Deretan wanita cantik bertubuh tinggi semampai, dengan body yang aduhai kini sedang berdiri berjajar. Mereka hanya memakai pakaian dalam super seksi. Mereka juga berlenggak-lenggok dengan percaya dirinya.
“Kayanya gue juga kalau punya body kaya mereka-mereka gitu, bakalan PD abis meski dilihat jutaan mata cuma pake kancut doank,” ucap teman Lalita dengan pandangan penuh kekaguman dan iri dengki.“Duuh, buka dikit, jos,” gumam temannya satu lagi sambil tetap fokus memelototi pemandangan indah di depannya. Air liur di mulutnya bahkan hampir saja akan menetes ketika menyaksikan model-model cantik itu.“Dasar mesum!” Lalita menoyor kepala Randy. “Hati-hati tuh, bola mata lo bentar lagi jatoh,” sindirnya lagi.“Please deh, jangan kebanyakan ngimpi, mereka pake begituan dibayar ratusan juta. Nah, elo. Kalo pake gituan, gue jamin bakalan di kira cewek stress yang frustasi karena susah jodoh.” Lalita menyampirkan tangannya di pundak Icha sambil sebelah tangannya lagi menunjuk salah satu model Elizabeth Secret yang sedang berlenggak lenggok memakai pakaian dalam seksi dan memakai sayap ala kupu-kupu.Hal itu sontak membuat temannya di kasir tertawa. Lalita memang terkenal ceplas-ceplos jika bicara.“Girls, udah jam 22.30. Saatnya tutup toko. Udahan dulu ya cantik ngerumpinya,” interupsi Riska dari belakang kasir. Ia segera memberikan sapu dan pel pada Lalita dan Icha yang hampir saja akan baku hantam. Malam minggu begini toko mereka tutup lebih malam dibandingkan dengan hari kerja biasanya. Pertemanan diantara mereka memang seperti itu, bercanda yang sedikit ekstrim tapi mereka saling menyayangi dan selalu ada satu sama lain.Dengan wajah yang sedikit ditekuk mereka mengambil sapu dan kain pel itu untuk bersiap tutup toko.Tak lama, mereka berhasil menyelesaikannya dan berganti baju di gudang.Lalita yang sudah selesai, bahkan duduk santai sambil mengecek ponselnya sambil menunggu Icha yang belum selesai bersiap. Kebetulan, kosan Icha yang kebetulan searah dengan jalan ke rumahnya.
Hanya saja, Lalita begitu terkejut melihat puluhan panggilan tidak terjawab dan juga pesan dari adik laki-lakinya.“Ada apa, Ta?” tanya Icha langsung menghampiri temannya yang kini terlihat sedikit panik. Kebetulan dia juga baru saja selesai berganti baju.Lalita tidak menjawab pertanyaan Icha. Dia buru-buru menelpon kembali nomor adiknya. Dia menggigit kuku jempolnya dengan cemas, karena teleponnya tidak juga diangkat.“H-hallo ….”“Hallo, Dek. Kamu ada di mana sekarang? Kakak segera kesana!” berondong Lalita begitu telponnya tersambung.“Kakak nggak usah kesini … hiks … kakak pulang aja,” jawab adiknya sambil menangis.“Apa yang terjadi sama kamu sebenarnya? Kamu baik-baik aja, kan? Suara kamu kurang jelas. Di sana berisik banget.” Lalita mulai merasa aneh, di pesannya tadi adiknya menyuruh Lalita segera datang tapi kenapa sekarang malah melarangnya. Rasa khawatir Lalita jadi semakin bertambah, dia yakin sekali ada sesuatu hal yang tidak beres pada adiknya.“Cepat datang ke alamat ini, kalau tidak adik kamu akan kami jebloskan ke penjara! Saya akan kirimkan alamatnya lewat chat.” Suara yang baru saja menjawab itu bukan suara Lucky, tapi suara pria lain dengan suara bass yang menyeramkan.“Duh, gue kudu buru-buru pergi. Adek gue lagi kena masalah. Sorry ya, Cha kita nggak bisa bereng dulu.” Lalita bergegas pamit pada kedua temannya yang lain dan buru-buru ke parkiran karyawan untuk mengambil motornya.Dia baru saja mendapatkan alamat tempat adiknya berada. Kening Lalita mengernyit heran karena itu adalah alamat sebuah club, tempat hiburan paling terkenal di kotanya dan tempat itu sangat mahal yang hanya bisa di datangi oleh orang-orang berduit saja. Bagaimana bisa adiknya masuk ke tempat seperti itu? Pikirnya.Tanpa pikir panjang Lalita langsung tancap gas ke tempat itu.Sementara itu, di sisi lain, Lucky--adik Lalita--masih merutuki kebodohannya.Ia memang pulang dengan temannya dalam keadaan sedikit mabuk. Namun, ia tidak menyangka bahwa mereka akan menabrak supercar yang harganya mahal di depan mereka karena tak fokus kala melihat perempuan cantik di pinggir jalan.
