Gadis ini gemetar? Apa ini pertama kali dia mendapatkan sentuhan dari pria? Adrian buru-buru menepis pikiran itu. Mana mungkin ada gadis selugu itu di jaman sekarang.
Tangan Adrian bergerak kembali. Turun menyusuri leher Lalita dengan perlahan, membelainya hingga terus turun melewati area dadanya dengan pelan-pelan sekali.
Debaran jantung Lalita sudah seperti orang yang sedang lari maraton, dia tidak bisa mengontrolnya. Deru nafasnya mulai memburu dan dadanya terlihat naik turun.
Tangan Lalita kini sudah mengepal sangat erat. Wajahnya pun sudah mulai memanas. Dia sangat ingin segera lari dari ruangan itu dan menendang pria di depannya agar menyingkir dan berhenti menyentuh tubuhnya.
Lalita kemudian melihat jam di pergelangan tangannya, ternyata waktu yang mereka lewati baru sepuluh menit saja berlalu. Membuat dia sangat kesal, kenapa waktunya disini seolah berjalan lambat sekali.
“Waktu kebersamaan kita masih lama, waktu pagi masih terlalu jauh,” ucap Adrian kemudian menarik wajah Lalita agar menghadap padanya. Tanpa aba-aba langsung dilumatnya bibir kenyal gadis itu.
Mata Lalita melotot kaget karena tidak siap dengan serangan mendadak ini. Tempo permainan pria itu juga mulai meningkat.
Lalita kewalahan menghadapi ciuman Adrian. Ini bukan ciuman pertamanya, tapi di cium dengan teknik seperti ini adalah pertama kali untuknya. Dengan kekasihnya dia hanya pernah di kecup bibirnya saja, karena Lalita tidak pernah mengizinkan kekasihnya itu melakukan lebih.
Lalita sudah hampir tidak tahan, dia ingin sekali menendang pria di depannya ini yang dengan seenaknya mempermainkan tubuhnya. Lalita akui, ciuman pria mesum ini memang menakjubkan dan memukau dirinya. Tapi dia mulai tidak nyaman ketika pria ini mulai menciumi area leher dan juga dadanya. Bagian tubuh yang tidak pernah disentuh oleh pria manapun sebelumnya.
Lalita melihat jam di pergelangan tangannya kembali, sudah lima belas menit berlalu.
“Ohh, tidak!” Lalita buru-buru menarik tangan Adrian yang mulai menyusup ke dalam bajunya.
“Ada apa?” kesal Adrian. Matanya kini sudah dipenuhi kabut gairah dan dia sangat kesal ketika kegiatan menyenangkannya dihentikan.
“Aku mau pipis,” pekik Lalita karena Adrian menaruh kembali tangannya di sana. Masa bodo dengan waktu, lima belas menit seharusnya cukup untuk adiknya menjauh dari tempat ini bukan?
“Shit!” geram Adrian. “Lakukan dengan cepat,” ucap Adrian kesal karena kegiatan menyenangkannya terganggu.
Lalita menarik nafas lega, kemudian menurunkan bajunya kembali yang tadi sudah di singkap oleh Adrian.
Dia bangkit kemudian melangkahkan kakinya yang kini masih gemetar lemas akibat perbuatan Adrian tadi.
‘Bagaimana ini. Gimana caranya aku bisa lari kalau kakiku gemetar begini,’ keluh Lalita dalam hati.
Adrian berjalan di belakang Lalita mengikuti setiap Langkah gadis itu sampai keluar dari pintu ruangannya.
“Antarkan dia ke toilet,” perintah Adrian pada salah satu bawahannya yang berjaga di luar pintu.
“Aku bisa sendiri,” tolak Lalita.
“Dia akan menunggumu di luar, kalau kamu menolak berarti tidak ada toilet!” putus Adrian cepat.
