Keduanya berbagi tugas, Andrian mencoba mencari Vania dan Regina ke hotel. Sedangkan Alex kembali ke kediaman Winata. Ia yakin kalau Susan pasti mengetahui ke mana dan di mana Vania berada. Alex melajukan mobilnya membelah jalan ibu kota, ia sudah tidak sabar lagi untuk segera tiba di kediaman Winata. Alex berkali-kali memukul stir mobil untuk melampiaskan kekesalannya.Setelah tiba di kediaman Winata ! Alex segera turun dari mobil, ia melemparkan kunci kepada sopir pribadi untuk memasukkan mobilnya ke dalam garasi. "Susan, Susan" panggil Alex dengan nada yang tinggi dari lantai bawah. Sontak membuat semua penghuni mansion itu bangun dan ke luar dari kamarnya masing-masing."Ada apa sayang ? Kamu kenapa berteriak tengah malam seperti ini ?" Ucap Felicia yang baru ke luar dari kamarnya."Iya ada apa daddy ?" Sahut Tia. "Susan, Susan" Alex bukannya menjawab pertanyaan Tia dan Felicia, tetapi ia justru kembali berteriak memanggil Susan."Ada apa mas ?" Terdengar suara lembut Susan dari
Satu bulan telah berlalu, Vania sudah memulai hidup baru di kota Bandung, ia juga sudah kuliah sambil bekerja di sebuah kafe. Walaupun Vania masih memiliki banyak tabungan dan Susan selalu mengirimnya uang tiap Minggu ! Tetapi Vania tidak malas untuk bekerja, karena Vania harus menyiapkan segalanya untuk janin yang ada di dalam kandungannya saat ini. Sebelum kandungannya terlihat jelas dan diketahui Susan ! Vania ingin pindah dari apartemen itu dan mencari tempat lain yang tidak diketahui Susan. Vania yakin, jika Susan sampai mengetahui kalau ia sedang mengandung anak Alex ! Susan pasti semakin membencinya. Jadi sebelum semuanya semakin kacau, Vania memilih bersembunyi sampai anaknya lahir dan hal itu lebih aman baginya dan calon anaknya."Apa kakak tidak kuliah hari ini ?" Tanya Dita yang sedang berbaring di ruang keluarga sambil menonton televisi."Hari ini tanggal merah adikku sayang" sahut Vania."Oh iya, aku lupa" ucap Dita "berarti hari ini kita bisa jalan-jalan keliling Bandung
Alex yang sedang meeting bersama karyawan, tiba-tiba melihat layar ponselnya menyala dan sebuah pesan masuk. Di sana terlihat jelas nama yang mengirim pesan untuknya. Awalnya Alex hanya mengabaikannya, tetapi entah mengapa tiba-tiba ia penasaran ingin mengetahui isi dalam pesan itu. Selama ini Alex selalu mematikan ponselnya tiap kali meeting, tetapi semenjak Vania pergi ! Alex selalu menghidupkan ponsel, dan berharap Vania menghubunginya. Sebelum Alex ke luar dari ruangan, ia meminta manajer untuk melanjutkan meeting.*Lex, Vania masih di Jakarta ?* Pesan singkat yang masuk di ponsel Alex.Tanpa membalasnya, Alex langsung menghubungi Biyan."Hallo bro" suara dari seberang sana."Iya bro. Bagaimana kabarmu ?" Sahut Alex."Baik, kamu bagaimana ? Baik juga kan ?""Ya begitulah" sahut Alex dengan napas yang menderu. "Oh iya, kamu kenapa bertanya tentang Vania ?" Lanjutnya."Oh itu ! Kemari aku melihat wanita yang mirip Vania di rumah sakit Graha Bunda" "Ha....yang benar bro ? Kenapa k
Alex tersenyum bahagia setelah menerima informasi tentang Vania dari pihak rumah sakit. Ia menggenggam satu lembar kertas kecil di tangannya dan berkali-kali membaca tulisan yang ada di dalam kertas putih itu. Ingin rasanya ia segera tiba di sana dan memeluk Vania, karena rasa rindunya kepada wanita cantik itu sudah tidak terbendung lagi.Hanya butuh waktu 20 menit, Alex sudah tiba di depan sebuah bangunan tinggi. Ia menaiki lift menuju lantai lima. Dengan penuh semangat ia melangkah menuju pintu nomor 57.Tok....tok....tok... Alex mengetuk pintu dengan lembut.Tok....tok....tok.... Alex kembali mengetuk pintu karena sudah 5 menit tidak ada jawaban dan tidak ada yang membuka pintu."Apa Vania sedang ke luar ya ?" Ucap Alex kepada Biyan."Mungkin saja bro" sahut Biyan."Permisi pak. Apa bapak tamu dari nona Vania ?" Ucap seorang pria yang mengenakan seragam kebersihan."Ha, iya. Benar sekali" sahut Alex dengan sigap. Mendengar pria itu menyebut nama Vania membuat ia semakin semangat."