“Penyok dikit, motor mereka nubruk lumayan kenceng. Tapi ajaibnya kedua bocah itu selamat karena mereka loncat dari motornya pada waktu yang tepat,” ucap Jonatan yang tadi duduk di depan kemudi, memberikan laporan pada Adrian. Ya, supercar itu adalah milik Adrian Respati. Salah satu bujangan paling kaya di kota itu, cucu sulung keluarga Respati yang merupakan salah satu dari lima puluh orang terkaya dan berpengaruh di Indonesia.“Bagaimana keadaan anak-anak itu?” tanya Adrian.“Mereka baik-baik saja. Cuma lecet-lecet dan beset dikit, yang satunya agak teler,” lapor Jonathan kembali lalu menatap kedua anak yang menurutnya nakal itu dengan tajam. “Kalian masih muda udah banyak ulah. Lihat sekarang? Kalian sudah merusak mobil ini. Kalau sudah begini, apa kalian mau tanggung jawab, hah?!” “Maafkan kami, Pak. Kami benar-benar tidak sengaja. K-kami bakalan tanggung jawab, kok.” Ilham menjawab dengan terbata-bata dan tubuh yang gemetar. Tragedi barusan membuat kesadarannya sedikit demi sedikit terkumpul.“Tanggung jawab? Kalian mau jual ginjal buat benerin kerusakan mobil ini?” gertak Jonathan.Sementara itu, Adrian hanya memperhatikan kedua mulut anak muda itu menganga lebar. Tampaknya, mereka terkejut dengan biaya ganti rugi yang begitu mahal.“Mana sini, kasih saya lihat identitas kalian. Kecil-kecil udah belajar mabok. Tahu nggak, kalian bisa kena hukuman penjara karena mabuk sambil berkendara!” ucap Jonathan makin garang.Tangan Lucky gemetar. Dia benar-benar ketakutan, untuk mengambil kartu identitasnya saja dia sampai kesusahan sehingga Jonathan segera merebut dompet di tangannya yang sedang gemetaran.“Mereka benar-bener masih di bawah umur,” ucap Jonathan begitu melihat Adrian mendekat padanya. Pria itu baru saja melihat bumper mobilnya yang kini terlihat sedikit penyok.Mata Adrian sedikit memicing saat melihat foto di dompet yang ada di tangan Jonathan. Di dompet bocah itu terdapat foto Lucky yang sedang di peluk oleh pria paruh baya dan juga gadis muda yang sejak tadi mengganggu pikirannya!“Berikan padaku dompet itu, Jo,” pinta Adrian.Jonathan segera menuruti perkataan Adrian.“Gadis ini,” gumam Adrian sambil menyunggingkan senyum liciknya.“D-dia … kakak saya, Om,” jawab Lucky ragu-ragu.Mata Adrian melotot saat Lucky memanggilnya dengan sebutan Om. Dia jadi teringat saat gadis dalam foto itu yang juga memanggilnya, Pak. Dia sedikit tidak terima dengan sebutan itu karena merasa dianggap sudah tua.Adrian merutuk sambil melihat pantulan dirinya pada kaca mobil. "Tampan seperti biasanya," ucapnya penuh percaya diri dalam hati. "Aku masih tampan dan muda, kenapa kakak beradik ini menganggap aku sudah tua," ringisnya kemudian dalam hati.Hanya saja, Adrian kini memiliki sebuah rencana.Ia pun berdehem sebelum akhirnya bersuara lagi. “Kalau kalian tidak ingin masuk penjara, suruh kakak perempuanmu itu untuk datang kemari. Karena kamu masih berada di bawah umur, Saya akan meminta pertanggung jawaban padanya!” ucap Adrian tegas sambil menyeringai.“Gue nggak salah alamat kan, ya?” gumam Lalita sambil melihat kembali alamat yang tadi di kirim oleh nomor adiknya. Dia belum masuk parkiran, saat ini dia hanya menepikan motornya di pinggiran trotoar depan club Holyshit.Lalita kemudian menelpon kembali nomor adiknya dan untungnya langsung tersambung tanpa harus menunggu lama.