Alex tersenyum bahagia setelah menerima informasi tentang Vania dari pihak rumah sakit. Ia menggenggam satu lembar kertas kecil di tangannya dan berkali-kali membaca tulisan yang ada di dalam kertas putih itu. Ingin rasanya ia segera tiba di sana dan memeluk Vania, karena rasa rindunya kepada wanita cantik itu sudah tidak terbendung lagi.Hanya butuh waktu 20 menit, Alex sudah tiba di depan sebuah bangunan tinggi. Ia menaiki lift menuju lantai lima. Dengan penuh semangat ia melangkah menuju pintu nomor 57.Tok....tok....tok... Alex mengetuk pintu dengan lembut.Tok....tok....tok.... Alex kembali mengetuk pintu karena sudah 5 menit tidak ada jawaban dan tidak ada yang membuka pintu."Apa Vania sedang ke luar ya ?" Ucap Alex kepada Biyan."Mungkin saja bro" sahut Biyan."Permisi pak. Apa bapak tamu dari nona Vania ?" Ucap seorang pria yang mengenakan seragam kebersihan."Ha, iya. Benar sekali" sahut Alex dengan sigap. Mendengar pria itu menyebut nama Vania membuat ia semakin semangat."
Hari telah berganti bulan pun telah berlalu, kandungan Vania yang sudah berusia 3 bulan membuat perut wanita cantik itu mulai menonjol ke depan. Tetapi Vania masih bisa menyembunyikannya dengan mengenakan pakaian yang lebih besar dan longgar, sehingga membuat adiknya Dita dan Regina tidak mengetahuinya hingga saat ini."Kakak hari ini bekerja ?" Tanya Dita."Iya adikku yang cantik" sahut Vania."Loh, kamu enggak jadi tukar sif dengan temanmu ?" Sahut Regina."Enggak Re, aku gak berani bicara dengan bos" jawab jujur Vania. Ia bukannya tidak berani bicara dengan bosnya. Tetapi Vania hanya malas, karena bosnya itu selalu menatap Vania dengan tatapan genit yang membuat Vania merasa tidak nyaman. Padahal usianya sudah memasuki 60 tahun, tapi masih suka genit dengan wanita."Ya, gagal dong kita berenang" keluh Regina. Padahal dua hari yang lalu mereka sudah membuat rencana kalau hari ini mereka akan berenang, bahkan Regina sudah meminta izin kepada bosnya, kalau hari ini ia tidak masuk beke
Vania yang sedari tadi sudah tiba di rumah kontraknya, merasa aneh melihat sikap Regina yang berubah menjadi pendiam. Biasanya Regina pasti semangat ketika Vania tiba di rumah. Tapi kali ini wanita cantik itu tidak membuka mulut, bahkan ia menunjukkan wajah cemberut dan tidak suka."Re, kamu kenapa ?" Tanya Vania.Regina bangkit dari sofa, ia melangkah menuju jendela tanpa menjawab pertanyaan Vania. Ia merasa kesal karena Vania menyembunyikan dan tidak mau jujur tentang kehamilannya selama ini kepadanya dan Dita. Sebagai sahabat, seharusnya Vania tidak menyembunyikan apapun darinya, apalagi masalah sebesar ini. Mungkin jika Regina mengetahuinya dari awal ! Ia pasti menolak untuk pergi dari Jakarta dan ia pasti mengatakannya kepada Alex."Re, aku ada salah ya ? Aku minta maaf ya ?" Bujuk Vania. Ia berpikir Regina bersikap seperti itu karena ada kesalahan yang ia lakukan tanpa disadari."Aku tidak bisa memaafkan kamu Vania. Kamu itu terlalu munafik" sahut Regina."Aku minta maaf jika ak
Sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan, Susan tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya. Ia merasa bahagia dan ini adalah pertanda baik baginya. Sudah dua bulan ia kembali ke kediaman Winata, tetapi belum pernah sekalipun Alex mengajaknya ke luar, bahkan untuk sarapan dan makan malam pun, mereka hampir tidak pernah bersama. Tetapi hari ini justru pria tampan itu mengajaknya untuk berbelanja."Mas, nanti kita singgah sebentar di toko jam langganan aku waktu dulu ya ?" Ucap Susan yang duduk di bangku depan samping pengemudi, sedangkan Alex duduk di bangku pengemudi dan Tia duduk di bangku penumpang."Ya" jawab singkat Alex."Terima kasih mas" ucap Susan sambil tersenyum manis kepada Alex.Setelah tiba di pusat perbelanjaan, Susan menggandeng tangan Alex, namun pria tampan itu menolaknya, dan lebih memilih menggandeng Tia. Entah mengapa Alex merasa tidak nyaman bersentuhan dengan wanita lain selain Vania dan putrinya Tia. Apakan karena Alex terlalu cinta kepada Vania ? Hanya w
