“Gue nggak salah alamat kan, ya?” gumam Lalita sambil melihat kembali alamat yang tadi di kirim oleh nomor adiknya. Dia belum masuk parkiran, saat ini dia hanya menepikan motornya di pinggiran trotoar depan club Holyshit.
Lalita kemudian menelpon kembali nomor adiknya dan untungnya langsung tersambung tanpa harus menunggu lama.
“Saya sudah di depan, kalian di mana?” tanya Lalita.
“Adik kamu ada di dalam. Langsung masuk saja, orang kami akan menunggumu di pintu masuk.” Setelah mengatakan itu, sambungan telepon pun langsung ditutup.
Mulut Lalita masih terbuka karena akan mengatakan sesuatu tapi buru-buru di urungkannya setelah tahu sambungan teleponnya sudah terputus. Dia hanya bisa memandangi ponselnya dengan kesal sambil sedikit mencebikan bibir merah alaminya.
“Buset deh, padahal kan gue belum selesai ngomong. Lagian kenapa mesti ke dalem sih,” rutuk Lalita.
Lalita kemudian menyalakan kembali motornya dan masuk ke area parkir. Dia sempat kebingungan karena tidak ada satupun motor yang ada di tempat parkiran pengunjung, hingga akhirnya dia parkir di gedung sebelah tempat salah satu restoran cepat saji yang buka 24 jam.
Lalita sedikit bengong begitu melihat penampilan orang-orang yang lalu lalang masuk ke dalam sana. Rata-rata para wanita yang melewatinya memakai pakaian seksi, sedangkan dirinya sendiri hanya memakai celana jeans panjang dan kaos putih polos tanpa merk yang dibeli saat diskon. Untungnya dia memiliki tubuh semampai sehingga pakaian sederhana seperti itu pun tetap terlihat indah ketika melekat di tubuhnya.
“Akh, masa bodo. Yang penting sekarang gue harus cepet-cepet bawa Lucky pulang.”
Lalita kemudian melangkah ke arah pintu masuk, meski sedikit ragu-ragu tetapi dia tetap harus melakukannya.
Di depannya kini berdiri dua pria berbadan besar dengan wajah seram yang sedang berjaga dan mengecek para pengunjung yang akan masuk.
Karena melihat orang-orang bisa masuk dengan mudahnya, Lalita pun mencoba melangkahkan kakinya dengan percaya diri. Namun, tiba-tiba saja langkahnya dihentikan oleh kedua pria berbadan besar yang berjaga di depan pintu.
“Maaf, Ka. Club ini khusus member. Saya baru pertama kali melihat wajah kakak di sini, apa kakak memiliki kartu membernya? Boleh saya lihat dulu kartunya, kak?”
“S-saya, bukan member. Tapi saya datang kesini untuk menjemput adik saya. Saya sudah—”
“Mohon maaf, Ka. Kalau begitu Kakak tidak boleh masuk. Silakan kembali ke luar,” potong salah satu dari pria yang menurut Lalita terlihat seperti gorila. Pria itu tidak membiarkan Lalita menyelesaikan ucapannya. Pikirnya alasan yang Lalita buat sudah basi dan sering mereka dengar dari pengunjung non member yang memaksa ingin masuk ke dalam club mereka.
“Tapi, saya harus mencari adik saya. Tolong biarkan saya masuk sebentar saja. Saya janji akan segera ke luar begitu saya menemukan adik saya di dalam sana," ucap Lalita cepat.
“Lagian masa iya, mereka bisa kenal sama semua tampang tamu pemilik member di klub ini”, lanjut Lalita lagi sambil bergumam kesal.
“Maaf, Kak. Tidak bisa. Ini sudah menjadi ketentuannya. Tolong kakak jangan mempersulit pekerjaan saya.”
“Nggak bisa, saya harus masuk. Saya harus jemput adik saya dulu. Dia ada di dalem,” kekeh Lalita.
Kedua penjaga itu sudah mulai naik pitam. Mereka lalu memberikan kode satu sama lain melalui lirikan mata.
“Mohon maaf, kami sudah sering mendapati orang-orang seperti kakak ini,” ucap salah satunya. Mereka kemudian mengapit kedua tangan Lalita dan membawa paksa gadis itu ke luar pintu.
