Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Vania dari tidurnya. Ia membuka mata dengan malas, lalu menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia melangkah untuk membuka pintu.Setelah pintu terbuka ! Vania refleks menutupnya kembali, karena yang ada di depan pintu adalah Alex. Untuk saat ini, ia belum bisa menatap dan melihat wajah pria tampan itu."Vania, bukan pintunya sayang. Jangan menghindar terus dariku" bujuk Alex dengan lembut sambil menekan gagang pintu.Vania hanya diam, ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil meneteskan air mata. Sebenarnya ia tidak tega memperlakukan Alex seperti ini. Tetapi demi menjaga hubungannya dengan Susan ! Vania terpaksa melakukannya."Vania, ini ibu. Buka pintunya sayang. Ibu dan Dita sudah menyiapkan sarapan" kali ini Susan yang mengetuk pintu.Sebelum membuka pintu ! Vania terlebih dahulu mengusap air matanya dan memoles sedikit makeup, agar wajahnya terlihat ceria dan tidak pucat. Vania melangkah menuju meja makan tanpa mel
Sebelum masuk ke dalam apartemen ! Vania mencium tangan Susan dan Alex. Ia menguatkan diri untuk menjabat tangan pria tampan itu. Dulu Vania, selalu ingin di genggam oleh Alex. Tetapi saat ini, tangan Vania terasa berat untuk menyentuhnya."Dada" ucap Susan kepada Vania dan Dita sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. Dan di balas lambaian dari kedua wanita cantik itu."Wah, rumah kakak luas. Televisi besar, sofanya empuk" ucap Dita saat masuk ke dalam apartemen milik Vania. Ia begitu kagum melihat isi dalam ruangan itu. Sama halnya dengan Vania saat pertama kali masuk ke sana.Vania tersenyum melihat Dita yang begitu heboh melihat furniture isi apartemennya. Ia teringat akan dirinya saat pertama kali di bawa Alex ke sana. "Sekarang kamar kamu yang ini ?" Vania membuka pintu kamar yang terletak di samping kamarnya."Wah, ini luas sekali, jauh beda dengan kamarku yang di desa. Ini ada televisinya, ada kulkas, ada sofa, lemari, tempat tidurnya besar dan empuk. Jauh berbeda dengan t
"Abang jangan lakukan itu" ucap Vania sambil memeluk erat Alex dari belakang. Ia menumpahkan air matanya di punggung pria tampan itu. Vania tidak mau jika Alex menceraikan Susan hanya karena dirinya. Ia juga tidak mau jika Alex meninggalkan kota ini.,Alex tersenyum sebelum memutar tubuhnya menghadap Vania. Ia berhasil membuat Vania takut akan kehilangan dirinya "aku mencintaimu Vania" ucapnya dengan lembut sambil kedua ibu jari tangannya mengusap air mata yang menetes di pipi mulus Vania."Hm..." Jawab Vania bersama anggukannya.Alex mengangkat tubuh Vania dengan gaya bridal style, ia membaringkan Vania dengan lembut di atas tempat tidur, lalu membuka satu persatu kancing baju piyama Vania, hingga menyisakan bra dan benda berbentuk segitiga untuk menutupi area sensitif Vania."Jangan abang" tolak Vania dengan lembut saat Alex berusaha membuka pengait besi yang ada di ujung bra milik Vania."Sayang, seorang istri tidak boleh menolak suaminya" bisik Alex dengan nada yang tidak kalah le