Sebelum masuk ke dalam lift menuju ruangan Alex ! Susan terlebih dahulu menemui security untuk mengatakan, agar mengusir Dita jika datang lagi ke sana.Tok...tok...tok...Susan mengetuk pintu ruangan Alex."Masuk" suara bariton dari dalam."Selamat siang mas ?" Sapa Susan sambil menjulurkan kepalanya dari balik pintu."Siang" Suhut singkat Alex tanpa melihat Susan. Mendengar suaranya saja ia sudah tahu siapa yang ada di sana.Susan melangkah menghampiri meja kerajaan Alex "mas aku membawa makan siang untuk kamu" ucapnya sambil menaruh kotak makan di atas meja."Terima kasih ya ? Tapi lain kali kamu tidak perlu repot-repot untuk mengantar makan siang untukku. Aku bisa memesan makanan dari kantin atau restoran lain" ucap Alex."Enggak apa-apa mas. Aku tidak merasa direpotkan" sahut Susan."Tapi aku merasa tidak enak Susan" ucap Alex."Baiklah" sahut Susan "kalau begitu aku permisi dulu mas" lanjutnya. Sebenarnya ia berencana untuk makan siang bersama dengan Alex. Tetapi melihat wajah Ale
Alex mengepalkan kelima jari tangan, lalu melampiaskannya di atas meja, ia begitu kesal saat melihat hasil rekaman Cctv, di sana terlihat jelas kalau Susan menarik paksa Dita masuk ke salah satu ruangan yang berada di lantai satu. Ia juga semakin kesal saat melihat petugas keamanan berdebat dengan Dita dan memaksanya ke luar dari sana. Alex meraih telepon dari atas meja, lalu menghubungi bagian resepsionis dan memintanya untuk datang menemuinya.Tok....tok....tok....."Masuk" suara dingin Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis itu menjulurkan kepala dari balik pintu. Ia melangkah mendekati meja kerja Alex dengan tubuh yang gemetar. Melihat wajah Alex yang dingin seperti itu ! Ia sudah tahu kalau bosnya itu sedang marah dan sebentar lagi akan meledak saat ia membuka mulut."Di mana yang lainnya ?" Tanya Alex tanpa melihat lawan bicaranya."Mereka menunggu di luar pak ?" Jawabnya dengan hormat.Alex menegakkan kepala untuk melihat wanita y
Dita tidak kalah terkejut melihat Vania dan Regina berdiri di depan pintu apartemen Rico, ia tidak menyangka kalau kedua wanita cantik itu mengetahui ia di Jakarta dan menyusulnya."Kakak" ucap Dita setelah pintu terbuka dan melihat Vania.Vania tidak menjawab sapaan Dita, ia langsung memeluk adik kesayangannya itu sambil meneteskan air mata. "Dita kak sangat mengkhawatirkan kamu" ucapnya."Dita baik-baik saja kak. Maafkan Dita yang sudah membuat kak khawatir" sahut Dita dengan penuh rasa sesal."Ayo masuk dulu, jangan lama-lama berdiri di pintu, nanti tetangga berpikir kalau aku banyak utang" canda Rico untuk menghibur Vania dan Dita.Sementara Alex saat ini sedang menuju apartemen, pria tampan itu berpikir kalau Vania dan Regina pasti ke sana untuk mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal. Ia terburu-buru turun dari mobil, melangkahkan masuk ke dalam lift menuju lantai delapan. Dengan rasa tidak sabar ! Alex menempelkan kunci untuk membuka pintu. Ia berlari masuk ke dalam da
Vania membulatkan mata, ia menelan salivanya dengan kasar mendengar ucapan Alex. Bagaimana pria tampan itu tahu kalau ia sedang hamil saat ini ? Pertanyaan itulah yang ada di dalam pikiran Vania."Apa kamu ingin memisahkannya dari ayahnya ?"Alex kembali bertanya. Ia menatap mata Vania dengan sungguh-sungguh.Vania gugup untuk menjawabnya, ia bingung harus berkata jujur atau tidak. Jika dia jujur ! Alex pasti tidak akan melepaskannya lagi, dan hal itu akan membuat hubungannya dengan Susan semakin kacau. Jika dia berbohong tentang kehamilannya ! Tentu anaknya tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang dari ayah kandungnya sendiri. Tetapi Vania memutuskan untuk menutupi kehamilannya, ia teringat tentang pesan singkat dari Susan yang mengatakan, kalau Alex akan memintanya untuk mengugurkan kandungannya.Vania menjauhkan tangan Alex dari perutnya. "Abang bicara apa ?" Ucapnya."Tidak usah berpura-pura Vania. Abang tahu kalau kamu saat ini sedang mengandung anak kita" todong Alex dengan teg