Vania dan Alex yang sedang bercumbu di depan televisi di ruang keluarga, tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu, hal itu membuat keduanya kalang kabut untuk mengenakan pakaiannya yang sempat terlepas dari tubuhnya masing-masing dan berceceran di atas lantai.Alex melangkah untuk membuka pintu, karena ia yang terlebih dahulu selesai mengenakan pakaian."Mama" ucapnya setelah pintu terbuka dan melihat Felicia berdiri di hadapannya."Apa mama bisa masuk ?" Sahut Felicia, karena Alex hanya membuka setengah dari pintunya."Oh, tentu saja mah" Alex membuka pintu lebar-lebar dan mempersilakan Felicia masuk. Sedangkan Vania yang buru-buru mengenakan bajunya ! Sampai tidak mengenakan bra.Heheheh Vania terkekeh "mama" ucapnya sambil menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya "sebentar ya mah, aku buat minum dulu" lanjut Vania. "Enggak usah sayang. Kamu duduk di sini saja, mama hanya sebentar" Felicia meminta Vania duduk di sampingnya. Tentu hal itu membuat Vania merasa canggung, karena
Pagi yang mendung membuat Alex malas bangun dari tidurnya, apa lagi hari ini adalah akhir pekan, hari santai bagi semua pekerja kantor. Tetapi berbeda dengan Alex, hari ini ia harus tetap masuk kantor untuk menyelesaikan tugasnya, karena dua hari lagi ia dan Vania akan pergi ke desa Gunung Raya.Setelah selesai sarapan dengan Vania, alex langsung berangkat menuju kantornya yang berjarak 35 menit dari apartemen. Suasana kantor sangat lah sepi, hanya ada sekretaris dan beberapa karyawan yang ada di sana untuk membantunya.Alex yang sedang asik memainkan laptop, tiba-tiba mendapat telepon dari putri kesayangannya."Iya sayang" ucap Alex setelah mengusap layar ponselnya."Daddy kenapa tidak pulang-pulang ? Daddy tahu enggak ! Kalau aku menunggu daddy satu malam ini ? Daddy pergi ke mana sih ?" Gerutu Tia. Ia menghujani Alex dengan berbagai pertanyaan."Maaf sayang, daddy ada urusan" "Terus, sekarang daddy di mana ?" Tia kembali bertanya."Ini lagi di kantor""Ini kan hari sambut dad !"
Vania dan Tia sudah melakukan tes urin untuk memastikan, kedua wanita cantik itu mengkonsumsi obat terlarang atau tidak. Saat ini mereka sedang menunggu hasil dari pihak medis.Jantung Vania berdegup kencang, ia menggenggam tangan Alex dengan erat, wanita cantik itu benar-benar takut, jika dirinya benar-benar positif dan harus menekan di balik jeruji besi. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana menderitanya di dalam sana."Abang, Vania takut" ucapnya kepada Alex."Tenang ya sayang. Kamu tidak perlu takut, jika kamu dan Tia tidak ada mengkonsumsi obat terlarang seperti yang dikatakan polisi" sahut Alex untuk menenangkan hati Vania."Begini pak, hasil tesnya sudah ke luar dan salah satu hasil tesnya positif. Itu artinya diantara kedua putri bapak ada yang menggunakan obat terlarang" ucap kepala kepolisian kepada Alex. Polisi berpikir kalau Vania dan Tia adalah putri Alex."Bagaimana mungkin pak ? Putri dan calon istriku tidak mungkin melakukannya" bantah Alex. Ia yakin dan percaya, kalau