Lalita terdiam. Dia kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Kini dia pasrah dan membiarkan kedua gorilla itu menyeretnya keluar dengan tubuhnya yang melunglai.
“Tunggu!” ucap seseorang menghentikan langkah kedua penjaga yang kini sudah berada di ambang pintu masuk tadi.
“Apa anda nona, Lalita?” tanya pria yang menghentikan langkah mereka tadi.
Lalita mengangguk-anggukan kepalanya dengan cepat. Kini tubuhnya kembali dia tegakan.
Pria tadi kemudian membisikan sesuatu pada salah satu penjaga yang tadi menyeret Lalita. Tiba-tiba saja wajah pria itu memucat dan memandang dengan sorot mata penuh penyesalan pada Lalita.
”M-maafkan, Saya. Silakan masuk dan ikuti orang ini,” ucapnya sambil tersenyum hambar. Untung saja dia belum benar-benar mengusir gadis ini. Kalau tidak, dia pasti akan dihabisi karena menyinggung orang itu. Pria yang sangat berkuasa dan juga memiliki saham besar di tempatnya bekerja ini.
Lalita berjalan melewati orang-orang ramai yang saat ini sedang menikmati minuman maupun yang sedang menari-nari tidak jelas. Lalita akui, alunan music DJ yang saat ini sedang diputar memang membuat tubuh ingin bergoyang. Tapi suara music yang terlalu keras ini sedikit mengganggu pendengarannya.
Meskipun orang-orang bilang tempat ini sangat bagus, tapi Lalita tidak merasa nyaman berada di dalam sana.
Lalita kemudian menaiki anak tangga, mengikuti pria yang tadi menjemputnya.
Begitu sampai di depan sebuah pintu berwarna hitam di hadapannya, Lalita tertegun sesaat. Dia tersadar kembali Ketika mendengar deheman dari pria tadi.
“Silakan masuk. Tuan sudah menunggu anda di dalam,” ucap pria itu sambil membukakan pintu.
“Tuan?” gumam Lalita heran. Sebenarnya apa yang adiknya lakukan sehingga bisa berada di tempat seperti ini.
Lalita menutup mulutnya karena syok dan langsung tertegun. Begitu pintu terbuka, Lalita langsung bisa melihat Lucky yang sedang bersimpuh di lantai bersama dengan temannya. Kondisi adiknya terlihat sangat ketakutan dan sangat menyedihkan karena wajahnya lebam dan baret-baret.
“Astaga! Lucky! Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampe kaya gini?” ucap Lalita yang kini sedang berada di depan Lucky sambil memeriksa keadaan tubuh adiknya.
“Apa yang kalian lakukan? Beraninya kalian menganiaya anak di bawah umur!” bentak Lalita marah. Dia kini berdiri sambil berkacak pinggang.
Matanya kemudian semakin melotot begitu melihat Adrian. ‘Orang mesum itu, kenapa bisa ada disini bersama adikku?’ tanya Lalita dalam hati.
“Kau! Apa kau yang melakukan ini semua pada adikku?” tunjuk Lalita pada Adrian. Lalita sangat yakin sekali kalau ini semua perbuatan Adrian, pria cabul yang juga pasti orang jahat.
Lucky menarik tangan Lalita. Mencoba untuk menurunkannya. “Ini semua salah kami, Kak,” bisik Lucky.
“Apa maksud kamu? Bagaimana mungkin ini salah kalian? Kamu nggak usah takut sama ancaman mereka. Karena mereka udah membuat kamu babak belur begini, kakak nggak akan tinggal diam.”
Lucky meringis begitu mendengar ucapan kakaknya yang begitu menggebu-gebu.
“Kita nggak di gebukin, Kak” cicit Ilham.
“Terus kenapa tampang kalian terlihat mengenaskan begini?” tanya Lalita lagi yang kini sudah memelankan intonasi suaranya. Bahkan kini dia berbicara sambil setengah berbisik. Kalau yang dikatakan oleh Lucky dan Ilham adalah kebenarannya, dia akan merasa malu karena sudah menuduh dan marah-marah tadi.
Jonathan berdecak. “Adik kecilmu sudah menyebabkan kerugian besar. Dia menabrak supercar milik bos kami. Mereka tidak memiliki SIM lalu membawa kendaraan dengan ugal-ugalan dalam keadaan mabuk,” jelas Jonathan yang sedari tadi sudah geregetan melihat tingkah Lalita yang menuduh mereka yang bukan-bukan.
