“Tante Kinan, kenapa jam segini Ayah belum pulang?”Kinan menatap gadis berkulit putih susu yang barusan melontarkan pertanyaan padanya. Sesaat kemudian, matanya beralih melirik jam yang digantung di dinding. Menunjukkan pukul delapan malam. Seharusnya laki-laki itu sudah berada di rumah sejak tiga jam yang lalu. Tapi hal apa yang membuatnya masih belum pulang juga sampai sekarang?“Enggak lama lagi ayahmu pasti akan pulang,” sahut Kinan seraya mengelus rambut Shandy. Sesekali anak itu menguap, kelopak matanya terlihat berat menahan kantuk. “Mendingan Shandy tidur di kamar. Tante temenin sampai Ayah pulang,” tambahnya.“Tapi Ayah gak kenapa-napa, ‘kan?”Kinan tersenyum, mencoba meyakinkan Shandy bahwa tidak ada sesuatu yang buruk pada ayahnya. “Ayah selalu baik-baik saja, karena dia mau menjaga Shandy setiap waktu,” jawabnya.Kali ini Shandy mengembuskan napas panjang. Berharap apa yang Kinan katakan memang benar. Juna baik-baik saja dan tidak akan pernah berhenti menjaganya sampai di
Jadi, kamu mau ketemu dengan pemeran di sinetron, ‘Cinta dalam Do’a’?” tanya salah satu gadis seusia Shandy.“Benar. Aku akan pergi ke lokasi syuting sepulang sekolah bersama ibuku,” jawab anak yang tadi ditanya.“Wow! Itu keren,” sambar yang lainnya. Dan anak itu—yang katanya akan datang ke lokasi syuting—tampak menyunggingkan senyuman bangga. Merasa sangat senang karena dirinya akan bertemu dengan artis-artis yang tengah naik daun.“Nela, apa aku boleh ikut ke lokasi syuting? Aku mau bertemu dengan pemeran ‘Luna’.”Beberapa gadis kecil yang sedang santai dengan percakapan mereka pun kini melirik garang ke arah Shandy. Merasa tidak senang karena Shandy menyambar percakapan mereka.“Aku enggak mau ngajak kamu. Dasar anak kampung!” Lalu mereka tertawa bersama. Menganggap itu adalah lelucon, meskipun mereka sadar bahwa Shandy bisa saja terluka karena ucapan itu.“Mendingan kamu pergi sama guru-guru aja. Bukannya kamu anak emas mereka?” ucap siswi lainnya.Itulah alasan mengapa sebagian
Juna membungkukkan badan seraya menyatukan kedua alis saat menemukan sesuatu di bawah sana. Mengulurkan tangan, mengambil kertas tipis yang setelah dibaca olehnya, ternyata itu merupakan kartu nama Airish. Sebuah alamat dan nomor telepon tertera di sana. Juna terdenyum.Mungkinkah ini cara Tuhan untuk mendekatkan dirinya dengan Airish?***Juna mengundang Kinan makan malam di rumahnya. Dengan beberapa menu makanan seadanya di atas meja, Juna berharap Kinan menikmatinya dengan senang hati.Juna melirik Kinan dan Shandy silih berganti. Tanpa sadar ia menyunggingkan senyuman manis. Jika saja wanita yang duduk di sebelah kursi Shandy itu adalah Airish, maka Juna tak perlu lagi merasakan luka di hatinya.“Gimana rasanya?” Pertanyaan itu meluncur dari bibir Juna untuk Kinan.Kinan menebarkan ekspresi seperti sedang meresapi masakan Juna. “Enak,” gumamnya sedikit tersenyum.“Masakan Ayah selalu yang paling enak,” sambar Shandy.Juna cukup senang mendengarnya. Untung saja dia bisa masak, sehi