Setelah Tia dipindahkan ke ruang inap, dokter meminta Alex untuk mengikutinya ke ruangan khusus dokter."Silahkan duduk pak ?" Ucap dokter, untuk mempersilahkan Alex duduk di kursi yang ada di hadapannya."Apa ada hal yang serius dengan putriku dokter ?" Tanya Alex.Sebelum membuka mulut, dokter pria itu menghela napasnya dengan kasar "seperti yang saya katakan waktu dulu pak. Kedua ginjal putri bapak bermasalah. Untuk kali ini kita tidak bisa bantu dengan obat, tetapi kita harus mencari pendonor ginjal untuk putri bapak" ucapnya.Ucapan dokter itu membuat kepala Alex terasa pusing "ambil saja ginjal saya dokter" ucapnya. Apapun akan ia lakukan demi keselamatan putri semata wayangnya. Bukan hanya Alex yang bersikap seperti itu. Semua ayah dan ibu di dunia ini, pasti melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Alex."Kita sebaiknya mencari pendonor ginjal yang seusia dengan putri bapak, atau yang satu jenis kelamin. Yaitu sesama wanita. Itu akan lebih baik pak" jawab dokter. Tentu ha
Sebenarnya Vania tidak tega, karena ia tahu kalau Alex pasti kecewa dan kesal. Tetapi demi kebaikan ! Vania terpaksa melakukannya, Vania sudah siap, jika Alex marah kepadanya saat mereka bertemu nanti.Hari ini, adalah hari ke 5 setelah Tia dioperasi. Di mana hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, sementara Vania belum bisa, karena kondisi Vania semakin drop. Ia merasa sering pusing dan merasa ngilu di bagian bekas operasinya. Hal itu membuat dokter belum mengizinkannya untuk pulang. Tetapi semua biayanya rumah sakit sudah dibayar oleh Alex.Selama 5 hari ini, Alex selalu menghubunginya dan bertanya kapan ia kembali ke Jakarta. Tetapi Vania tidak pernah memberikan kepastian kapan ia kembali ke Jakarta, Vania selalu berkata, ia akan segera pulang jika urusannya sudah selesai. Hal itu dikarenakan kondisinya yang belum stabil.................Saat Tia tiba di kediaman Winata ! Para kerabat dan rekan kerja Alex sudah menyambut kedatangannya. Mereka memberikan selamat kepada
Alex menyandarkan kedua telapak tangan di kaca. Butiran bening menetes dari kedua bola mata indahnya sambil melihat Vania yang terpasang alat-alat di seluruh tubuhnya. Ia tidak menyangka kalau wanita cantik itulah yang sudah mengorbankan hidupnya demi Tia. Sungguh ia sangat beruntung bertemu dengan Vania dan menjadikannya sebagai kekasih. Walaupun Vania masih berusia 20 tahun dan tergolong muda ! Tetapi sikapnya sudah seperti orang dewasa, bahkan bisa dikatakan kalau usianya tidak sebanding dengan sifatnya.Alex memutar tubuh, setelah merasakan seseorang menyentuh pundaknya "mama" ucapnya."Iya sayang. Mama mengerti apa yang kamu rasakan saat ini" sahut Felicia. Ia mengelus lengan Alex untuk memberikan sedikit kenyamanan."Aku tidak menyangka kalau Vania akan melakukan ini" ucap Alex. Ia menjatuhkan bokongnya di atas kursi besi yang ada di depan ruangan ICU."Mama sudah menduga ini sejak awal, itu sebabnya mama tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Vania. Hal ini lah yang mama takut
Satu bulan telah berlalu. Vania sudah benar-benar pulih, bahkan ia sudah masuk kuliah sejak dua Minggu yang lalu. Hubungannya dengan Alex sudah semakin erat karena sudah mendapat restu dan lampu hijau dari Tia. Ia juga sudah sering menginap di kediaman Winata bersama Tia. Mereka sudah akrab dan terlihat seperti sahabat dekat. Bahkan di kampus, mereka selalu bersama. Tia yang dulu merasa berkuasa dan sesuka hati terhadap mahasiswa di sana ! Kini berubah menjadi ramah dan baik, ia mengikuti jejak Vania yang rendah hati dan dermawan.Hari ini semua keluarga Winata sedang berkumpul di ruang keluarga, karena Alex dan Vania akan berangkat ke desa Gunung Raya. Yaitu desa kelahiran Vania."Hati-hati di jalan ya sayang" ucap Felicia kepada Vania. Begitu juga dengan Tia."Hati-hati di jalan mommy. Cepat kembali ya ?" Ucap Tia. Ia memeluk Vania dan mencium kedua pipinya. Semenjak Vania kembali dari rumah sakit satu bulan yang lalu ! Tia sudah memanggil Vania mommy."Iya, aku pasti cepat kembali"
Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Vania dari tidurnya. Ia membuka mata dengan malas, lalu menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia melangkah untuk membuka pintu.Setelah pintu terbuka ! Vania refleks menutupnya kembali, karena yang ada di depan pintu adalah Alex. Untuk saat ini, ia belum bisa menatap dan melihat wajah pria tampan itu."Vania, bukan pintunya sayang. Jangan menghindar terus dariku" bujuk Alex dengan lembut sambil menekan gagang pintu.Vania hanya diam, ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil meneteskan air mata. Sebenarnya ia tidak tega memperlakukan Alex seperti ini. Tetapi demi menjaga hubungannya dengan Susan ! Vania terpaksa melakukannya."Vania, ini ibu. Buka pintunya sayang. Ibu dan Dita sudah menyiapkan sarapan" kali ini Susan yang mengetuk pintu.Sebelum membuka pintu ! Vania terlebih dahulu mengusap air matanya dan memoles sedikit makeup, agar wajahnya terlihat ceria dan tidak pucat. Vania melangkah menuju meja makan tanpa mel
"apa ?" Ucap Alex untuk memperjelas."Iya pak . Kami sudah menemukan semua bukti-bukti" Semuanya hanya diam mematung saat polisi membawa Donna ke kantor polisi. Mereka tidak tahu harus berkata dan berbuat apa, karena bukti video dan rekaman pembicaraan Donna sudah di tangan pihak kepolisian, dan semua itu hasil kerja keras Wiranto. Pria paruh baya itu lah yang sudah melaporkan Donna dan memberikan bukti. Ia masih menyimpan rekaman Cctv waktu Donna merusak rem mobil suaminya sendiri, dan hari itu juga suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematian. Wiranto juga mendapat ponsel milik Susan ditempat kejadian kecelakaan dua Minggu yang lalu, di dalam ponsel itu terdapat rekaman perbicangan antara Susan dan Donna. Di sana jelas terdengar kalau Donna yang meminta Susan untuk melakukan tindakan berbahaya itu. Semua itu dilakukan Wiranto untuk memberikan kenyamanan pada anaknya terutama kepada Vania. Ia tahu kalau Donna sejak dulu mencintai Alex, dan wanita licik itu pasti melaku
"benarkah tidak ada yang tersisa sedikitpun cinta untukku ?" Tanya Donna.Alex menggelengkan kepala. "Benar, aku bukanlah pria yang tepat untukmu dan percayalah, Tuhan pasti sudah menyiapkan seorang pria untukmu yang jauh lebih segalanya dariku" ucapnya dengan lembut. Lalu ia melangkah untuk pergi.Setelah membuka pintu, Alex terkejut karena matanya langsung beradu dengan mata Vania. Wanita cantik yang sedang mengandung itu berdiri tepat di depan pintu dengan berlinang air mata. Hatinya pedih bagaikan teriris sembilu mendengar semua perbincangan Alex dan Donna."Sayang..." Ucap Alex. Ia langsung memeluk Vania dengan erat dan membawanya masuk ke dalam kamar."Abang, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Tante Donna ?" Vania bertanya setelah mereka tiba di kamar.Alex menatap sayu Vania. "Sayang, dua Minggu yang lalu aku membuat janji dengan Donna dan kami bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor Winata. Saat pertemuan itu, aku sengaja memberikan harapan kepada Donna, ba