“A-apa?” ucap Lalita syok.
“Apakah yang mereka katakan itu benar?” tanya Lalita pada kedua ABG yang kini sedang ketakutan.
Keduanya mengangguk dan membuat Lalita lemas. Sejak kapan adiknya mulai belajar menyentuh minuman haram itu.
“Tapi aku tidak mabuk, Kak. Sumpah,” ucap Lucky.
“Tapi kamu tetep udah nabrak mobil itu, kan?” Pertanyaan Lalita membuat Lucky tertunduk lesu.
“Lalu, apa mau kalian? Kenapa tidak melapor polisi?” tanya Lalita dengan percaya diri. Dia menguatkan hatinya dan berusaha agar tidak terintimidasi oleh orang-orang di depannya yang kini sedang memandangnya dengan angkuh.
“Tidak, Kak. Kami tidak mau masuk penjara,” teriak Ilham ketakutan sambil memegangi kaki Lalita. “Tolong jangan bawa kami ke kantor polisi,” mohonnya sambil bersimpuh.
“See? Mereka sedari tadi menangis dan merengek ketika kami akan membawa mereka ke kantor polisi,” ucap Adrian yang kini bangkit mendekat. Membuat Lalita mundur selangkah. Pria ini berbahaya, dia tidak boleh dekat-dekat dengannya. Pertemuan pertama mereka beberapa waktu lalu itu cukup membuatnya untuk waspada terhadap Adrian.
“Aku tidak akan lapor polisi jika kalian mau bertanggung jawab dan mau membayar ganti rugi. Terutama dia,” tunjuk Adrian pada Lucky yang kini langsung bersembunyi di balik punggung Lalita.“Dia yang membawa motor itu dan menabrak mobilku,” lanjutnya lagi.Lalita syok, pantas saja mereka bisa menabrak. Setahunya, adik laki-lakinya itu belum lancar membawa motor. Kenapa bisa adiknya berani berkendara di jalan raya begitu. Lalita langsung berbalik dan menatap sengit pada adiknya.“Tadi aku di suruh bawa motor Ilham karena dia habis minum. Tapi aku beneran nggak sengaja melakukan semuanya,” cicit Lucky begitu mendapatkan tatapan intimidasi dari kakaknya.“Kamu—” Lalita kehabisan kata-kata. Dia meremat tangannya sendiri karena gemas sekaligus kesal pada adik satu-satunya itu.“Aku tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja jika kamu tidak bersedia membayar uang ganti rugi,” ucap Adrian yang kini sudah berada di sebelah Lalita.Lalita menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatin
Gadis ini gemetar? Apa ini pertama kali dia mendapatkan sentuhan dari pria? Adrian buru-buru menepis pikiran itu. Mana mungkin ada gadis selugu itu di jaman sekarang. Tangan Adrian bergerak kembali. Turun menyusuri leher Lalita dengan perlahan, membelainya hingga terus turun melewati area dadanya dengan pelan-pelan sekali. Debaran jantung Lalita sudah seperti orang yang sedang lari maraton, dia tidak bisa mengontrolnya. Deru nafasnya mulai memburu dan dadanya terlihat naik turun. Tangan Lalita kini sudah mengepal sangat erat. Wajahnya pun sudah mulai memanas. Dia sangat ingin segera lari dari ruangan itu dan menendang pria di depannya agar menyingkir dan berhenti menyentuh tubuhnya. Lalita kemudian melihat jam di pergelangan tangannya, ternyata waktu yang mereka lewati baru sepuluh menit saja berlalu. Membuat dia sangat kesal, kenapa waktunya disini seolah berjalan lambat sekali. “Waktu kebersamaan kita masih lama, waktu pagi masih terlalu jauh,” ucap Adrian kemudian menarik waja
“Tempat itu dipenuhi oleh pria gila, hacim…,” rutuk Lalita diselingi dengan bersin-bersin.“Lo juga hampir aja gue sangka orang gila. Tengah malem ngetok pintu kamar kos gue dengan penampilan yang sangat-sangat mengerikan,” ucap Icha sambil geleng-geleng kepala.Semalam Lalita memang tidak pulang ke rumahnya. Dia tidak mau membuat ibunya syok dengan penampilannya. Tapi dia malah membuat sahabatnya syok karena berdiri tengah malam di depan kosnya dengan baju super seksi dan rambut acak-acakan habis diterpa angin karena membawa motor tanpa helm. Dia terlalu terburu-buru sehingga menjatuhkan helmnya ketika akan dia pakai dan tidak sempat mengambilnya karena helmnya menggelinding lumayan jauh. Lalita langsung tancap gas menuju kosan Icha. Alhasil, kini dia terkena flu dan masuk angin karena mengendarai motor di tengah malam tanpa jaket dan helm. Dia hanya memakai baju super seksi hasil curiannya itu.Semalam dia diburu oleh dua pria sekaligus. Lalita berpura-pura jadi wanita murahan yang