Hari telah berganti bulan pun telah berlalu, kandungan Vania yang sudah berusia 3 bulan membuat perut wanita cantik itu mulai menonjol ke depan. Tetapi Vania masih bisa menyembunyikannya dengan mengenakan pakaian yang lebih besar dan longgar, sehingga membuat adiknya Dita dan Regina tidak mengetahuinya hingga saat ini."Kakak hari ini bekerja ?" Tanya Dita."Iya adikku yang cantik" sahut Vania."Loh, kamu enggak jadi tukar sif dengan temanmu ?" Sahut Regina."Enggak Re, aku gak berani bicara dengan bos" jawab jujur Vania. Ia bukannya tidak berani bicara dengan bosnya. Tetapi Vania hanya malas, karena bosnya itu selalu menatap Vania dengan tatapan genit yang membuat Vania merasa tidak nyaman. Padahal usianya sudah memasuki 60 tahun, tapi masih suka genit dengan wanita."Ya, gagal dong kita berenang" keluh Regina. Padahal dua hari yang lalu mereka sudah membuat rencana kalau hari ini mereka akan berenang, bahkan Regina sudah meminta izin kepada bosnya, kalau hari ini ia tidak masuk beke
Vania yang sedari tadi sudah tiba di rumah kontraknya, merasa aneh melihat sikap Regina yang berubah menjadi pendiam. Biasanya Regina pasti semangat ketika Vania tiba di rumah. Tapi kali ini wanita cantik itu tidak membuka mulut, bahkan ia menunjukkan wajah cemberut dan tidak suka."Re, kamu kenapa ?" Tanya Vania.Regina bangkit dari sofa, ia melangkah menuju jendela tanpa menjawab pertanyaan Vania. Ia merasa kesal karena Vania menyembunyikan dan tidak mau jujur tentang kehamilannya selama ini kepadanya dan Dita. Sebagai sahabat, seharusnya Vania tidak menyembunyikan apapun darinya, apalagi masalah sebesar ini. Mungkin jika Regina mengetahuinya dari awal ! Ia pasti menolak untuk pergi dari Jakarta dan ia pasti mengatakannya kepada Alex."Re, aku ada salah ya ? Aku minta maaf ya ?" Bujuk Vania. Ia berpikir Regina bersikap seperti itu karena ada kesalahan yang ia lakukan tanpa disadari."Aku tidak bisa memaafkan kamu Vania. Kamu itu terlalu munafik" sahut Regina."Aku minta maaf jika ak
Sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan, Susan tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya. Ia merasa bahagia dan ini adalah pertanda baik baginya. Sudah dua bulan ia kembali ke kediaman Winata, tetapi belum pernah sekalipun Alex mengajaknya ke luar, bahkan untuk sarapan dan makan malam pun, mereka hampir tidak pernah bersama. Tetapi hari ini justru pria tampan itu mengajaknya untuk berbelanja."Mas, nanti kita singgah sebentar di toko jam langganan aku waktu dulu ya ?" Ucap Susan yang duduk di bangku depan samping pengemudi, sedangkan Alex duduk di bangku pengemudi dan Tia duduk di bangku penumpang."Ya" jawab singkat Alex."Terima kasih mas" ucap Susan sambil tersenyum manis kepada Alex.Setelah tiba di pusat perbelanjaan, Susan menggandeng tangan Alex, namun pria tampan itu menolaknya, dan lebih memilih menggandeng Tia. Entah mengapa Alex merasa tidak nyaman bersentuhan dengan wanita lain selain Vania dan putrinya Tia. Apakan karena Alex terlalu cinta kepada Vania ? Hanya w