Tidak ada toilet sama dengan dia menyuruh gadis itu melakukannya di ruangan ini. ‘Pria gila,’ pikir Lalita.
“Baiklah, aku mau diantar.” Lalita pasrah pada akhirnya. Sepanjang jalan ini dia terus memikirkan cara bagaimana dia bisa kabur dari sana sedangkan pergerakannya terus di ikuti gorila satu itu.
Adrian menuangkan minuman miliknya dan menyesapnya dengan kasar. “Berani sekali dia membuat aku harus menunggu begini,” kesalnya. Hasratnya sudah mulai bangkit tapi gadis itu membuatnya harus berhenti begitu saja.
Lalita masuk ke dalam toilet dan terdiam lumayan lama di depan cermin.
Tiba-tiba saja ada wanita yang sempoyongan karena mabuk parah menabrak tubuhnya. Gadis itu terlihat sudah kepayahan sekali, untuk membuka mata saja sepertinya dia sangat kesusahan.
“Hey … jangan tidur di sini. Ini toilet, jorok tahu.” Lalita menepu-nepuk wajah wanita itu. Namun wanita itu tidak membuka matanya. Hanya mulutnya saja yang meracau tidak jelas. Memaki dan merajuk secara bersamaan. Jika didengar dari makiannya, sepertinya wanita itu baru saja putus cinta.
Lalita terus menggoyang-goyang tubuh wanita itu, tapi dia tetap saja tidak bergeming. Hingga akhirnya Lalita menyeret dengan susah payah wanita tadi, membawanya masuk ke dalam bilik toilet yang ada di ujung.
Tidak lama kemudian, Lalita keluar menggunakan baju yang berbeda. Dia menukar baju miliknya dengan baju wanita yang mabuk tadi.
“Sempurna! Gorila itu tidak akan mengenaliku,” ucapnya dengan yakin. “Tapi baju ini terlalu pendek,” keluhnya sambil menarik-narik bagian bawah bajunya yang hanya bisa menutupi sebagian pahanya saja.
Lalita kemudian mengurai rambut yang sedari awal di cepolnya. Dia mengatur rambutnya agar bisa menutupi wajahnya meski hanya sebagian.
Beruntungnya dia sudah selesai melakukan penyamaran itu ketika bawahan Adrian membuka pintu. Lalita sempat terlonjak kaget dan buru-buru keluar sambil menunduk, melewati pria bertubuh besar yang kini sedang mengecek bilik toilet satu persatu yang ada di dalam sana.
Begitu keluar dari pintu toilet, Lalita segera bergerak dengan cepat. Dia harus segera cepat-cepat ke luar dari klub itu. Lalita yang sedang terburu-buru sampai menabrak orang-orang yang berpapasan dengannya.
“Maaf, Bos. Gadis itu kabur. Dia menukar pakaiannya dengan salah satu wanita mabuk yang ada di toilet.”
“Bodoh! Bagaimana bisa kau setolol itu!” ucap Adrian setelah melayangkan satu tinjunya pada bawahannya.
“Cepat temukan gadis itu! Dia tidak akan mungkin bisa keluar begitu saja, cepat beritahu penjaga di depan!” bentak Adrian.
Saat ini amarahnya sedang memuncak. Gadis itu, beraninya mempermainkan seorang Adrian Respati. Dia akan pastikan gadis itu akan menerima pelajaran yang setimpal darinya.
Adrian kemudian keluar dari ruangannya dan ikut mencari Lalita yang kini sedang menuju pintu keluar.
Lalita sudah melihat situasi pintu keluar, namun dia mengurungkan niatnya untuk keluar melalui pintu itu karena di sana ada salah satu anak buah Adrian yang menjemputnya di awal. Untungnya Lalita masih mengingat wajah pria itu.
“Aku harus mencari pintu belakang,” gumamnya dengan gusar.
Lalita memutar arah dan melotot kaget begitu melihat Adrian sedang berjalan ke arahnya.