Perdebatan tidak hanya berakhir di kamar Tia. Alex yang masuk ke dalam kamarnya dan disusul Susan ! Lantas membuat keduanya kembali berdebat. Susan tidak terima dengan sikap Alex yang acuh dan tidak peduli padanya. Sikap Alex itu menunjukkan kalau ia tidak senang Susan kembali, padahal waktu dulu Alex sangat menyayanginya."Mas, kamu kenapa ? Harusnya kamu bahagia karena aku sudah kembali, dan kita bisa hidup bahagia seperti dulu lagi" protes Susan yang baru masuk dari pintu."Susan, tolong jangan terlalu memaksaku seperti ini. Berikan aku waktu untuk memikirkan semua ini" Alex lagi-lagi menjawab Susan dengan jawaban yang sama dengan yang sebelumnya."Mas, kamu selalu meminta waktu untuk berpikir. Apa yang harus kamu pikirkan ?" Protes Susan.Alex menghela napas dengan kasar "sebelum kita kembali bertemu ! Aku sudah menikah dengan wanita lain, yaitu Vania. Jadi aku butuh waktu untuk berpikir, karena aku tidak mau meninggalkan Vania. Dia sudah banyak berkorban jadi aku tidak mungkin me
Satu hari Alex tidak bisa nyaman di kantor. Susan mengirimkan foto-foto yang dikirim Donna kepadanya. Alex bukan takut kepada Susan, tetapi ia khawatir jika Susan akan menemui Vania dan melakukan kekerasan.Alex sudah berkali-kali menghubungi nomor Vania, tetapi tidak satupun yang terhubung. Ponsel wanita cantik itu tidak aktif dari siang hingga sore. Tadinya Alex ingin mengingatkan Vania, jika ada yang mengetuk pintu jangan dibuka. Jika bukan karena ia ada meeting dengan klien ! Alex pasti sudah menemui Vania ke apartemen. Tetapi pertemuan kali ini sangat lah penting, sehingga tidak bisa ditinggalkan atau diwakilkan.Dan kekhawatiran Alex benar-benar terjadi. Saat ini Susan sedang dalam perjalanan menuju apartemen Vania. Ia ingin bicara dengan putrinya tentang foto itu dan tentang janji Vania yang diucapkan sewaktu mereka masih di desa Gunung Raya.Tok....tok....tok... Sudah mengetuk pintu apartemen Vania. Ia hanya menunggu dua menit dan pintu pun terbuka."Ibu" ucap Dita yang baru m
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Alex masih terlihat santai duduk di ruang tamu bersama Dita. Keduanya saling berbincang dan menikmati cemilan yang Vania beli tadi siang dari supermarket. Sementara Vania hanya diam di dalam kamar. Ia sama sekali tidak berniat untuk bergabung dengan Alex dan adiknya Dita. Pikirannya semakin kacau mengigat dirinya yang belum datang bulan dari bulan kemarin, sedangkan sekarang sudah awal bulan. Itu artinya dia sudah terlambat sebulan.Vania menjatuhkan bokong di atas sofa, ia memandang keramaian ibu kota dari balik kaca kamarnya. Vania berkali-kali membuka sebuah aplikasi, dan mencari tanda-tanda orang yang sedang mengandung.Ada beberapa tanda-tanda yang tertulis di sana, sesuai dengan yang ia rasakan saat ini. Salah satunya, sudah tidak datang bulan, yang kedua emosinya mudah turun naik, dan yang ketiga, ia sering merindukan sentuhan dari Alex. Hal itu membuat Vania sudah tidak sabar lagi menunggu pagi, agar ia bisa membeli tes kehamilan
Vania menyandarkan kepala di tembok sambil memandang keramaian ibu kota dari lantai 7 apartemennya. Ia sangat pusing setelah melihat hasil tesnya. Benda kecil dan panjang itu menunjukkan dua garis merah, yang menandakan kalau Vania positif hamil. Ia bukan tidak bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan, namun waktunya saja yang belum tepat. Vania mengelus perut ratanya dengan lembut, dan berharap janin yang ada di dalam rahimnya saat ini baik-baik saja. Karena bagaimanapun, ia harus merawatnya dan tak mungkin membuangnya."Kakak kenapa belum makan ? Dari tadi kakak hanya diam di dalam kamar" ucap Dita yang baru masuk dari pintu. Ia sudah beberapa kali mengajak Vania untuk makan siang. Tetapi wanita cantik itu selalu menjadi, iya, namun ia tidak kunjung ke luar dari kamar."Eh...Dita" sahut Vania yang terkejut mendengar suara adiknya "kakak belum lapar Dita" lanjutnya."Ini sudah jam 3 loh kak. Nanti asam lambung kakak kambuh kalau sering terlambat makan" protes Dita, ia khawatir kare