Sayang sekali, Airish malah memilih jawaban berbeda dari yang Juna pikirkan. “Dia mengangkat teleponku saat kamu meninggalkan dompet di taksi. Dan aku bisa menebak kalau anak itu pintar. Anakmu sangat pandai bicara,” jelasnya.Pupus sudah harapan Juna yang mengira kalau Airish ingat masa lalunya. Sudahlah. Wanita itu mungkin sudah muak hidup miskin bersamanya.Menyembunyikan kekecewaannya, Juna memilih tersenyum. “Dia pintar seperti ibunya.” Begitu katanya. Airish hanya manggut-manggut.“Kamu mau menemuinya sebentar?”Pertanyaan Juna menimbulkan kernyitan pada kening Airish. Kenapa juga ia harus menemui Shandy?Juna sadar atas apa yang ia ucapkan barusan, lalu segera menepis setitik air yang keluar dari ujung matanya. “Maksudku, Shandy pasti akan sangat bahagia bertemu denganmu, karena dia menyukai sinetronmu,” alibinya. Menyelipkan kekehan ringan agar Airish tidak melihat kesedihannya.“Hey ... kamu nangis lagi?” Airish yang sudah terlanjur melihat Juna menepis air mata, kini menyipi
BRAK!Shandy terkejut atas apa yang baru saja dilakukan teman sekelasnya, yaitu saat gadis ber-nametag ‘Nela Arleta’ secara sengaja menggebrak meja sekaligus menyerahkan sebuah majalah di hadapannya. Tatapan tajamnya memandang geram wajah Shandy. Dan beberapa teman yang lain bersedekap tangan di samping Nela.“Lihat apa yang dilakukan ayahmu! Dia mengaku sebagai suami dari artis cantik favoritku. Kalau aku jadi kamu, aku nggak bakalan berani keluar rumah. Bikin malu!”Itulah kalimat yang dilontarkan Nela kepada Shandy, yang mendapat balasan dari Shandy dengan menatap majalah di atas meja. Melihat sebuah gambar di majalah, yang mana terlihat ayahnya sedang mencengkeram lengan Airish ketika wanita itu sedang memeluk gadis kecil yang berperan sebagai ‘Luna’.Dan di atas majalah tersebut tertulis sebuah judul, ‘Benarkah Reina Istri dari Arjuna Basupati?’Belum sampai Shandy membuka suara, Nela kembali berucap, “Apakah kamu dan ayahmu hidup terlalu miskin, sampai melakukan sensasi untuk me
Juna menggenggam erat telapak tangan putri tercintanya. Mencoba menyunggingkan senyuman kecil, walau sebenarnya ia tahu itu tidak berarti apa-apa untuk membuat Shandy terbangun dari koma.“Alasan kenapa Ayah harus tetap berkerja, itu karena kamu. Ayah nggak tahu harus melakukan apa tanpa kamu. Jadi, untuk itu … kamu harus bangun! Kamu adalah putri kecil Ayah yang sangat manis dan pintar. Jangan pernah tinggalin Ayah seperti yang dilakukan Bunda terhadap kita. Sekarang Ayah sudah mulai terbiasa meskipun tanpa Bunda. Jadi, Shandy ...”—sejenak Juna menunda ucapannya untuk mengambil napas—“bangun dan tataplah Ayah! Tersenyumlah bersama Ayah. Kita lewati kesulitan ini dengan canda tawa yang tersisa. Karena Ayah … nggak butuh yang lainnya saat ada di dekatmu.”Juna menangis. Sedih, khawatir, cemas, takut, panik dan masih banyak perasaan lain untuk menggambarkan suasana hati Juna saat ini. Air matanya meluncur bersama isakan-isakan kecil yang semakin tak tertahankan. Ia menunduk lemah seraya
Airish membaca lirik lagu yang diberikan oleh seorang produser musik padanya. Sebuah lagu dengan judul, ‘Untukmu Aku Bertahan’. Airish diminta untuk mempopulerkan lagu tersebut. Lalu ia menatap sang produser sesaat. “Gimana nadanya?”Laki-laki itu, Reno menyodorkan recorder kepada Airish. Meminta wanita itu untuk memutar rekaman yang sudah diabadikan olehnya, saat sang pencipta lagu, Juna menyanyikannya di café.Airish memutar rekaman tersebut. Mendengarkan suara lembut dengan iringan musik yang begitu menghanyutkan. Tiba-tiba saja … satu hal yang Airish tidak mengerti, yaitu saat kedua matanya terpejam seraya menikmati musik yang mengalun dari recorder tersebut, lalu kepalanya terasa sedikit berat. Pusing.Samar-samar Airish melihat seorang pria yang sedang memainkan gitar sambil menyanyikan lagu dengan penuh perasaan. Seakan-akan lagu itu sengaja dipersembahkan untuknya.Airish meringis. Siapa laki-laki itu?Mata Airish masih tertutup rapat. Ia sudah mencoba mengingat baik-baik siap