“Silakan masuk,” ucap seorang pria tampan dan terlihat masih muda. Usianya mungkin baru sekitar awal tiga puluhan. Setelan mahal yang di pakainya membuatnya terlihat sangat eksklusif sekali.Bu Maelani langsung memasang senyum genitnya begitu melihat pria tampan itu.Mereka pun masuk ke dalam apartemen mewah yang masih minim dekorasi itu. Sepertinya ini apartemen baru yang tidak pernah dihuni sebelumnya. Di sana hanya ada perabotan inti saja. Tidak ada pajangan atau apapun yang menandakan bahwa tempat itu berpenghuni sebelumnya.“Silakan di minum,” pria tampan tadi menyodorkan dua botol air mineral pada mereka. “Maaf, ini hari pertama kami di sini, hanya ada air putih dan bir saja. Apa mau menukarnya dengan bir?” tawar pria tadi.“Tidak, ini sudah cukup,” ucap Lalita cepat. Dia melihat bu Maelani akan membuka mulutnya tadi. Lalita takut wanita yang sedikit centil itu akan menukar minuman mereka dengan bir.“Minumlah, sebentar lagi Tuan Respati akan segera datang,” ucap pria itu.Lalit
Sinar Mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela mengusik tidur Lalita. Dia merasakan silau saat akan membuka mata. Perlahan dia mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya.Mata Lalita langsung melotot kaget begitu sadar kalau dia sedang berada di kamar yang asing baginya. Pantas saja kasurnya tiba-tiba terasa berubah menjadi lebih nyaman dan empuk dibandingkan kasur miliknya yang biasanya.‘Semalam aku berada di apartemen ini hanya berduaan bersama laki-laki mesum yang memiliki dendam padaku. Lalu aku tiba-tiba mengantuk sampai tidak sadarkan diri …. Degh! Ini tidak benar. Sesuatu yang buruk pasti terjadi padaku! Minuman itu, pasti ada sesuatu di dalamnya.’ Lalita mencoba mengingat-ngingat semua rentetan peristiwa yang terjadi padanya kemarin. Iya kemarin, karena hari kini sudah berganti bukan?“Tunggu dulu, Lalita. Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia terus melakukan itu sampai rasa paniknya perlahan mu
Tanpa aba-aba, Adrian langsung menurunkan wajahnya dan meraup bibir Lalita.Ciumannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Dia menikmati setiap tekstur dan rasanya. Ciumannya kali ini berbeda sekali dengan ciuman yang dilakukannya pada malam itu yang sedikit kasar.Lalita yang merasa terpana tanpa sadar menerima ciuman pria itu begitu saja.Sebelumnya, Lalita belum pernah berciuman seperti ini dengan pacarnya. Entah kesambet setan apa atau dia terhipnotis dengan pesona Adrian. Kali ini pria itu memberinya rasa yang berbeda. Gerakannya halus dan terkontrol.Oh, tidak. Lalita salah karena memujinya.Semuanya berubah saat lidahnya mulai masuk dan ikut bermain. Lidah itu merangsak masuk menggoda Lalita untuk ikut bermain. Membuat Lalita terbuai oleh permainannya dan tanpa sadar malah membalasnya. Lalita mengikuti naluri tubuhnya dan mencoba mengimbangi Adrian.Pipi Lalita merona, dia malu karena ketahuan menikmati permainan panas yang diciptakan oleh Adrian. Dia terbawa suasana, laki-lak