"jangan bicara sembarangan anak kecil. Tahu apa kamu tentang persahabatan kami ? Aku dan Susan sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP" protes Donna. Ia tidak terima dengan ucapan Dita."Sudahlah Don. Dia itu masih anak-anak. Kamu jangan ambil hati dengan ucapan Dita" sahut Susan."Baiklah Susan. Kalau bukan karena kamu ! Aku pasti sudah memberikan pelajaran bagi orang yang tidak bisa menjaga mulutnya. Untung saja dia putri angkat kamu" sahut Donna. Ia menatap Dita dengan tatapan sinis."Jadi bagaimana Vania ? Apa kamu sudah punya jawaban kapan kamu pergi dari kota ini ?" Ucap Susan kepada Vania."Iya ibu, aku mohon berikan Vania waktu" jawab Vania."Oke, ibu berikan kamu waktu sampai besok pagi" ucap Susan "ayo Don, kita pergi" lanjutnya untuk mengajak Donna.Vania hanya diam melihat punggung Susan menghilang di balik pintu. Ia sudah tidak memiliki semangat lagi untuk pergi kuliah. Hati dan pikirannya sedang kacau bagaikan benang yang kusut. Ia ingin sekali pergi dari kota Jakarta
"apa ?" Ucap Alex untuk memperjelas."Iya pak . Kami sudah menemukan semua bukti-bukti" Semuanya hanya diam mematung saat polisi membawa Donna ke kantor polisi. Mereka tidak tahu harus berkata dan berbuat apa, karena bukti video dan rekaman pembicaraan Donna sudah di tangan pihak kepolisian, dan semua itu hasil kerja keras Wiranto. Pria paruh baya itu lah yang sudah melaporkan Donna dan memberikan bukti. Ia masih menyimpan rekaman Cctv waktu Donna merusak rem mobil suaminya sendiri, dan hari itu juga suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematian. Wiranto juga mendapat ponsel milik Susan ditempat kejadian kecelakaan dua Minggu yang lalu, di dalam ponsel itu terdapat rekaman perbicangan antara Susan dan Donna. Di sana jelas terdengar kalau Donna yang meminta Susan untuk melakukan tindakan berbahaya itu. Semua itu dilakukan Wiranto untuk memberikan kenyamanan pada anaknya terutama kepada Vania. Ia tahu kalau Donna sejak dulu mencintai Alex, dan wanita licik itu pasti melaku
"benarkah tidak ada yang tersisa sedikitpun cinta untukku ?" Tanya Donna.Alex menggelengkan kepala. "Benar, aku bukanlah pria yang tepat untukmu dan percayalah, Tuhan pasti sudah menyiapkan seorang pria untukmu yang jauh lebih segalanya dariku" ucapnya dengan lembut. Lalu ia melangkah untuk pergi.Setelah membuka pintu, Alex terkejut karena matanya langsung beradu dengan mata Vania. Wanita cantik yang sedang mengandung itu berdiri tepat di depan pintu dengan berlinang air mata. Hatinya pedih bagaikan teriris sembilu mendengar semua perbincangan Alex dan Donna."Sayang..." Ucap Alex. Ia langsung memeluk Vania dengan erat dan membawanya masuk ke dalam kamar."Abang, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Tante Donna ?" Vania bertanya setelah mereka tiba di kamar.Alex menatap sayu Vania. "Sayang, dua Minggu yang lalu aku membuat janji dengan Donna dan kami bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor Winata. Saat pertemuan itu, aku sengaja memberikan harapan kepada Donna, ba