“Saya sudah di depan, kalian di mana?” tanya Lalita.“Adik kamu ada di dalam. Langsung masuk saja, orang kami akan menunggumu di pintu masuk.” Setelah mengatakan itu, sambungan telepon pun langsung ditutup.Mulut Lalita masih terbuka karena akan mengatakan sesuatu tapi buru-buru di urungkannya setelah tahu sambungan teleponnya sudah terputus. Dia hanya bisa memandangi ponselnya dengan kesal sambil sedikit mencebikan bibir merah alaminya.“Buset deh, padahal kan gue belum selesai ngomong. Lagian kenapa mesti ke dalem sih,” rutuk Lalita.Lalita kemudian menyalakan kembali motornya dan masuk ke area parkir. Dia sempat kebingungan karena tidak ada satupun motor yan
“Aku tidak akan lapor polisi jika kalian mau bertanggung jawab dan mau membayar ganti rugi. Terutama dia,” tunjuk Adrian pada Lucky yang kini langsung bersembunyi di balik punggung Lalita.“Dia yang membawa motor itu dan menabrak mobilku,” lanjutnya lagi.Lalita syok, pantas saja mereka bisa menabrak. Setahunya, adik laki-lakinya itu belum lancar membawa motor. Kenapa bisa adiknya berani berkendara di jalan raya begitu. Lalita langsung berbalik dan menatap sengit pada adiknya.“Tadi aku di suruh bawa motor Ilham karena dia habis minum. Tapi aku beneran nggak sengaja melakukan semuanya,” cicit Lucky begitu mendapatkan tatapan intimidasi dari kakaknya.“Kamu—” Lalita kehabisan kata-kata. Dia meremat tangannya sendiri karena gemas sekaligus kesal pada adik satu-satunya itu.“Aku tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja jika kamu tidak bersedia membayar uang ganti rugi,” ucap Adrian yang kini sudah berada di sebelah Lalita.Lalita menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatin
Gadis ini gemetar? Apa ini pertama kali dia mendapatkan sentuhan dari pria? Adrian buru-buru menepis pikiran itu. Mana mungkin ada gadis selugu itu di jaman sekarang. Tangan Adrian bergerak kembali. Turun menyusuri leher Lalita dengan perlahan, membelainya hingga terus turun melewati area dadanya dengan pelan-pelan sekali. Debaran jantung Lalita sudah seperti orang yang sedang lari maraton, dia tidak bisa mengontrolnya. Deru nafasnya mulai memburu dan dadanya terlihat naik turun. Tangan Lalita kini sudah mengepal sangat erat. Wajahnya pun sudah mulai memanas. Dia sangat ingin segera lari dari ruangan itu dan menendang pria di depannya agar menyingkir dan berhenti menyentuh tubuhnya. Lalita kemudian melihat jam di pergelangan tangannya, ternyata waktu yang mereka lewati baru sepuluh menit saja berlalu. Membuat dia sangat kesal, kenapa waktunya disini seolah berjalan lambat sekali. “Waktu kebersamaan kita masih lama, waktu pagi masih terlalu jauh,” ucap Adrian kemudian menarik waja
“Tempat itu dipenuhi oleh pria gila, hacim…,” rutuk Lalita diselingi dengan bersin-bersin.“Lo juga hampir aja gue sangka orang gila. Tengah malem ngetok pintu kamar kos gue dengan penampilan yang sangat-sangat mengerikan,” ucap Icha sambil geleng-geleng kepala.Semalam Lalita memang tidak pulang ke rumahnya. Dia tidak mau membuat ibunya syok dengan penampilannya. Tapi dia malah membuat sahabatnya syok karena berdiri tengah malam di depan kosnya dengan baju super seksi dan rambut acak-acakan habis diterpa angin karena membawa motor tanpa helm. Dia terlalu terburu-buru sehingga menjatuhkan helmnya ketika akan dia pakai dan tidak sempat mengambilnya karena helmnya menggelinding lumayan jauh. Lalita langsung tancap gas menuju kosan Icha. Alhasil, kini dia terkena flu dan masuk angin karena mengendarai motor di tengah malam tanpa jaket dan helm. Dia hanya memakai baju super seksi hasil curiannya itu.Semalam dia diburu oleh dua pria sekaligus. Lalita berpura-pura jadi wanita murahan yang