'Bukankah dia sangat kaya raya, seharusnya uang segitu tidak begitu besar untuknya ‘kan?’ protes Lalita dalam hati.Salah satu yang membuat Adrian semakin marah pada Lalita sebenarnya adalah selain kabur darinya, Adrian tidak terima Lalita malah bercumbu dengan pria lain. Dengan pria yang selalu menjadi saingannya dalam hal dan aspek apapun.Adrian dan Evan sama-sama di gadang-gadang akan menjadi pewaris dari seluruh kerajaan bisnis dari keluarganya masing-masing. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliah pun mereka selalu berada di sekolah yang sama. Entahlah, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah pribadi satu sama lain. Tetapi karena perselisihan kakek mereka, otomatis keduanya pun secara tidak langsung jadi selalu bersaing sejak dulu. Demi kebanggaan sang kakek, pada akhirnya mereka pun secara alami jadi selalu bersaing. Setelah mengatakan itu, Adrian benar-benar pergi dan mengurung Lalita di apartemen itu.“Astaga, apa lagi kali ini? Mana aku tahu kalau pria yang aku cium sembar
Di dalam foto itu terlihat potret Lalita yang sedang memejamkan mata sambil di cumbu oleh seorang pria dalam berbagai pose. Hanya wajahnya yang terlihat, sementara wajah pria yang sedang menciumnya tidak terlihat sama sekali. Adrian! Tentu saja pria dalam foto itu adalah pria itu. Meski wajahnya tidak terlihat, tapi Lalita jelas mengenalinya.Sepertinya foto-foto itu diambil tadi malam, ketika Lalita tidak sadarkan diri.Lalita sangat syok begitu melihat bagian-bagian tubuh pribadinya di expose begitu saja dalam foto-foto itu. Air matanya meleleh, dia tidak tahan melihat pose dirinya yang terlihat menjijikan.‘Aku harus bergegas ke luar dari sini! Cowok itu benar-benar gila!" batin Lalita.Begitu tangannya sudah menyentuh handle pintu. Suara di belakang mengintrupsinya, membuat langkahnya terhenti dan dunianya terasa akan runtuh seketika.“Jika kamu berani melangkahkan kaki ke luar barang selangkah saja, aku jamin … foto-fotomu itu akan beredar luas di seluruh internet,” ucap Adrian
Jemari lentik Naissa bermain diatas dada Adrian, membentuk pola benang kusut. Sedangkan pandangan matanya mengunci pada mata Adrian.Bibir gadis itu merekah, dia tersenyum kegirangan karena rencananya berhasil. Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah."Berhenti!" perintah Adrian penuh dengan penekanan. Matanya terpejam, dadanya naik turun. Dia mencoba menormalkan kembali nafasnya yang kian memburu. Naissa menulikan pendengarannya. "Tidak boleh. Tidak boleh gagal," gumamnya sambil menggelengkan kepala. Bukannya berhenti, gerakan tangannya malah semakin cepat. Dengan gesit dia buru-buru membuka kancing kemeja Adrian."Aku bilang, Hentikan!" Adrian menggenggam pergelangan tangan Naissa kemudian menjauhkan dari tubuhnya."Kenapa … kenapa kak Adrian menolakku?" bisik Naissa lemah sambil menunduk. Kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat.Karena tidak urung mendapat jawaban, wajahnya mendongak menatap Adrian dengan mata yang berkaca-kaca. "Apa di matamu aku lebih buruk daripada perem
“Rupanya kau masih ingat untuk pulang,” sindir Greyson kakeknya. “Untung saja aku masih memiliki cucu perempuan ini yang selalu menemani hari-hari tuaku.” Kake Grey merentangkan tangannya.Naissa berhambur kepelukan kakeknya. “Kakek jangan galak-galak, nanti kak Adrian tidak mau datang kesini lagi,” ucapnya dengan manja.“Kedua cucu laki-lakiku selalu sibuk, mereka tidak pernah memiliki waktu untuk berkumpul dengan kakek tua ini.” Greyson menghela napas. Salahnya yang selalu keras pada Adrian dan banyak menuntut ini dan itu. Ada sedikit rasa sedih di hatinya karena hubungan diantara mereka hanyalah melulu tentang bisnis. Ada jarak tak kasat mata diantara mereka. Keduanya memiliki karakter yang mirip, sama-sama pria yang keras dan sulit menunjukan kasih sayang satu sama lain.“Makan malam sudah siap, bagaimana kalau kita lanjut acara kangen-kangenan ini di meja makan saja?” Seorang wanita setengah baya menginterupsi mereka. Tampilannya terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. D