Karena Vania selalu menolak untuk melakukan hubungan suami istri ! Akhirnya Alex masuk ke dalam kamar mandi. Ia berusaha menidurkan Alex junior dengan menggunakan sabun mandi.Tok...tok...tok..."Abang kenapa lama kali di dalam kamar mandi" teriak Vania dari balik pintu kamar mandi."Sebentar sayang, Abang lagi buang air besar" sahut Alex dari dalam sana."Ow... baiklah. Vania tidur duluan ya Abang" Vania kembali ke tempat tidur. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya hingga leher. Sementara Alex di dalam sana sedang berusaha keras untuk mengeluarkan cairan kental yang sudah 4 hari ini tertimbun di dalam sana."Ow...." Erang Alex setelah sesuatu ke luar dari benda tumpul miliknya. Ketika ke luar dari kamar mandi, Alex melihat Vania sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. "I love you sayang. Kamu adalah separuh hidupku" Alex mengecup kening Vania dengan lembut. Setelah itu baru ia membaringkan tubuh di atas tempat tidur untuk menjemput mimpi indah....................Satu Minggu
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Susan sudah sadarkan diri. Saat ia membuka mata ! Orang yang pertama kali ia cari adalah Vania. Dengan susah paya ia membuka mulut agar bisa berbicara dengan dokter yang saat itu sedang memeriksa kondisinya.Walaupun dengan tata bahasa yang sulit untuk dimengerti ! Sang dokter bisa mengerti dengan ucapan Susan. Ia bergegas ke luar dari ruangan lalu menghampiri Vania yang duduk di kursi besi bersama Alex."Maaf nona" ucap sang dokter."Iya dok" sahut Alex dengan sigap."Sepertinya pasien ingin mengatakan sesuatu kepada nona pak" jawab dokter."Apa.....?" Ucap Vania dan Alex secara bersamaan. "Susan sudah sadarkan diri ?" Lanjut Alex."Sudah pak. Nona Susan sudah melewati masa kritisnya" "Kalau begitu apa kami sudah bisa menemuinya dokter ?" Tanya Alex."Silahkan pak, tapi jangan terlalu lama, karena pasien butuh istirahat"Vania dan Alex melangkah menuju ruangan Susan. Setelah pintu terbuka, Vania sengaja melepaskan genggaman tangan Alex dari
Setelah pertemuan itu, Wiranto tidak pernah datang lagi ke kantor Winata grup. Bahkan ia melayangkan satu lembar kertas sebagai tanda pengunduran diri. Tetapi Alex tidak menanggapinya, bahkan ia meminta sekretaris untuk menghubungi Wiranto agar datang menemuinya.Tok....tok....tok...."Masuk" suara Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" ucap Wiranto sambil menjulurkan kepala dari balik pintu."Silahkan duduk" Alex mempersilahkan Wiranto duduk di kursi tamu yang ada di hadapannya."Maaf jangan memanggilku pak. Sesungguhnya akulah yang memanggil anda bapak, karena anda adalah ayah kandung dari Vania yaitu istriku" ucap Alex."Terima kasih" jawab singkat Wiranto."Bapak tidak perlu sungkan kepada saya. Karena saya adalah menantu anda. Masalah surat pengunduran diri yang bapak kirimkan dua hari yang lalu ! Saya menolaknya. Jangan membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Aku harap bapak bisa bersifat profesional" ucap Alex dengan tegas."Baik, saya akan melanjutkan tugasku sebagai karyawan
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seorang pria melangkah masuk dari pintu utama bersama pak Asep sang sopir pribadi Alex. Pria itu mengenakan celana hitam, kemeja biru tua dan mengenakan topi yang menutupi setengah dari wajahnya.Sontak kedatangannya membuat jantung Susan berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar dan dingin. Ia menatap tajam Donna sambil mengeratkan seluruh gigi. Ingin rasanya ia membunuh Donna saat ini juga.Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang mengandung 8 bulan itu mengerutkan kening melihat pria yang sedang melangkah dari pintu utama menuju ruang tamu. Ia merasa tidak asing dengan tubuh pria itu, hanya saja dia tidak bisa mengenalinya karena wajah pria itu tertutupi topi."Nah....itu dia sudah datang" Donna bangkit dari tempatnya, ia melangkah dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan pria itu."Mas Alex bisa bertanya kepadanya" ucap Donna setelah mereka tiba di ruang tamu dan duduk di atas sofa."Apa-apaan ini