Karena Vania selalu menolak untuk melakukan hubungan suami istri ! Akhirnya Alex masuk ke dalam kamar mandi. Ia berusaha menidurkan Alex junior dengan menggunakan sabun mandi.Tok...tok...tok..."Abang kenapa lama kali di dalam kamar mandi" teriak Vania dari balik pintu kamar mandi."Sebentar sayang, Abang lagi buang air besar" sahut Alex dari dalam sana."Ow... baiklah. Vania tidur duluan ya Abang" Vania kembali ke tempat tidur. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya hingga leher. Sementara Alex di dalam sana sedang berusaha keras untuk mengeluarkan cairan kental yang sudah 4 hari ini tertimbun di dalam sana."Ow...." Erang Alex setelah sesuatu ke luar dari benda tumpul miliknya. Ketika ke luar dari kamar mandi, Alex melihat Vania sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. "I love you sayang. Kamu adalah separuh hidupku" Alex mengecup kening Vania dengan lembut. Setelah itu baru ia membaringkan tubuh di atas tempat tidur untuk menjemput mimpi indah....................Satu Minggu
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Susan sudah sadarkan diri. Saat ia membuka mata ! Orang yang pertama kali ia cari adalah Vania. Dengan susah paya ia membuka mulut agar bisa berbicara dengan dokter yang saat itu sedang memeriksa kondisinya.Walaupun dengan tata bahasa yang sulit untuk dimengerti ! Sang dokter bisa mengerti dengan ucapan Susan. Ia bergegas ke luar dari ruangan lalu menghampiri Vania yang duduk di kursi besi bersama Alex."Maaf nona" ucap sang dokter."Iya dok" sahut Alex dengan sigap."Sepertinya pasien ingin mengatakan sesuatu kepada nona pak" jawab dokter."Apa.....?" Ucap Vania dan Alex secara bersamaan. "Susan sudah sadarkan diri ?" Lanjut Alex."Sudah pak. Nona Susan sudah melewati masa kritisnya" "Kalau begitu apa kami sudah bisa menemuinya dokter ?" Tanya Alex."Silahkan pak, tapi jangan terlalu lama, karena pasien butuh istirahat"Vania dan Alex melangkah menuju ruangan Susan. Setelah pintu terbuka, Vania sengaja melepaskan genggaman tangan Alex dari
Setelah pertemuan itu, Wiranto tidak pernah datang lagi ke kantor Winata grup. Bahkan ia melayangkan satu lembar kertas sebagai tanda pengunduran diri. Tetapi Alex tidak menanggapinya, bahkan ia meminta sekretaris untuk menghubungi Wiranto agar datang menemuinya.Tok....tok....tok...."Masuk" suara Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" ucap Wiranto sambil menjulurkan kepala dari balik pintu."Silahkan duduk" Alex mempersilahkan Wiranto duduk di kursi tamu yang ada di hadapannya."Maaf jangan memanggilku pak. Sesungguhnya akulah yang memanggil anda bapak, karena anda adalah ayah kandung dari Vania yaitu istriku" ucap Alex."Terima kasih" jawab singkat Wiranto."Bapak tidak perlu sungkan kepada saya. Karena saya adalah menantu anda. Masalah surat pengunduran diri yang bapak kirimkan dua hari yang lalu ! Saya menolaknya. Jangan membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Aku harap bapak bisa bersifat profesional" ucap Alex dengan tegas."Baik, saya akan melanjutkan tugasku sebagai karyawan
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seorang pria melangkah masuk dari pintu utama bersama pak Asep sang sopir pribadi Alex. Pria itu mengenakan celana hitam, kemeja biru tua dan mengenakan topi yang menutupi setengah dari wajahnya.Sontak kedatangannya membuat jantung Susan berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar dan dingin. Ia menatap tajam Donna sambil mengeratkan seluruh gigi. Ingin rasanya ia membunuh Donna saat ini juga.Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang mengandung 8 bulan itu mengerutkan kening melihat pria yang sedang melangkah dari pintu utama menuju ruang tamu. Ia merasa tidak asing dengan tubuh pria itu, hanya saja dia tidak bisa mengenalinya karena wajah pria itu tertutupi topi."Nah....itu dia sudah datang" Donna bangkit dari tempatnya, ia melangkah dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan pria itu."Mas Alex bisa bertanya kepadanya" ucap Donna setelah mereka tiba di ruang tamu dan duduk di atas sofa."Apa-apaan ini