“Astaga! pria itu cepat sekali. Apa yang harus aku lakukan? berpikir, ayo cepat berpikir!" ucap Lalita dengan gusar.
Sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya.
“Tolong aku, aku sedang kabur dari cowok gila,” ucap Lalita pada pria random yang kebetulan berada tidak jauh darinya. Kebetulan sekali pria itu sedang duduk sendirian di sana.
Pria itu mengerutkan keningnya, tidak langsung menjawab Lalita.
“Please, kumohon bantu aku sekali ini saja,” rengek Lalita yang kini sudah sangat panik karena jarak Adrian sudah semakin dekat dengannya.
Karena pria di depannya tidak juga menjawab dan Adrian sudah semakin dekat dengannya, tanpa pikir panjang Lalita langsung menarik kerah baju pria itu dan menempelkan bibirnya dengan bibir pria yang tidak dikenalnya untuk menyembunyikan wajahnya dari Adrian yang kini hampir melintas di belakangnya. Dia memejamkan mata dan berharap Adrian tidak akan memperhatikan wajahnya.
Lalita membuat mereka seolah-olah menjadi salah satu pengunjung yang sedang menikmati waktu kebersamaan dengan pasangannya di club. Lalita yakin pria yang mengejarnya itu tidak akan mengenalinya jika di lihat dari belakang karena dia memakai baju yang berbeda. Dia kini mengenakan gaun yang cukup seksi sehingga bisa berbaur tanpa terlihat mencolok di club itu.
Jantung Lalita berdetak cepat sekali. Sedikit lagi Adrian sudah akan melewatinya. Dalam hati dia terus merapal do’a agar pria itu tidak bisa mengenalinya.
Namun, Lalita terlonjak kaget begitu pria yang kini sedang di ciumnya membalikan keadaan. Dia mengangkat tubuh Lalita dan merubah posisi. Kini Lalita berada di bawah kukungan pria itu. Lalita tidak berani berontak ketika pria itu kini menyerangnya dengan ciuman yang intens dan terus melumat bibirnya dengan rakus. Sial, malam ini dua pria berbeda yang tidak dikenalnya dengan seenaknya sudah menikmati bibirnya.
Posisinya saat ini membuat Lalita bisa bersembunyi dengan baik. Namun Lalita mendapatkan kesulitan baru.
Pria yang ada di atasnya ini tidak bisa dia singkirkan dengan mudah. Pria itu tidak bergeming meski Lalita sudah mendorongnya dengan sekuat tenaga. Pria itu terus menikmati bibir Lalita, menolak melepaskannya seperti anak yang baru saja mendapatkan mainan baru.
Tidak ada cara lain. Lalita kemudian menggigit keras bibir pria itu sampai bau besi terasa di indra perasanya.
Pra itu sedikit meringis ketika Lalita menggigit bibirnya sampai sedikit robek dan mengeluarkan darah.
“Kamu rupanya senang bermain kasar.” Pria itu terkekeh. Tidak ada kemarahan sama sekali.
“Siapa namamu?”
“Hah? Nama ... mmmh ... Jani, namaku Anjani. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu, bisa tolong menyingkir dari tubuhku? Aku sedang terburu-buru. Aku harus segera pergi dari sini.”
“Tapi kini aku juga membutuhkan bantuanmu?” ucap pria itu sambil melirik ke arah selangkangannya yang kini sudah terlihat menggembung. “Sepertinya kamu perlu membalas budi.”