Sebelum masuk ke dalam lift menuju ruangan Alex ! Susan terlebih dahulu menemui security untuk mengatakan, agar mengusir Dita jika datang lagi ke sana.Tok...tok...tok...Susan mengetuk pintu ruangan Alex."Masuk" suara bariton dari dalam."Selamat siang mas ?" Sapa Susan sambil menjulurkan kepalanya dari balik pintu."Siang" Suhut singkat Alex tanpa melihat Susan. Mendengar suaranya saja ia sudah tahu siapa yang ada di sana.Susan melangkah menghampiri meja kerajaan Alex "mas aku membawa makan siang untuk kamu" ucapnya sambil menaruh kotak makan di atas meja."Terima kasih ya ? Tapi lain kali kamu tidak perlu repot-repot untuk mengantar makan siang untukku. Aku bisa memesan makanan dari kantin atau restoran lain" ucap Alex."Enggak apa-apa mas. Aku tidak merasa direpotkan" sahut Susan."Tapi aku merasa tidak enak Susan" ucap Alex."Baiklah" sahut Susan "kalau begitu aku permisi dulu mas" lanjutnya. Sebenarnya ia berencana untuk makan siang bersama dengan Alex. Tetapi melihat wajah Ale
"apa ?" Ucap Alex untuk memperjelas."Iya pak . Kami sudah menemukan semua bukti-bukti" Semuanya hanya diam mematung saat polisi membawa Donna ke kantor polisi. Mereka tidak tahu harus berkata dan berbuat apa, karena bukti video dan rekaman pembicaraan Donna sudah di tangan pihak kepolisian, dan semua itu hasil kerja keras Wiranto. Pria paruh baya itu lah yang sudah melaporkan Donna dan memberikan bukti. Ia masih menyimpan rekaman Cctv waktu Donna merusak rem mobil suaminya sendiri, dan hari itu juga suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematian. Wiranto juga mendapat ponsel milik Susan ditempat kejadian kecelakaan dua Minggu yang lalu, di dalam ponsel itu terdapat rekaman perbicangan antara Susan dan Donna. Di sana jelas terdengar kalau Donna yang meminta Susan untuk melakukan tindakan berbahaya itu. Semua itu dilakukan Wiranto untuk memberikan kenyamanan pada anaknya terutama kepada Vania. Ia tahu kalau Donna sejak dulu mencintai Alex, dan wanita licik itu pasti melaku
"benarkah tidak ada yang tersisa sedikitpun cinta untukku ?" Tanya Donna.Alex menggelengkan kepala. "Benar, aku bukanlah pria yang tepat untukmu dan percayalah, Tuhan pasti sudah menyiapkan seorang pria untukmu yang jauh lebih segalanya dariku" ucapnya dengan lembut. Lalu ia melangkah untuk pergi.Setelah membuka pintu, Alex terkejut karena matanya langsung beradu dengan mata Vania. Wanita cantik yang sedang mengandung itu berdiri tepat di depan pintu dengan berlinang air mata. Hatinya pedih bagaikan teriris sembilu mendengar semua perbincangan Alex dan Donna."Sayang..." Ucap Alex. Ia langsung memeluk Vania dengan erat dan membawanya masuk ke dalam kamar."Abang, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Tante Donna ?" Vania bertanya setelah mereka tiba di kamar.Alex menatap sayu Vania. "Sayang, dua Minggu yang lalu aku membuat janji dengan Donna dan kami bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor Winata. Saat pertemuan itu, aku sengaja memberikan harapan kepada Donna, ba
Karena Vania selalu menolak untuk melakukan hubungan suami istri ! Akhirnya Alex masuk ke dalam kamar mandi. Ia berusaha menidurkan Alex junior dengan menggunakan sabun mandi.Tok...tok...tok..."Abang kenapa lama kali di dalam kamar mandi" teriak Vania dari balik pintu kamar mandi."Sebentar sayang, Abang lagi buang air besar" sahut Alex dari dalam sana."Ow... baiklah. Vania tidur duluan ya Abang" Vania kembali ke tempat tidur. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya hingga leher. Sementara Alex di dalam sana sedang berusaha keras untuk mengeluarkan cairan kental yang sudah 4 hari ini tertimbun di dalam sana."Ow...." Erang Alex setelah sesuatu ke luar dari benda tumpul miliknya. Ketika ke luar dari kamar mandi, Alex melihat Vania sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. "I love you sayang. Kamu adalah separuh hidupku" Alex mengecup kening Vania dengan lembut. Setelah itu baru ia membaringkan tubuh di atas tempat tidur untuk menjemput mimpi indah....................Satu Minggu