“Kak …? Ka Adrian?” Suara manjanya sedikit hilang dan berganti dengan kekesalan. Naissa mencebikan bibirnya.Jonathan yang ada di sebelah Adrian melirik kemudian menggelengkan kepala. “Akh, Ya. Ada apa?” tanya Adrian. Sejak tadi entah kenapa Adrian terus-terusan memikirkan Lalita. Membuatnya sedikit hilang fokus. ‘Apa yang sedang dilakukannya sekarang?’.“Jadi, sejak tadi kamu tidak mendengarkanku?” ucapnya dengan wajah yang berubah sendu.Naissa merupakan cucu angkat kakeknya yang sangat dimanjakan. Dia cucu perempuan satu-satunya dari mendiang sahabat kakeknya yang sangat berjasa selama masa hidupnya. Kini Naissa bisa menjadi salah satu artis terkenal pun tidak luput dari campur tangan gerald Respati dan juga Adrian sebagai kaki tangannya.“Maaf, ada sedikit masalah yang mengganggu pikiranku. Kamu siap-siap saja dulu.” Adrian menurunkan tangan Naissa yang masih bergelayut di lengannya. “Aku akan bertemu salah satu klien dulu. Salah satu orang ku akan menemanimu. Kita akan bertemu l
Sementara di tempat lain. Dua orang pria tampan sedang berjalan di tengah lautan manusia di bandara. Mereka sedang menuju sebuah gate pesawat yang akan membawanya terbang untuk melakukan perintah sang kakek. Keduanya sangat tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung bangirnya.“Kenapa orang tua itu menyuruhmu melakukan pekerjaan tidak penting ini? Sepertinya dia tahu akhir-akhir ini kau kebanyakan bermain-main.” Komentar Jonathan, asisten pribadi Adrian itu sudah biasa mengatakan apapun yang ingin diucapkan dan Adrian tidak masalah dengan itu. Jonathan bukanlah pegawai biasa. Dia istimewa dan direkrut langsung oleh Adrian. Hubungan mereka terjalin sudah lima tahun lamanya, jadi mereka tidak sekedar atasan dan juga bawahan. Jonatan adalah pria yang sangat bisa diandalkan. Dia bisa melakukan apa saja untuk Adrian ‘APA SAJA’, dan pria itu selalu puas dengan pekerjaanya.“Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bangun?” tanya Adrian, dia mengabaikan komentar Jonatan sebelumny
Lalita tidak berani menatap ke arah tubuh Adrian yang sudah tidak memakai penutup tubuh apa pun. Dia memalingkan wajahnya, melihat ke arah lain. Pipinya bersemu semakin merah. Alcohol dan rasa malunya membuatnya bereaksi seperti itu.“Akhhh …,” desah Lalita karena Adrian kini menyerang area lehernya.Adrian mengendus ceruk leher Lalita dengan hidungnya, kemudian bibirnya mulai menciumi seluruh bagian itu.“Tidak mau… lepaskan aku!” pekik Lalita frustasi. Namun Adrian tidak mengindahkannya.Beberapa detik kemudia, Lalita terkulai lemah. Dia tidak sadarkan diri.Adrian yang tidak merasakan perlawanan apapun lagi dari gadis ini pun segera mendongak.“Hey, jangan bercanda?” Adrian menepuk-nepuk pelan pipi Lalita. Namun tidak ada lagi pergerakan atau respon apapun dari gadis itu. Dia hanya terkulai lemas tak berdaya dalam kukungan Adrian.“Sial!” bentak Adrian yang kini gantian frustasi. Gadis ini benar-benar selalu menguji kesabarannya. Dia kemudian meninggalkan gadis yang rohnya seda