“Tempat itu dipenuhi oleh pria gila, hacim…,” rutuk Lalita diselingi dengan bersin-bersin.“Lo juga hampir aja gue sangka orang gila. Tengah malem ngetok pintu kamar kos gue dengan penampilan yang sangat-sangat mengerikan,” ucap Icha sambil geleng-geleng kepala.Semalam Lalita memang tidak pulang ke rumahnya. Dia tidak mau membuat ibunya syok dengan penampilannya. Tapi dia malah membuat sahabatnya syok karena berdiri tengah malam di depan kosnya dengan baju super seksi dan rambut acak-acakan habis diterpa angin karena membawa motor tanpa helm. Dia terlalu terburu-buru sehingga menjatuhkan helmnya ketika akan dia pakai dan tidak sempat mengambilnya karena helmnya menggelinding lumayan jauh. Lalita langsung tancap gas menuju kosan Icha. Alhasil, kini dia terkena flu dan masuk angin karena mengendarai motor di tengah malam tanpa jaket dan helm. Dia hanya memakai baju super seksi hasil curiannya itu.Semalam dia diburu oleh dua pria sekaligus. Lalita berpura-pura jadi wanita murahan yang
“Silakan masuk,” ucap seorang pria tampan dan terlihat masih muda. Usianya mungkin baru sekitar awal tiga puluhan. Setelan mahal yang di pakainya membuatnya terlihat sangat eksklusif sekali.Bu Maelani langsung memasang senyum genitnya begitu melihat pria tampan itu.Mereka pun masuk ke dalam apartemen mewah yang masih minim dekorasi itu. Sepertinya ini apartemen baru yang tidak pernah dihuni sebelumnya. Di sana hanya ada perabotan inti saja. Tidak ada pajangan atau apapun yang menandakan bahwa tempat itu berpenghuni sebelumnya.“Silakan di minum,” pria tampan tadi menyodorkan dua botol air mineral pada mereka. “Maaf, ini hari pertama kami di sini, hanya ada air putih dan bir saja. Apa mau menukarnya dengan bir?” tawar pria tadi.“Tidak, ini sudah cukup,” ucap Lalita cepat. Dia melihat bu Maelani akan membuka mulutnya tadi. Lalita takut wanita yang sedikit centil itu akan menukar minuman mereka dengan bir.“Minumlah, sebentar lagi Tuan Respati akan segera datang,” ucap pria itu.Lalit
Sinar Mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela mengusik tidur Lalita. Dia merasakan silau saat akan membuka mata. Perlahan dia mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya.Mata Lalita langsung melotot kaget begitu sadar kalau dia sedang berada di kamar yang asing baginya. Pantas saja kasurnya tiba-tiba terasa berubah menjadi lebih nyaman dan empuk dibandingkan kasur miliknya yang biasanya.‘Semalam aku berada di apartemen ini hanya berduaan bersama laki-laki mesum yang memiliki dendam padaku. Lalu aku tiba-tiba mengantuk sampai tidak sadarkan diri …. Degh! Ini tidak benar. Sesuatu yang buruk pasti terjadi padaku! Minuman itu, pasti ada sesuatu di dalamnya.’ Lalita mencoba mengingat-ngingat semua rentetan peristiwa yang terjadi padanya kemarin. Iya kemarin, karena hari kini sudah berganti bukan?“Tunggu dulu, Lalita. Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia terus melakukan itu sampai rasa paniknya perlahan mu