Tepat pukul 7 malam, Alex dan Vania sudah tiba di kediaman Winata. Awalnya Vania menolak ajakan suaminya untuk berkunjung ke kediaman Winata, Vania takut bertemu dengan Susan. Tetapi karena Alex mengajak Dita juga ! Akhirnya Vania bersedia untuk ikut.Saat Vania melangkah masuk dari pintu utama ! Susan menyambut mereka dengan baik, ia bersikap manis dan ramah seperti tidak ada masalah diantara ia dan Vania."Hay Vania. Bagaimana kabarmu ? Sudah lama kita tidak bertemu" ucap Susan sambil menjabat tangan Vania dan mencium kedua pipinya. Susan juga melakukan hal yang sama kepada Dita. Tetapi berbeda dengan Alex, pria tampan itu justru menolak berjabat tangan dengan Susan. Alex menggenggam telapak tangan Vania sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia malas melihat tingkah Susan yang berputar-putara manis. "Eh... ternyata ada mas Alex dan Vania" suara Donna terdengar dari tangga. Wanita licik yang satu itu mengenakan gaun mini berwarna hitam, dengan dada sedikit terbuka. Ia sengaja memamer
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Alex menemukan cara untuk membuka mulut Donna. Ia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Donna. Alex mengajak Donna untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya. Dan ajakan itu mendapat respon baik dari Donna.Tetap pukul 12 siang, Alex sudah meninggalkan kantor Winata grup, ia melangkah menuju kafe di mana ia membuat janji dengan Donna. Dan benar saja, ketika ia tiba di sana ! Donna sudah menunggu di ruang VIP yang sudah dipesan Alex beberapa jam yang lalu."Maaf sudah membuat kamu lama menunggu" ucap Alex setelah menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Tidak apa-apa mas, aku juga bari sampai" jawab Donna dengan lembut. "Oh iya mas, untuk apa mas memintaku datang kemari ?" Lanjut Donna.Alex tersenyum, ia menggenggam punggung tangan Donna yang terletak di atas meja. "Yang pastinya, kedatangan kamu kemari tidak akan sia-sia dan mengecewakan" ucapnya dengan lembut.Sentuhan lembut dari tangan Alex sanggup membuat seluruh bulu
Setelah tiba di kediaman Winata, Alex langsung memanggil nama Donna dari ruang tamu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya. Alex bukan hanya curiga dengan sikap perubahan Vania, tetapi ia juga curiga tentang kedekatan putrinya dengan Wiranto. Bayang-bayang kedekatan Tia dengan Wiranto sewaktu di kafe, masih berputar-putar di bayangan mata Alex."Donna, Donna" panggil Alex dengan suara lantang.Mendengar suara Alex yang begitu lantang ! Lantas mengundang semua yang ada di mansion megah itu ke luar dari kamarnya masing-masing."Alex, kamu kenapa berteriak seperti ini sayang ?" Ucap Felicia saat ke luar dari kamarnya."Eh....mama" Alex menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya. "Apa mama melihat Donna ?" Lanjut Alex sambil bertanya."Aku di sini mas ?" Sahut Donna yang sedang melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu."Nah itu dia" Felicia menunjuk ke arah Donna."Don, aku ingin bertanya tentang Susan" ucap Alex tanpa basa-basi. Felicia menge