Di dalam foto itu terlihat potret Lalita yang sedang memejamkan mata sambil di cumbu oleh seorang pria dalam berbagai pose. Hanya wajahnya yang terlihat, sementara wajah pria yang sedang menciumnya tidak terlihat sama sekali. Adrian! Tentu saja pria dalam foto itu adalah pria itu. Meski wajahnya tidak terlihat, tapi Lalita jelas mengenalinya.Sepertinya foto-foto itu diambil tadi malam, ketika Lalita tidak sadarkan diri.Lalita sangat syok begitu melihat bagian-bagian tubuh pribadinya di expose begitu saja dalam foto-foto itu. Air matanya meleleh, dia tidak tahan melihat pose dirinya yang terlihat menjijikan.‘Aku harus bergegas ke luar dari sini! Cowok itu benar-benar gila!" batin Lalita.Begitu tangannya sudah menyentuh handle pintu. Suara di belakang mengintrupsinya, membuat langkahnya terhenti dan dunianya terasa akan runtuh seketika.“Jika kamu berani melangkahkan kaki ke luar barang selangkah saja, aku jamin … foto-fotomu itu akan beredar luas di seluruh internet,” ucap Adrian
'Bukankah dia sangat kaya raya, seharusnya uang segitu tidak begitu besar untuknya ‘kan?’ protes Lalita dalam hati.Salah satu yang membuat Adrian semakin marah pada Lalita sebenarnya adalah selain kabur darinya, Adrian tidak terima Lalita malah bercumbu dengan pria lain. Dengan pria yang selalu menjadi saingannya dalam hal dan aspek apapun.Adrian dan Evan sama-sama di gadang-gadang akan menjadi pewaris dari seluruh kerajaan bisnis dari keluarganya masing-masing. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliah pun mereka selalu berada di sekolah yang sama. Entahlah, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah pribadi satu sama lain. Tetapi karena perselisihan kakek mereka, otomatis keduanya pun secara tidak langsung jadi selalu bersaing sejak dulu. Demi kebanggaan sang kakek, pada akhirnya mereka pun secara alami jadi selalu bersaing. Setelah mengatakan itu, Adrian benar-benar pergi dan mengurung Lalita di apartemen itu.“Astaga, apa lagi kali ini? Mana aku tahu kalau pria yang aku cium sembar
Tanpa aba-aba, Adrian langsung menurunkan wajahnya dan meraup bibir Lalita.Ciumannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Dia menikmati setiap tekstur dan rasanya. Ciumannya kali ini berbeda sekali dengan ciuman yang dilakukannya pada malam itu yang sedikit kasar.Lalita yang merasa terpana tanpa sadar menerima ciuman pria itu begitu saja.Sebelumnya, Lalita belum pernah berciuman seperti ini dengan pacarnya. Entah kesambet setan apa atau dia terhipnotis dengan pesona Adrian. Kali ini pria itu memberinya rasa yang berbeda. Gerakannya halus dan terkontrol.Oh, tidak. Lalita salah karena memujinya.Semuanya berubah saat lidahnya mulai masuk dan ikut bermain. Lidah itu merangsak masuk menggoda Lalita untuk ikut bermain. Membuat Lalita terbuai oleh permainannya dan tanpa sadar malah membalasnya. Lalita mengikuti naluri tubuhnya dan mencoba mengimbangi Adrian.Pipi Lalita merona, dia malu karena ketahuan menikmati permainan panas yang diciptakan oleh Adrian. Dia terbawa suasana, laki-lak
Sinar Mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela mengusik tidur Lalita. Dia merasakan silau saat akan membuka mata. Perlahan dia mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya.Mata Lalita langsung melotot kaget begitu sadar kalau dia sedang berada di kamar yang asing baginya. Pantas saja kasurnya tiba-tiba terasa berubah menjadi lebih nyaman dan empuk dibandingkan kasur miliknya yang biasanya.‘Semalam aku berada di apartemen ini hanya berduaan bersama laki-laki mesum yang memiliki dendam padaku. Lalu aku tiba-tiba mengantuk sampai tidak sadarkan diri …. Degh! Ini tidak benar. Sesuatu yang buruk pasti terjadi padaku! Minuman itu, pasti ada sesuatu di dalamnya.’ Lalita mencoba mengingat-ngingat semua rentetan peristiwa yang terjadi padanya kemarin. Iya kemarin, karena hari kini sudah berganti bukan?“Tunggu dulu, Lalita. Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia terus melakukan itu sampai rasa paniknya perlahan mu