“Silakan masuk,” ucap seorang pria tampan dan terlihat masih muda. Usianya mungkin baru sekitar awal tiga puluhan. Setelan mahal yang di pakainya membuatnya terlihat sangat eksklusif sekali.Bu Maelani langsung memasang senyum genitnya begitu melihat pria tampan itu.Mereka pun masuk ke dalam apartemen mewah yang masih minim dekorasi itu. Sepertinya ini apartemen baru yang tidak pernah dihuni sebelumnya. Di sana hanya ada perabotan inti saja. Tidak ada pajangan atau apapun yang menandakan bahwa tempat itu berpenghuni sebelumnya.“Silakan di minum,” pria tampan tadi menyodorkan dua botol air mineral pada mereka. “Maaf, ini hari pertama kami di sini, hanya ada air putih dan bir saja. Apa mau menukarnya dengan bir?” tawar pria tadi.“Tidak, ini sudah cukup,” ucap Lalita cepat. Dia melihat bu Maelani akan membuka mulutnya tadi. Lalita takut wanita yang sedikit centil itu akan menukar minuman mereka dengan bir.“Minumlah, sebentar lagi Tuan Respati akan segera datang,” ucap pria itu.Lalit
Sinar Mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela mengusik tidur Lalita. Dia merasakan silau saat akan membuka mata. Perlahan dia mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya.Mata Lalita langsung melotot kaget begitu sadar kalau dia sedang berada di kamar yang asing baginya. Pantas saja kasurnya tiba-tiba terasa berubah menjadi lebih nyaman dan empuk dibandingkan kasur miliknya yang biasanya.‘Semalam aku berada di apartemen ini hanya berduaan bersama laki-laki mesum yang memiliki dendam padaku. Lalu aku tiba-tiba mengantuk sampai tidak sadarkan diri …. Degh! Ini tidak benar. Sesuatu yang buruk pasti terjadi padaku! Minuman itu, pasti ada sesuatu di dalamnya.’ Lalita mencoba mengingat-ngingat semua rentetan peristiwa yang terjadi padanya kemarin. Iya kemarin, karena hari kini sudah berganti bukan?“Tunggu dulu, Lalita. Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia terus melakukan itu sampai rasa paniknya perlahan mu
Tanpa aba-aba, Adrian langsung menurunkan wajahnya dan meraup bibir Lalita.Ciumannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Dia menikmati setiap tekstur dan rasanya. Ciumannya kali ini berbeda sekali dengan ciuman yang dilakukannya pada malam itu yang sedikit kasar.Lalita yang merasa terpana tanpa sadar menerima ciuman pria itu begitu saja.Sebelumnya, Lalita belum pernah berciuman seperti ini dengan pacarnya. Entah kesambet setan apa atau dia terhipnotis dengan pesona Adrian. Kali ini pria itu memberinya rasa yang berbeda. Gerakannya halus dan terkontrol.Oh, tidak. Lalita salah karena memujinya.Semuanya berubah saat lidahnya mulai masuk dan ikut bermain. Lidah itu merangsak masuk menggoda Lalita untuk ikut bermain. Membuat Lalita terbuai oleh permainannya dan tanpa sadar malah membalasnya. Lalita mengikuti naluri tubuhnya dan mencoba mengimbangi Adrian.Pipi Lalita merona, dia malu karena ketahuan menikmati permainan panas yang diciptakan oleh Adrian. Dia terbawa suasana, laki-lak