Tanpa aba-aba, Adrian langsung menurunkan wajahnya dan meraup bibir Lalita.Ciumannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Dia menikmati setiap tekstur dan rasanya. Ciumannya kali ini berbeda sekali dengan ciuman yang dilakukannya pada malam itu yang sedikit kasar.Lalita yang merasa terpana tanpa sadar menerima ciuman pria itu begitu saja.Sebelumnya, Lalita belum pernah berciuman seperti ini dengan pacarnya. Entah kesambet setan apa atau dia terhipnotis dengan pesona Adrian. Kali ini pria itu memberinya rasa yang berbeda. Gerakannya halus dan terkontrol.Oh, tidak. Lalita salah karena memujinya.Semuanya berubah saat lidahnya mulai masuk dan ikut bermain. Lidah itu merangsak masuk menggoda Lalita untuk ikut bermain. Membuat Lalita terbuai oleh permainannya dan tanpa sadar malah membalasnya. Lalita mengikuti naluri tubuhnya dan mencoba mengimbangi Adrian.Pipi Lalita merona, dia malu karena ketahuan menikmati permainan panas yang diciptakan oleh Adrian. Dia terbawa suasana, laki-lak
'Bukankah dia sangat kaya raya, seharusnya uang segitu tidak begitu besar untuknya ‘kan?’ protes Lalita dalam hati.Salah satu yang membuat Adrian semakin marah pada Lalita sebenarnya adalah selain kabur darinya, Adrian tidak terima Lalita malah bercumbu dengan pria lain. Dengan pria yang selalu menjadi saingannya dalam hal dan aspek apapun.Adrian dan Evan sama-sama di gadang-gadang akan menjadi pewaris dari seluruh kerajaan bisnis dari keluarganya masing-masing. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliah pun mereka selalu berada di sekolah yang sama. Entahlah, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah pribadi satu sama lain. Tetapi karena perselisihan kakek mereka, otomatis keduanya pun secara tidak langsung jadi selalu bersaing sejak dulu. Demi kebanggaan sang kakek, pada akhirnya mereka pun secara alami jadi selalu bersaing. Setelah mengatakan itu, Adrian benar-benar pergi dan mengurung Lalita di apartemen itu.“Astaga, apa lagi kali ini? Mana aku tahu kalau pria yang aku cium sembar
Di dalam foto itu terlihat potret Lalita yang sedang memejamkan mata sambil di cumbu oleh seorang pria dalam berbagai pose. Hanya wajahnya yang terlihat, sementara wajah pria yang sedang menciumnya tidak terlihat sama sekali. Adrian! Tentu saja pria dalam foto itu adalah pria itu. Meski wajahnya tidak terlihat, tapi Lalita jelas mengenalinya.Sepertinya foto-foto itu diambil tadi malam, ketika Lalita tidak sadarkan diri.Lalita sangat syok begitu melihat bagian-bagian tubuh pribadinya di expose begitu saja dalam foto-foto itu. Air matanya meleleh, dia tidak tahan melihat pose dirinya yang terlihat menjijikan.‘Aku harus bergegas ke luar dari sini! Cowok itu benar-benar gila!" batin Lalita.Begitu tangannya sudah menyentuh handle pintu. Suara di belakang mengintrupsinya, membuat langkahnya terhenti dan dunianya terasa akan runtuh seketika.“Jika kamu berani melangkahkan kaki ke luar barang selangkah saja, aku jamin … foto-fotomu itu akan beredar luas di seluruh internet,” ucap Adrian
Lalita tidak berani menatap ke arah tubuh Adrian yang sudah tidak memakai penutup tubuh apa pun. Dia memalingkan wajahnya, melihat ke arah lain. Pipinya bersemu semakin merah. Alcohol dan rasa malunya membuatnya bereaksi seperti itu.“Akhhh …,” desah Lalita karena Adrian kini menyerang area lehernya.Adrian mengendus ceruk leher Lalita dengan hidungnya, kemudian bibirnya mulai menciumi seluruh bagian itu.“Tidak mau… lepaskan aku!” pekik Lalita frustasi. Namun Adrian tidak mengindahkannya.Beberapa detik kemudia, Lalita terkulai lemah. Dia tidak sadarkan diri.Adrian yang tidak merasakan perlawanan apapun lagi dari gadis ini pun segera mendongak.“Hey, jangan bercanda?” Adrian menepuk-nepuk pelan pipi Lalita. Namun tidak ada lagi pergerakan atau respon apapun dari gadis itu. Dia hanya terkulai lemas tak berdaya dalam kukungan Adrian.“Sial!” bentak Adrian yang kini gantian frustasi. Gadis ini benar-benar selalu menguji kesabarannya. Dia kemudian meninggalkan gadis yang rohnya seda