“Halo, apa kabar?” Host laki-laki itu tersenyum menjabat tangan Juna.Juna balas tersenyum seraya menyahut, “Kabar baik.” Setelah itu, atas permintaan host, Juna diperkenankan duduk di sebelah Airish.“Nama lengkap Anda Arjuna Basupati, benar?” tanya host memastikan. “Anda adalah mantan aktor beberapa tahun yang lalu, 'kan?”Juna mengangguk dengan kedua tangan saling bertautan di antara lututnya. “Benar.”Sedangkan, wanita yang ada di samping Juna tampak memasang ekspresi tidak percaya. Rupanya pencipta lagu itu adalah Juna. Dan sekarang ada beberapa hal yang membuatnya tidak tenang.Pertama, Alan pasti akan sangat marah jika tahu kalau tamu kejutan untuknya adalah Juna.Kedua, ini tayang secara live, pasti banyak masyarakat yang tak asing lagi melihat paras tampan Juna. Gosip itu … ah, kalangan publik pasti berpikir yang bukan-bukan tentang mereka. Mungkin mengira kalau Juna benar-benar suaminya. Atau bahkan mulai percaya bahwa Reina sebenarnya adalah Airish.“Reina, apa yang ingin A
Hari ini Airish mendatangi rumah Alan untuk meminta tanda tangan pria itu di surat cerai. Ia tidak hanya sendirian, melainkan diantar oleh Juna. Meskipun Airish mengatakan dia bisa pergi sendiri dan menyelesaikan masalahnya dengan Alan secara empat mata, tetapi Juna bersikukuh ingin ikut.“Memangnya kamu tahu apa yang akan Alan lakukan kalau enggak ada aku? Gimana kalau nanti dia berani meluk-meluk atau nyium kamu kayak waktu itu? Kalau ada aku, nanti aku bisa ngehajar muka dia sampe bonyok. Biar kapok!” ucap Juna ketika Airish bicara bahwa dirinya tidak perlu diantar.Dan di sinilah mereka sekarang. Berdiri di depan pintu rumah Alan sambil menekan tombol bel beberapa kali. Menunggu sang empunya rumah membukakan pintu untuk mereka.CKLEK!Pintu terbuka. Menampilkan sosok Alan yang memandang sinis kedatangan Airish bersama Juna. Alan terlihat tidak suka dengan kehadiran Juna di samping Airish—yang selama ini selalu ia panggil dengan nama Reina.“Aku mau minta tanda tangan kamu. Kita re
“Sebenarnya ada apa, sih, Jun? Tumben banget kamu ngajakin kita kumpul kayak gini?” tanya Demian dengan ekspresi penasaran.Juna tersenyum simpul membalas pertanyaan ayah mertuanya tersebut. Ia menyapukan bola mata ke sekeliling, melihat bagaimana orang-orang itu tampak tidak sabar mendengar jawaban dari mulutnya.Selain Demian dan Juna di ruang makan, di sini juga sudah ada Elena, Diana, Kiran dan tentunya Shandy. Juna sengaja mengumpulkan mereka untuk memberi kejutan bahwa Airish sudah kembali, dan artis pendatang baru bernama Reina itu aslinya memang benar-benar Airish.“Aku punya satu kejutan buat kita semua,” ucap Juna dengan ekspresi misterius.“Kejutan apa, sih, Bang? Alay banget, deh. Langsung aja ke intinya napa,” cibir Aisyah, adik perempuan Juna yang telah beranjak dewasa.Juna menyuruh orang-orang itu menutup mata dan jangan mengintip. Meskipun penasraan, tapi mereka berusaha sabar. Mengikuti permintaan Juna untuk menutup mata menggunakan kedua telapak tangan.“Tunggu samp