'Bukankah dia sangat kaya raya, seharusnya uang segitu tidak begitu besar untuknya ‘kan?’ protes Lalita dalam hati.Salah satu yang membuat Adrian semakin marah pada Lalita sebenarnya adalah selain kabur darinya, Adrian tidak terima Lalita malah bercumbu dengan pria lain. Dengan pria yang selalu menjadi saingannya dalam hal dan aspek apapun.Adrian dan Evan sama-sama di gadang-gadang akan menjadi pewaris dari seluruh kerajaan bisnis dari keluarganya masing-masing. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliah pun mereka selalu berada di sekolah yang sama. Entahlah, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah pribadi satu sama lain. Tetapi karena perselisihan kakek mereka, otomatis keduanya pun secara tidak langsung jadi selalu bersaing sejak dulu. Demi kebanggaan sang kakek, pada akhirnya mereka pun secara alami jadi selalu bersaing. Setelah mengatakan itu, Adrian benar-benar pergi dan mengurung Lalita di apartemen itu.“Astaga, apa lagi kali ini? Mana aku tahu kalau pria yang aku cium sembar
Jemari lentik Naissa bermain diatas dada Adrian, membentuk pola benang kusut. Sedangkan pandangan matanya mengunci pada mata Adrian.Bibir gadis itu merekah, dia tersenyum kegirangan karena rencananya berhasil. Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah."Berhenti!" perintah Adrian penuh dengan penekanan. Matanya terpejam, dadanya naik turun. Dia mencoba menormalkan kembali nafasnya yang kian memburu. Naissa menulikan pendengarannya. "Tidak boleh. Tidak boleh gagal," gumamnya sambil menggelengkan kepala. Bukannya berhenti, gerakan tangannya malah semakin cepat. Dengan gesit dia buru-buru membuka kancing kemeja Adrian."Aku bilang, Hentikan!" Adrian menggenggam pergelangan tangan Naissa kemudian menjauhkan dari tubuhnya."Kenapa … kenapa kak Adrian menolakku?" bisik Naissa lemah sambil menunduk. Kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat.Karena tidak urung mendapat jawaban, wajahnya mendongak menatap Adrian dengan mata yang berkaca-kaca. "Apa di matamu aku lebih buruk daripada perem
“Rupanya kau masih ingat untuk pulang,” sindir Greyson kakeknya. “Untung saja aku masih memiliki cucu perempuan ini yang selalu menemani hari-hari tuaku.” Kake Grey merentangkan tangannya.Naissa berhambur kepelukan kakeknya. “Kakek jangan galak-galak, nanti kak Adrian tidak mau datang kesini lagi,” ucapnya dengan manja.“Kedua cucu laki-lakiku selalu sibuk, mereka tidak pernah memiliki waktu untuk berkumpul dengan kakek tua ini.” Greyson menghela napas. Salahnya yang selalu keras pada Adrian dan banyak menuntut ini dan itu. Ada sedikit rasa sedih di hatinya karena hubungan diantara mereka hanyalah melulu tentang bisnis. Ada jarak tak kasat mata diantara mereka. Keduanya memiliki karakter yang mirip, sama-sama pria yang keras dan sulit menunjukan kasih sayang satu sama lain.“Makan malam sudah siap, bagaimana kalau kita lanjut acara kangen-kangenan ini di meja makan saja?” Seorang wanita setengah baya menginterupsi mereka. Tampilannya terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. D