Sementara di tempat lain. Dua orang pria tampan sedang berjalan di tengah lautan manusia di bandara. Mereka sedang menuju sebuah gate pesawat yang akan membawanya terbang untuk melakukan perintah sang kakek. Keduanya sangat tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung bangirnya.“Kenapa orang tua itu menyuruhmu melakukan pekerjaan tidak penting ini? Sepertinya dia tahu akhir-akhir ini kau kebanyakan bermain-main.” Komentar Jonathan, asisten pribadi Adrian itu sudah biasa mengatakan apapun yang ingin diucapkan dan Adrian tidak masalah dengan itu. Jonathan bukanlah pegawai biasa. Dia istimewa dan direkrut langsung oleh Adrian. Hubungan mereka terjalin sudah lima tahun lamanya, jadi mereka tidak sekedar atasan dan juga bawahan. Jonatan adalah pria yang sangat bisa diandalkan. Dia bisa melakukan apa saja untuk Adrian ‘APA SAJA’, dan pria itu selalu puas dengan pekerjaanya.“Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bangun?” tanya Adrian, dia mengabaikan komentar Jonatan sebelumny
Jemari lentik Naissa bermain diatas dada Adrian, membentuk pola benang kusut. Sedangkan pandangan matanya mengunci pada mata Adrian.Bibir gadis itu merekah, dia tersenyum kegirangan karena rencananya berhasil. Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah."Berhenti!" perintah Adrian penuh dengan penekanan. Matanya terpejam, dadanya naik turun. Dia mencoba menormalkan kembali nafasnya yang kian memburu. Naissa menulikan pendengarannya. "Tidak boleh. Tidak boleh gagal," gumamnya sambil menggelengkan kepala. Bukannya berhenti, gerakan tangannya malah semakin cepat. Dengan gesit dia buru-buru membuka kancing kemeja Adrian."Aku bilang, Hentikan!" Adrian menggenggam pergelangan tangan Naissa kemudian menjauhkan dari tubuhnya."Kenapa … kenapa kak Adrian menolakku?" bisik Naissa lemah sambil menunduk. Kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat.Karena tidak urung mendapat jawaban, wajahnya mendongak menatap Adrian dengan mata yang berkaca-kaca. "Apa di matamu aku lebih buruk daripada perem
“Rupanya kau masih ingat untuk pulang,” sindir Greyson kakeknya. “Untung saja aku masih memiliki cucu perempuan ini yang selalu menemani hari-hari tuaku.” Kake Grey merentangkan tangannya.Naissa berhambur kepelukan kakeknya. “Kakek jangan galak-galak, nanti kak Adrian tidak mau datang kesini lagi,” ucapnya dengan manja.“Kedua cucu laki-lakiku selalu sibuk, mereka tidak pernah memiliki waktu untuk berkumpul dengan kakek tua ini.” Greyson menghela napas. Salahnya yang selalu keras pada Adrian dan banyak menuntut ini dan itu. Ada sedikit rasa sedih di hatinya karena hubungan diantara mereka hanyalah melulu tentang bisnis. Ada jarak tak kasat mata diantara mereka. Keduanya memiliki karakter yang mirip, sama-sama pria yang keras dan sulit menunjukan kasih sayang satu sama lain.“Makan malam sudah siap, bagaimana kalau kita lanjut acara kangen-kangenan ini di meja makan saja?” Seorang wanita setengah baya menginterupsi mereka. Tampilannya terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. D