Tepat pukul 7 malam, Alex dan Vania sudah tiba di kediaman Winata. Awalnya Vania menolak ajakan suaminya untuk berkunjung ke kediaman Winata, Vania takut bertemu dengan Susan. Tetapi karena Alex mengajak Dita juga ! Akhirnya Vania bersedia untuk ikut.Saat Vania melangkah masuk dari pintu utama ! Susan menyambut mereka dengan baik, ia bersikap manis dan ramah seperti tidak ada masalah diantara ia dan Vania."Hay Vania. Bagaimana kabarmu ? Sudah lama kita tidak bertemu" ucap Susan sambil menjabat tangan Vania dan mencium kedua pipinya. Susan juga melakukan hal yang sama kepada Dita. Tetapi berbeda dengan Alex, pria tampan itu justru menolak berjabat tangan dengan Susan. Alex menggenggam telapak tangan Vania sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia malas melihat tingkah Susan yang berputar-putara manis. "Eh... ternyata ada mas Alex dan Vania" suara Donna terdengar dari tangga. Wanita licik yang satu itu mengenakan gaun mini berwarna hitam, dengan dada sedikit terbuka. Ia sengaja memamer
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Alex menemukan cara untuk membuka mulut Donna. Ia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Donna. Alex mengajak Donna untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya. Dan ajakan itu mendapat respon baik dari Donna.Tetap pukul 12 siang, Alex sudah meninggalkan kantor Winata grup, ia melangkah menuju kafe di mana ia membuat janji dengan Donna. Dan benar saja, ketika ia tiba di sana ! Donna sudah menunggu di ruang VIP yang sudah dipesan Alex beberapa jam yang lalu."Maaf sudah membuat kamu lama menunggu" ucap Alex setelah menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Tidak apa-apa mas, aku juga bari sampai" jawab Donna dengan lembut. "Oh iya mas, untuk apa mas memintaku datang kemari ?" Lanjut Donna.Alex tersenyum, ia menggenggam punggung tangan Donna yang terletak di atas meja. "Yang pastinya, kedatangan kamu kemari tidak akan sia-sia dan mengecewakan" ucapnya dengan lembut.Sentuhan lembut dari tangan Alex sanggup membuat seluruh bulu
Setelah tiba di kediaman Winata, Alex langsung memanggil nama Donna dari ruang tamu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya. Alex bukan hanya curiga dengan sikap perubahan Vania, tetapi ia juga curiga tentang kedekatan putrinya dengan Wiranto. Bayang-bayang kedekatan Tia dengan Wiranto sewaktu di kafe, masih berputar-putar di bayangan mata Alex."Donna, Donna" panggil Alex dengan suara lantang.Mendengar suara Alex yang begitu lantang ! Lantas mengundang semua yang ada di mansion megah itu ke luar dari kamarnya masing-masing."Alex, kamu kenapa berteriak seperti ini sayang ?" Ucap Felicia saat ke luar dari kamarnya."Eh....mama" Alex menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya. "Apa mama melihat Donna ?" Lanjut Alex sambil bertanya."Aku di sini mas ?" Sahut Donna yang sedang melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu."Nah itu dia" Felicia menunjuk ke arah Donna."Don, aku ingin bertanya tentang Susan" ucap Alex tanpa basa-basi. Felicia menge