Sebagai orang yang sudah sama-sama dewasa, Juna dan Airish memutuskan untuk membahas masalah mereka baik-baik dan dengan kepala dingin. Tidak lupa mengajak Kinan juga, karena perempuan itu juga terseret dalam masalah ini.Mereka telah berkumpul di ruang tengah. Juna, Airish dan Kinan. Sementara Shandy masuk ke kamarnya—tidak diperbolehkan oleh Juna untuk ikut campur permasalahan orang dewasa.“Karena Airish sudah terlanjur tahu, maka aku akan menyelesaikan semuanya sekarang.” Juna angkat bicara. Memandang dua wanita di sofa yang berseberangan dengannya.“Sebenarnya aku sama Kinan memang sudah lamaran, Rish,” ungkap pria itu apa adanya. “Itu jauh sebelum aku menemukan kamu kembali.”Airish mengerling, menahan sesak di dada karena kenyataan itu terlalu pahit baginya.“Tapi aku juga bilang sama Kinan, kalau aku enggak bisa meninggalkan kamu. Aku enggak bisa memilih satu di antara kalian.” Lagi, mulut Juna terbuka untuk mengatakan, “Memang aku sangat serakah dan egois, aku tahu. Tapi inil
Alan baru saja sampai di gerbang sekolah. Melihat beberapa orang yang berkerumun di depan sana, membuatnya bingung dan mengernyitkan alis. Kebanyakan dari mereka saling membawa kamera, tetapi ada juga yang membawa recorder. Ada yang memegang mic juga.Lalu seorang satpam yang sejak tadi menghalangi orang-orang itu agar tidak masuk ke gerbang sekolah, kini menatap ke arah mobil Alan dengan pandangan meminta bantuan. Alan membuka pintu mobil, keluar dari dalamnya lalu menghampiri karamaian.“Itu Pak Alan!” seru salah seorang wartawan.Lantas saja orang-orang itu berlari mendekati Alan. Mereka bercepat-cepat menyodorkan mic di depan wajah Alan. Sorotan kamera langsung mengarah padanya, bahkan ada beberapa yang mengabadikan fotonya. Mereka semua melontarkan kalimat tanya secara bersamaan, bertubi-tubi. Sangat ribut dan berisik. Alan bahkan sampai bingung harus menjawab yang mana dulu.“Pak Alan, apakah benar Anda akan segera bercerai dengan Reina?”“Kapan kalian resmi bercerai?”“Apa yang
Tapi laki-laki itu malah kembali memeluk Airish. “Aku tahu. Bukankah nggak ada salahnya kalau aku meluk kamu sebelum kita benar-benar resmi cerai?” tanyanya, yang membuat Airish memilih untuk menutup mulut. Apa yang Alan katakan memang benar. Mereka masih sah suami istri.“Shandy Basupati itu murid kamu, kan?” Airish membahas topik lain. Ia hanya malas saja jika teus-terusan membahas tentang hubungannya dengan Alan.Alan mengangguk, dan Airish bisa merasakan, karena sekarang Alan sudah meletakkan dagu di bahunya.”Dia anakmu?” tanya Alan. Meskipun sudah tahu bahwa jawabannya memang benar, namun Alan hanya ingin memastikannya saja.Lalu Airish tersenyum samar. “Iya,” sahutnya tanpa menyangkal. “Malam ini kamu tidur di kamar sebelah, ya? Aku enggak mau tidur berdua sama kamu,” tambahnya. Rasanya sangat risih jika harus tidur di samping pria yang bukan Juna.Alan menghela napas. “Baiklah.” Lebih baik ia mengalah daripada harus melihat Airish pergi.***Senyuman di bibirnya tertoreh setel
“Lalu siapa wanita yang akan kamu pilih di antara mereka?”Juna masih belum lepas memandang gitar di pangkuannya. Sesekali memetik senar dengan asal. “Dua-duanya,” sahutnya, membalas ucapan Kiki.Jawaban Juna membuat Kiki berdecih sinis. Tangannya terulur mengambil poci di atas meja, lalu menuang air putih ke dalam gelss. “Gimana bisa kamu milih dua-duanya? Lebih baik pilih salah satu dari mereka. Jangan sampai kamu nyakitin dua-duanya.” Itu hanya saran saja dari Kiki. Tapi semuanya kembali ke diri Juna sendiri.Juna mendengkus, menurunkan gitar dari pangkuan dan meletakkannya di samping meja. “Aku nggak tahu harus milih yang mana.” Kali ini ia menatap Kiki. Bingung.“Sebenarnya siapa yang kamu sayang?” tanya pria yang bekerja di kedainya tersebut, setelah meneguk setengah gelas air putih.Untuk membalas pertanyaan itu, Juna sama sekali tidak ragu untuk mengatakan, “Aku sayang sama Kinan.” Ia merasa sangat yakin atas jawabannya.“Kalau begitu, silakan ceraikan Airish. Kasihan dia kala