“Kak …? Ka Adrian?” Suara manjanya sedikit hilang dan berganti dengan kekesalan. Naissa mencebikan bibirnya.Jonathan yang ada di sebelah Adrian melirik kemudian menggelengkan kepala. “Akh, Ya. Ada apa?” tanya Adrian. Sejak tadi entah kenapa Adrian terus-terusan memikirkan Lalita. Membuatnya sedikit hilang fokus. ‘Apa yang sedang dilakukannya sekarang?’.“Jadi, sejak tadi kamu tidak mendengarkanku?” ucapnya dengan wajah yang berubah sendu.Naissa merupakan cucu angkat kakeknya yang sangat dimanjakan. Dia cucu perempuan satu-satunya dari mendiang sahabat kakeknya yang sangat berjasa selama masa hidupnya. Kini Naissa bisa menjadi salah satu artis terkenal pun tidak luput dari campur tangan gerald Respati dan juga Adrian sebagai kaki tangannya.“Maaf, ada sedikit masalah yang mengganggu pikiranku. Kamu siap-siap saja dulu.” Adrian menurunkan tangan Naissa yang masih bergelayut di lengannya. “Aku akan bertemu salah satu klien dulu. Salah satu orang ku akan menemanimu. Kita akan bertemu l
Sementara di tempat lain. Dua orang pria tampan sedang berjalan di tengah lautan manusia di bandara. Mereka sedang menuju sebuah gate pesawat yang akan membawanya terbang untuk melakukan perintah sang kakek. Keduanya sangat tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung bangirnya.“Kenapa orang tua itu menyuruhmu melakukan pekerjaan tidak penting ini? Sepertinya dia tahu akhir-akhir ini kau kebanyakan bermain-main.” Komentar Jonathan, asisten pribadi Adrian itu sudah biasa mengatakan apapun yang ingin diucapkan dan Adrian tidak masalah dengan itu. Jonathan bukanlah pegawai biasa. Dia istimewa dan direkrut langsung oleh Adrian. Hubungan mereka terjalin sudah lima tahun lamanya, jadi mereka tidak sekedar atasan dan juga bawahan. Jonatan adalah pria yang sangat bisa diandalkan. Dia bisa melakukan apa saja untuk Adrian ‘APA SAJA’, dan pria itu selalu puas dengan pekerjaanya.“Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bangun?” tanya Adrian, dia mengabaikan komentar Jonatan sebelumny
Lalita tidak berani menatap ke arah tubuh Adrian yang sudah tidak memakai penutup tubuh apa pun. Dia memalingkan wajahnya, melihat ke arah lain. Pipinya bersemu semakin merah. Alcohol dan rasa malunya membuatnya bereaksi seperti itu.“Akhhh …,” desah Lalita karena Adrian kini menyerang area lehernya.Adrian mengendus ceruk leher Lalita dengan hidungnya, kemudian bibirnya mulai menciumi seluruh bagian itu.“Tidak mau… lepaskan aku!” pekik Lalita frustasi. Namun Adrian tidak mengindahkannya.Beberapa detik kemudia, Lalita terkulai lemah. Dia tidak sadarkan diri.Adrian yang tidak merasakan perlawanan apapun lagi dari gadis ini pun segera mendongak.“Hey, jangan bercanda?” Adrian menepuk-nepuk pelan pipi Lalita. Namun tidak ada lagi pergerakan atau respon apapun dari gadis itu. Dia hanya terkulai lemas tak berdaya dalam kukungan Adrian.“Sial!” bentak Adrian yang kini gantian frustasi. Gadis ini benar-benar selalu menguji kesabarannya. Dia kemudian meninggalkan gadis yang rohnya seda
Di dalam foto itu terlihat potret Lalita yang sedang memejamkan mata sambil di cumbu oleh seorang pria dalam berbagai pose. Hanya wajahnya yang terlihat, sementara wajah pria yang sedang menciumnya tidak terlihat sama sekali. Adrian! Tentu saja pria dalam foto itu adalah pria itu. Meski wajahnya tidak terlihat, tapi Lalita jelas mengenalinya.Sepertinya foto-foto itu diambil tadi malam, ketika Lalita tidak sadarkan diri.Lalita sangat syok begitu melihat bagian-bagian tubuh pribadinya di expose begitu saja dalam foto-foto itu. Air matanya meleleh, dia tidak tahan melihat pose dirinya yang terlihat menjijikan.‘Aku harus bergegas ke luar dari sini! Cowok itu benar-benar gila!" batin Lalita.Begitu tangannya sudah menyentuh handle pintu. Suara di belakang mengintrupsinya, membuat langkahnya terhenti dan dunianya terasa akan runtuh seketika.“Jika kamu berani melangkahkan kaki ke luar barang selangkah saja, aku jamin … foto-fotomu itu akan beredar luas di seluruh internet,” ucap Adrian