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Susan sudah sadarkan diri. Saat ia membuka mata ! Orang yang pertama kali ia cari adalah Vania. Dengan susah paya ia membuka mulut agar bisa berbicara dengan dokter yang saat itu sedang memeriksa kondisinya.Walaupun dengan tata bahasa yang sulit untuk dimengerti ! Sang dokter bisa mengerti dengan ucapan Susan. Ia bergegas ke luar dari ruangan lalu menghampiri Vania yang duduk di kursi besi bersama Alex."Maaf nona" ucap sang dokter."Iya dok" sahut Alex dengan sigap."Sepertinya pasien ingin mengatakan sesuatu kepada nona pak" jawab dokter."Apa.....?" Ucap Vania dan Alex secara bersamaan. "Susan sudah sadarkan diri ?" Lanjut Alex."Sudah pak. Nona Susan sudah melewati masa kritisnya" "Kalau begitu apa kami sudah bisa menemuinya dokter ?" Tanya Alex."Silahkan pak, tapi jangan terlalu lama, karena pasien butuh istirahat"Vania dan Alex melangkah menuju ruangan Susan. Setelah pintu terbuka, Vania sengaja melepaskan genggaman tangan Alex dari
Setelah pertemuan itu, Wiranto tidak pernah datang lagi ke kantor Winata grup. Bahkan ia melayangkan satu lembar kertas sebagai tanda pengunduran diri. Tetapi Alex tidak menanggapinya, bahkan ia meminta sekretaris untuk menghubungi Wiranto agar datang menemuinya.Tok....tok....tok...."Masuk" suara Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" ucap Wiranto sambil menjulurkan kepala dari balik pintu."Silahkan duduk" Alex mempersilahkan Wiranto duduk di kursi tamu yang ada di hadapannya."Maaf jangan memanggilku pak. Sesungguhnya akulah yang memanggil anda bapak, karena anda adalah ayah kandung dari Vania yaitu istriku" ucap Alex."Terima kasih" jawab singkat Wiranto."Bapak tidak perlu sungkan kepada saya. Karena saya adalah menantu anda. Masalah surat pengunduran diri yang bapak kirimkan dua hari yang lalu ! Saya menolaknya. Jangan membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Aku harap bapak bisa bersifat profesional" ucap Alex dengan tegas."Baik, saya akan melanjutkan tugasku sebagai karyawan
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seorang pria melangkah masuk dari pintu utama bersama pak Asep sang sopir pribadi Alex. Pria itu mengenakan celana hitam, kemeja biru tua dan mengenakan topi yang menutupi setengah dari wajahnya.Sontak kedatangannya membuat jantung Susan berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar dan dingin. Ia menatap tajam Donna sambil mengeratkan seluruh gigi. Ingin rasanya ia membunuh Donna saat ini juga.Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang mengandung 8 bulan itu mengerutkan kening melihat pria yang sedang melangkah dari pintu utama menuju ruang tamu. Ia merasa tidak asing dengan tubuh pria itu, hanya saja dia tidak bisa mengenalinya karena wajah pria itu tertutupi topi."Nah....itu dia sudah datang" Donna bangkit dari tempatnya, ia melangkah dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan pria itu."Mas Alex bisa bertanya kepadanya" ucap Donna setelah mereka tiba di ruang tamu dan duduk di atas sofa."Apa-apaan ini