Alan mulai merenggangkan pelukan. Hingga akhirnya, ia benar-benar membebaskan Airish dari pelukan yang menjeratnya dengan cukup erat. Ia melangkah mundur, terlihat menjauhi kamar tersebut.Sambil mengusap air mata menggunakan punggung tangan, Alan berkata kepada Airish. “Kalau begitu, silahkan pergi! Aku nggak akan melarang kamu untuk meninggalkanku. Jika memang ini akhir dari semua yang telah kita lewati bersama, maka biarkan aku mengakhiri hidupku juga. Kamu boleh meninggalkan aku, dan aku akan meninggalkan duniaku. Karena bagiku … dunia ini sudah berakhir saat kamu memutuskan untuk nggak lagi berada di sisiku.”“Alan, apa yang mau kamu lakukan?” Airish mulai panik. Perasaannya tidak tenang ketika mendengar ucapan terakhir Alan.Alan menghentikan langkah di dekat balkon kamar. Kepalanya menunduk. Membiarkan air mata terus mengalir, lalu ia mulai menaiki balkon. Mungkin yang ada di pikirannya saat ini adalah; semuanya akan selesai setelah ia mati.“Jangan pedulikan aku lagi. Sekarang
Airish bermain-main dengan Shandy setelah mengganti pakaian yang basah kuyup akibat terguyur hujan tadi—saat ia berjalan menuju rumah ini tanpa payung ataupun mantel.Mereka menciptakan beberapa obrolan menarik untuk dibahas. Mulai dari kegiatan Shandy sehari-hari, hal apa yang disukai dan dibenci Shandy, makanan favorit Shandy, dan tak terkecuali cerita Shandy selama bersekolah.Dari cara penyampaian Shandy, Airish bisa menyimpulkan kalau buah hatinya itu memang merupakan anak yang sangat pintar.Bola mata Airish merangkak ke arah tembok tatkala Shandy memintanya untuk melihat sebuah kertas yang menempel di tembok. Anak itu berkata bahwa ia telah membuatkan puisi untuk ayahnya—yang tak lain adalah Juna. Dan ia juga mengatakan bahwa Juna menangis setelah membaca puisi buatannya.Airish merasa tidak asing lagi saat membaca puisi yang berjudul ‘Untukmu Ayah’ tersebut. Lalu sepenggal ingatan melintas di otaknya, membawanya pergi menghampiri percakapan singkat antara dirinya dengan Alan.
Airish membuka lebar kedua matanya. Sudah tidak lagi membungkam telinga. Napasnya tersengal. Ia merasa kalau pipinya dibasahi oleh cairan yang keluar dari pelupuk mata. Sambil menahan isakan, Airish memeluk lututnya dengan sekelumit perasaan yang bercampur aduk.“Juna .…” Lirihan itu terlontar dari bibir Airish. Memaksanya untuk merasakan kesesakan yang lebih dalam.Kenangan yang pernah hilang dan terlupakan kini sudah terkumpul kembali di dalam memori. Membuatnya mengingat sekumpulan masa lalu termanis selama mengenal Juna.Betapa bodohnya dia karena sudah melupakan keping-keping kenangan itu bertahun-tahun lamanya. Membuatnya terpenjara dalam sebuah kedustaan dari laki-laki yang mengaku sebagai orang terdekat di hidupnya.“Alan … kamu benar-benar jahat!” Airish memperlihatkan ekspresi benci saat membayangkan wajah Alan—sosok pria yang selama ini telah membohonginya dan menutupi kebenaran darinya.***Ketiga orang ini terlihat sedang bahagia dengan gelak tawa yang keluar dari mulutny