'Bukankah dia sangat kaya raya, seharusnya uang segitu tidak begitu besar untuknya ‘kan?’ protes Lalita dalam hati.Salah satu yang membuat Adrian semakin marah pada Lalita sebenarnya adalah selain kabur darinya, Adrian tidak terima Lalita malah bercumbu dengan pria lain. Dengan pria yang selalu menjadi saingannya dalam hal dan aspek apapun.Adrian dan Evan sama-sama di gadang-gadang akan menjadi pewaris dari seluruh kerajaan bisnis dari keluarganya masing-masing. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliah pun mereka selalu berada di sekolah yang sama. Entahlah, sebenarnya mereka tidak memiliki masalah pribadi satu sama lain. Tetapi karena perselisihan kakek mereka, otomatis keduanya pun secara tidak langsung jadi selalu bersaing sejak dulu. Demi kebanggaan sang kakek, pada akhirnya mereka pun secara alami jadi selalu bersaing. Setelah mengatakan itu, Adrian benar-benar pergi dan mengurung Lalita di apartemen itu.“Astaga, apa lagi kali ini? Mana aku tahu kalau pria yang aku cium sembar
Tanpa aba-aba, Adrian langsung menurunkan wajahnya dan meraup bibir Lalita.Ciumannya sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Dia menikmati setiap tekstur dan rasanya. Ciumannya kali ini berbeda sekali dengan ciuman yang dilakukannya pada malam itu yang sedikit kasar.Lalita yang merasa terpana tanpa sadar menerima ciuman pria itu begitu saja.Sebelumnya, Lalita belum pernah berciuman seperti ini dengan pacarnya. Entah kesambet setan apa atau dia terhipnotis dengan pesona Adrian. Kali ini pria itu memberinya rasa yang berbeda. Gerakannya halus dan terkontrol.Oh, tidak. Lalita salah karena memujinya.Semuanya berubah saat lidahnya mulai masuk dan ikut bermain. Lidah itu merangsak masuk menggoda Lalita untuk ikut bermain. Membuat Lalita terbuai oleh permainannya dan tanpa sadar malah membalasnya. Lalita mengikuti naluri tubuhnya dan mencoba mengimbangi Adrian.Pipi Lalita merona, dia malu karena ketahuan menikmati permainan panas yang diciptakan oleh Adrian. Dia terbawa suasana, laki-lak
Sinar Mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela mengusik tidur Lalita. Dia merasakan silau saat akan membuka mata. Perlahan dia mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya.Mata Lalita langsung melotot kaget begitu sadar kalau dia sedang berada di kamar yang asing baginya. Pantas saja kasurnya tiba-tiba terasa berubah menjadi lebih nyaman dan empuk dibandingkan kasur miliknya yang biasanya.‘Semalam aku berada di apartemen ini hanya berduaan bersama laki-laki mesum yang memiliki dendam padaku. Lalu aku tiba-tiba mengantuk sampai tidak sadarkan diri …. Degh! Ini tidak benar. Sesuatu yang buruk pasti terjadi padaku! Minuman itu, pasti ada sesuatu di dalamnya.’ Lalita mencoba mengingat-ngingat semua rentetan peristiwa yang terjadi padanya kemarin. Iya kemarin, karena hari kini sudah berganti bukan?“Tunggu dulu, Lalita. Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia terus melakukan itu sampai rasa paniknya perlahan mu