“Kak …? Ka Adrian?” Suara manjanya sedikit hilang dan berganti dengan kekesalan. Naissa mencebikan bibirnya.Jonathan yang ada di sebelah Adrian melirik kemudian menggelengkan kepala. “Akh, Ya. Ada apa?” tanya Adrian. Sejak tadi entah kenapa Adrian terus-terusan memikirkan Lalita. Membuatnya sedikit hilang fokus. ‘Apa yang sedang dilakukannya sekarang?’.“Jadi, sejak tadi kamu tidak mendengarkanku?” ucapnya dengan wajah yang berubah sendu.Naissa merupakan cucu angkat kakeknya yang sangat dimanjakan. Dia cucu perempuan satu-satunya dari mendiang sahabat kakeknya yang sangat berjasa selama masa hidupnya. Kini Naissa bisa menjadi salah satu artis terkenal pun tidak luput dari campur tangan gerald Respati dan juga Adrian sebagai kaki tangannya.“Maaf, ada sedikit masalah yang mengganggu pikiranku. Kamu siap-siap saja dulu.” Adrian menurunkan tangan Naissa yang masih bergelayut di lengannya. “Aku akan bertemu salah satu klien dulu. Salah satu orang ku akan menemanimu. Kita akan bertemu l
Sementara di tempat lain. Dua orang pria tampan sedang berjalan di tengah lautan manusia di bandara. Mereka sedang menuju sebuah gate pesawat yang akan membawanya terbang untuk melakukan perintah sang kakek. Keduanya sangat tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung bangirnya.“Kenapa orang tua itu menyuruhmu melakukan pekerjaan tidak penting ini? Sepertinya dia tahu akhir-akhir ini kau kebanyakan bermain-main.” Komentar Jonathan, asisten pribadi Adrian itu sudah biasa mengatakan apapun yang ingin diucapkan dan Adrian tidak masalah dengan itu. Jonathan bukanlah pegawai biasa. Dia istimewa dan direkrut langsung oleh Adrian. Hubungan mereka terjalin sudah lima tahun lamanya, jadi mereka tidak sekedar atasan dan juga bawahan. Jonatan adalah pria yang sangat bisa diandalkan. Dia bisa melakukan apa saja untuk Adrian ‘APA SAJA’, dan pria itu selalu puas dengan pekerjaanya.“Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bangun?” tanya Adrian, dia mengabaikan komentar Jonatan sebelumny
Lalita tidak berani menatap ke arah tubuh Adrian yang sudah tidak memakai penutup tubuh apa pun. Dia memalingkan wajahnya, melihat ke arah lain. Pipinya bersemu semakin merah. Alcohol dan rasa malunya membuatnya bereaksi seperti itu.“Akhhh …,” desah Lalita karena Adrian kini menyerang area lehernya.Adrian mengendus ceruk leher Lalita dengan hidungnya, kemudian bibirnya mulai menciumi seluruh bagian itu.“Tidak mau… lepaskan aku!” pekik Lalita frustasi. Namun Adrian tidak mengindahkannya.Beberapa detik kemudia, Lalita terkulai lemah. Dia tidak sadarkan diri.Adrian yang tidak merasakan perlawanan apapun lagi dari gadis ini pun segera mendongak.“Hey, jangan bercanda?” Adrian menepuk-nepuk pelan pipi Lalita. Namun tidak ada lagi pergerakan atau respon apapun dari gadis itu. Dia hanya terkulai lemas tak berdaya dalam kukungan Adrian.“Sial!” bentak Adrian yang kini gantian frustasi. Gadis ini benar-benar selalu menguji kesabarannya. Dia kemudian meninggalkan gadis yang rohnya seda
Di dalam foto itu terlihat potret Lalita yang sedang memejamkan mata sambil di cumbu oleh seorang pria dalam berbagai pose. Hanya wajahnya yang terlihat, sementara wajah pria yang sedang menciumnya tidak terlihat sama sekali. Adrian! Tentu saja pria dalam foto itu adalah pria itu. Meski wajahnya tidak terlihat, tapi Lalita jelas mengenalinya.Sepertinya foto-foto itu diambil tadi malam, ketika Lalita tidak sadarkan diri.Lalita sangat syok begitu melihat bagian-bagian tubuh pribadinya di expose begitu saja dalam foto-foto itu. Air matanya meleleh, dia tidak tahan melihat pose dirinya yang terlihat menjijikan.‘Aku harus bergegas ke luar dari sini! Cowok itu benar-benar gila!" batin Lalita.Begitu tangannya sudah menyentuh handle pintu. Suara di belakang mengintrupsinya, membuat langkahnya terhenti dan dunianya terasa akan runtuh seketika.“Jika kamu berani melangkahkan kaki ke luar barang selangkah saja, aku jamin … foto-fotomu itu akan beredar luas di seluruh internet,” ucap Adrian
