiri dari apartemen, hotel, mall dan perkantoran khusus untukmu dan akan aku beri nama Valen Land.""Valen Land?""Ya." Evan tersenyum. Sebenarnya dia tahu, mega proyek itu awalnya dia siapkan untuk Jojo. Mega proyek itu sudah dia siapkan sejak belasan tahun yang lalu untuk wanita yang sangat dicintainya saat itu, tapi belaka
Saat Evan turun ke arah gundukan harta karun Valen, dia mulai menggigit lembut kulit Valen... membawanya ke dalam mulut dan menggigitnya dengan lembut.Lalu pindah ke tempat lain dan mulai lagi. Evan mencium bau kewanitaan yang indah dari cairan panasnya Valen saat dia mendekati gundukan Valen.Pinggul Valen menekuk ke atas mencoba mendorong liangnya ke wajah Evan. Evan menjilat dengan lembut di atas dan di sekitar gundukan Valen dan kemudian melanjutkan untuk mencium dan menjilati paha lainnya. Rasa frustrasi Valen memuncak, Evan mendengar erangan keras Valen dan berjuang untuk melepaskan tidak hanya ikatannya tetapi juga gairah pria di atas tubuhnya itu. Saat Evan mencapai bagian atas paha Valen yang lain, tangan Evan mengembara di sepanjang bagian dalam paha dan dengan lembut menyentuh liangnya Valen.Jari-jari Evan meluncur di sepanjang pintu masuk yang licin saat lidahnya menyusuri paha Valen. Kaki Valen merapat lagi mencoba menangkap tangan dan kepala Evan saat tubuhnya berg
Evan menarik syal yang disembunyikan Valen di bawah bantal. Mengikat kedua tangan Valen dengan erat, Evan mengikatnya ke kepala tempat tidur. "Apa yang kamu lakukan?" Valen bertanya setengah dari rasa takut dan setengah dari keinginan."Saya ingin kamu merasakan efek penuh dari pijatan ini dan memastikan bahwa kamu tidak bisa pergi sampai saya selesai memuaskanmu," kata Eva sambil tersenyum sambil mengambil lebih banyak minyak pijat."Aku akan membiarkan kakimu tidak terikat sehingga kamu bisa bergerak saat aku menyentuh dan merasakan seluruh tubuhmu sebelum aku memasukkan batangku yang keras dan panas ke dalam liangmu yang mengepul," kata Evan sambil mulai mengoleskan lebih banyak minyak ke payudara Valen. "Ohhh sayang buat aku sangat terangsang sampai aku mulai berteriak." Valen mulai berteriak. Dia menggoyangkan tubuh untuk menguji ikatannya.Tangan dan jari-jari Evan berkeliaran di atas dan di bawah payudara Valen, menarik... mencubit... saat Valen bergerak perlahan di bawahn
Batang Evan mulai berkedut dan mengeras karena keindahan tubuh Valen yang terpampang di depan matanya. Pinggul Valen bergerak sedikit membiarkan batangnya Evan bersandar pada gundukannya. Valen mulai memijat batangnya Evan. "Ohhh" Evan mengerang sambil menutup mata dan merasakan sensasi dari jari-jari Valen. "Itu adalah batangku yang sudah mengeras dan dia milikmu untuk kamu lakukan sesukamu" bisik EvanSaat mereka berbaring tertindih tempat tidur. Ujung jari Valen mengusap lembut sisi dan perut Evan, turun ke pinggang Evan dan kembali lagi. "Ohhh sayang, rasanya enak sekali," erang Evan lirih. Valen merasakan pinggul Evan mulai bergerak sedikit demi sedikit saat hasrat seksual Evan mulai bangkit kembali.Valen memposisikan dirinya lebih jauh ke bawah pada tubuh Evan, mengangkangi paha Evan dan melihat pantat bulat Evan yang bagus menatap wajahnya. Valen terus menambahkan lebih banyak minyak ke seluruh tubuh Evan saat tangannya bergerak perlahan di sisi dan punggung Evan. Aro