Tepat pukul 7 malam, Alex dan Vania sudah tiba di kediaman Winata. Awalnya Vania menolak ajakan suaminya untuk berkunjung ke kediaman Winata, Vania takut bertemu dengan Susan. Tetapi karena Alex mengajak Dita juga ! Akhirnya Vania bersedia untuk ikut.Saat Vania melangkah masuk dari pintu utama ! Susan menyambut mereka dengan baik, ia bersikap manis dan ramah seperti tidak ada masalah diantara ia dan Vania."Hay Vania. Bagaimana kabarmu ? Sudah lama kita tidak bertemu" ucap Susan sambil menjabat tangan Vania dan mencium kedua pipinya. Susan juga melakukan hal yang sama kepada Dita. Tetapi berbeda dengan Alex, pria tampan itu justru menolak berjabat tangan dengan Susan. Alex menggenggam telapak tangan Vania sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia malas melihat tingkah Susan yang berputar-putara manis. "Eh... ternyata ada mas Alex dan Vania" suara Donna terdengar dari tangga. Wanita licik yang satu itu mengenakan gaun mini berwarna hitam, dengan dada sedikit terbuka. Ia sengaja memamer
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Alex menemukan cara untuk membuka mulut Donna. Ia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Donna. Alex mengajak Donna untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya. Dan ajakan itu mendapat respon baik dari Donna.Tetap pukul 12 siang, Alex sudah meninggalkan kantor Winata grup, ia melangkah menuju kafe di mana ia membuat janji dengan Donna. Dan benar saja, ketika ia tiba di sana ! Donna sudah menunggu di ruang VIP yang sudah dipesan Alex beberapa jam yang lalu."Maaf sudah membuat kamu lama menunggu" ucap Alex setelah menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Tidak apa-apa mas, aku juga bari sampai" jawab Donna dengan lembut. "Oh iya mas, untuk apa mas memintaku datang kemari ?" Lanjut Donna.Alex tersenyum, ia menggenggam punggung tangan Donna yang terletak di atas meja. "Yang pastinya, kedatangan kamu kemari tidak akan sia-sia dan mengecewakan" ucapnya dengan lembut.Sentuhan lembut dari tangan Alex sanggup membuat seluruh bulu
Setelah tiba di kediaman Winata, Alex langsung memanggil nama Donna dari ruang tamu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya. Alex bukan hanya curiga dengan sikap perubahan Vania, tetapi ia juga curiga tentang kedekatan putrinya dengan Wiranto. Bayang-bayang kedekatan Tia dengan Wiranto sewaktu di kafe, masih berputar-putar di bayangan mata Alex."Donna, Donna" panggil Alex dengan suara lantang.Mendengar suara Alex yang begitu lantang ! Lantas mengundang semua yang ada di mansion megah itu ke luar dari kamarnya masing-masing."Alex, kamu kenapa berteriak seperti ini sayang ?" Ucap Felicia saat ke luar dari kamarnya."Eh....mama" Alex menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya. "Apa mama melihat Donna ?" Lanjut Alex sambil bertanya."Aku di sini mas ?" Sahut Donna yang sedang melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu."Nah itu dia" Felicia menunjuk ke arah Donna."Don, aku ingin bertanya tentang Susan" ucap Alex tanpa basa-basi. Felicia menge