'Bukankah dia sangat kaya raya, seharusnya uang segitu tidak begitu besar untuknya ‘kan?’ protes Lalita dalam hati.Salah satu yang membuat Adrian semakin marah pada Lalita sebenarnya adalah selain kabur darinya, Adrian tidak terima Lalita malah bercumbu dengan pria lain. Dengan pria yang selalu menjadi saingannya dalam hal dan aspek apapun.Adrian dan Evan sama-sama di gadang-gadang akan menjadi pewaris dari seluruh kerajaan bisnis dari keluarganya masing-masing. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliah pun mereka selalu berada di sekolah yang sama. Entahlah, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah pribadi satu sama lain. Tetapi karena perselisihan kakek mereka, otomatis keduanya pun secara tidak langsung jadi selalu bersaing sejak dulu. Demi kebanggaan sang kakek, pada akhirnya mereka pun secara alami jadi selalu bersaing. Setelah mengatakan itu, Adrian benar-benar pergi dan mengurung Lalita di apartemen itu.“Astaga, apa lagi kali ini? Mana aku tahu kalau pria yang aku cium sembar
Tanpa aba-aba, Adrian langsung menurunkan wajahnya dan meraup bibir Lalita.Ciumannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Dia menikmati setiap tekstur dan rasanya. Ciumannya kali ini berbeda sekali dengan ciuman yang dilakukannya pada malam itu yang sedikit kasar.Lalita yang merasa terpana tanpa sadar menerima ciuman pria itu begitu saja.Sebelumnya, Lalita belum pernah berciuman seperti ini dengan pacarnya. Entah kesambet setan apa atau dia terhipnotis dengan pesona Adrian. Kali ini pria itu memberinya rasa yang berbeda. Gerakannya halus dan terkontrol.Oh, tidak. Lalita salah karena memujinya.Semuanya berubah saat lidahnya mulai masuk dan ikut bermain. Lidah itu merangsak masuk menggoda Lalita untuk ikut bermain. Membuat Lalita terbuai oleh permainannya dan tanpa sadar malah membalasnya. Lalita mengikuti naluri tubuhnya dan mencoba mengimbangi Adrian.Pipi Lalita merona, dia malu karena ketahuan menikmati permainan panas yang diciptakan oleh Adrian. Dia terbawa suasana, laki-lak
Sinar Mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela mengusik tidur Lalita. Dia merasakan silau saat akan membuka mata. Perlahan dia mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya.Mata Lalita langsung melotot kaget begitu sadar kalau dia sedang berada di kamar yang asing baginya. Pantas saja kasurnya tiba-tiba terasa berubah menjadi lebih nyaman dan empuk dibandingkan kasur miliknya yang biasanya.‘Semalam aku berada di apartemen ini hanya berduaan bersama laki-laki mesum yang memiliki dendam padaku. Lalu aku tiba-tiba mengantuk sampai tidak sadarkan diri …. Degh! Ini tidak benar. Sesuatu yang buruk pasti terjadi padaku! Minuman itu, pasti ada sesuatu di dalamnya.’ Lalita mencoba mengingat-ngingat semua rentetan peristiwa yang terjadi padanya kemarin. Iya kemarin, karena hari kini sudah berganti bukan?“Tunggu dulu, Lalita. Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia terus melakukan itu sampai rasa paniknya perlahan mu