SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 36"Ibu kenapa?" tanya Mona lirih. Johan mendengkus, namun pada akhirnya lelaki itu berjalan mendekat ke arah sang ibu."Mas, ibu pingsan," rengek Putri sembari suara isak tangis yang terus keluar. Begitu dekat, Johan membopong tubuh sang ibu menuju kamar. Perlahan, lelaki itu membaringkannya di atas ranjang. "Put, ambilkan minyak kayu putih." "I–iya, Mas." Gegas Putri melangkah menuju etalase yang ada di ruang tengah, mengeluarkan kotak, lalu mengambil minyak yang diminta oleh sang kakak. Dan begitu menemukan, dengan setengah berlari Putri kembali menuju kamar. "Ini, Mas." Putri mengulurkan benda tersebut. Johan yang sedari menepuk-nepuk pelan pipi sang ibu pun menoleh, mengambil benda kecil itu. "Sayang, tolong berikan minya ini ke ibu. Aku mau kabarin pihak kantor, datang agak telat." Mona yang berdiri di belakang sang suami mengangguk, lalu ia mengambil alih minyak tersebut. Begitu Johan pergi, Mona mendudukkan tubuhnya di samping sang i
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 37"Astaga, kok ....?" "Kemarin aku lihat video ini viral, tapi aku pikir hanya mirip sama Pak Johan.""Tapi kok ada di sini videonya?" Suara itu mengusik pendengaran Johan. Bahkan, suara-suara yang lainnya pun turut terdengar. Sebagian terlihat biasa saja, sebagiannya merasa tak percaya dan sebagiannya lagi bahkan menahan tawa. Seluruh pasang mata mengarah pada lelaki yang saat ini wajahnya mulai memerah. Kedua tangan yang berada di bawah meja itu pun mengepal kuat, sebagai bentuk pelampiasan emosi yang masih tertahan di dalam dada. "Pak Johan, tolong datang ke ruangan saya," pinta seorang direktur dengan nada tegas sembari menatap ke arah Johan. "Baik, Pak." "Meeting kita akhiri sekarang. Yang lain silakan kembali ke ruangannya masing-masing." Mereka mengangguk, lalu secara serempak berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah ke luar. Beberapa pasang mata melirik ke arah Johan sembari tersenyum sinis saat melewati lelaki itu yang masih dal
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 38Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 3 sore. Dimana baru satu jam lagi Johan akan pulang. Hari ini Johan merasa waktu berputar sangatlah lama. Bukan hanya itu, ia tak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, sebab konsentrasi yang terusik. "Coba aku hubungi Mika dulu saja," lirih Johan sembari meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas meja. Ditekannya menu power, hingga membuat laya yang semula gelap menjadi menyala. Setelahnya, Johan membuka aplikasi yang berlogo telepon dan berwarna hijau tersebut. Johan menggulirkan jemarinya untuk mencari nomor ponsel milik Mika. Begitu menemukannya, ia langsung mengetikkan sebuah pesan. [Mika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.]Tinggal menekan menu send, pesan tersebut kembali dihapus oleh Johan."Ah, masa iya langsung gini? Gimana ya?" Johan bermonolog. Akhirnya jemarinya kembali menekan tiap huruf di layar ponsel. Hingga terangkailah beberapa kalimat yang dirasanya pas untuk dikirim
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 39"Katakan, Sayang. Ada apa? Sepertinya kamu sedang kesal sekali?" "Gimana aku nggak kesel, tuh lihat mantan istrimu kirim pesan ke kamu. Dia mancing kamu pakai nama bayi itu! Siapa yang nggak kesel?!" Seketika perasaan Johan menjadi tak enak. Bergegas ia menarik tangannya dari wajah Mona. Selanjutnya, lelaki itu bergerak mendekat ke arah ranjang. Menaikinya agar bisa mengambil ponsel yang tergeletak di ujung sana. Perasaan Johan semakin tak karuan saat baru saja aplikasi terbuka, langsung terlibatlah sebuah pesan yang dikirim dari nomornya bercentang dua berwarna biru. [Dasar gila!]Begitulah bunyi pesan tersebut. Gegas, Johan membukanya. Dan, alangkah terkejutnya Johan saat membaca rentetan pesan yang dikirim oleh Mona melalui ponselnya. "Astaga, Mona!"Johan menghembuskan napas berat. Ia bergegas turun dari ranjang. Kali ini, emosi menghampiri diri lelaki itu. "Apa-apaan kamu kirim pesan macam ini ke Mika, ha?!" desis Johan. Ia merasa be
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 40Dua minggu telah berlalu, kehidupan Mika terasa begitu tenang tanpa gangguan dari lelaki bernama Johan. Ya, semenjak Mona mengirimkan pesan yang berisi hinaan, mereka tak lagi mengganggu ketenangannya. Dan, Mika tentu saja menikmatinya.Terik sinar matahari terasa menyengat di kulit beberapa orang lelaki berkulit coklat yang tengah membangun sebuah toko kecil di halaman depan rumah Mika. "Pak, diminum dulu es-nya," ucap Mika sembari meletakkan es jeruk yang telah ia buat."Iya, Bu," jawab mereka bertiga secara serempak. Mika hanya mengangguk, dan wanita itu memutar tubuh untuk kembali masuk ke dalam rumah. Mengingat seorang bayi mungil yang ia tinggalkan di kamar seorang diri. Saat Mika baru saja melewati pintu rumah, tiba-tiba saja suara deru mesin mobil terdengar berhenti di depan rumah Mika. Gegas wanita itu pun memutar tubuh, hingga bisa dilihatnya mobil siapa yang berhenti di depan rumahnya. "Mas Johan?" lirih Mika. Ya, wanita itu hap
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 41"Nggak! Enak aja. Orang itu memang fakta dan real kok. Mana ada settingan-settingan segala. Dasar!" Akhirnya mengalirlah cerita dari bibir Johan soal rencana pernikahan sang adik yang terancam batal, dan cerita perihal sangsi yang akan ia dapatkan di tempatnya bekerja. Namun, hati Mika sudah mengeras. Jika dulu ia akan melakukan apapun yang diminta oleh sang suami, namun sekarang tidak. Mika benar-benar tak sudi untuk melakukan apa yang mantan suami minta. "Itu urusan kamu, Mas. Pernikahan adikmu bukan menjadi urusanku, dan andai kamu dipecat dari pekerjaan sekali pun aku tak perduli."Mendengar ucapan Mika membuat gurat kekecewaan terpancar dengan jelas di kedua sorot manik hitam milik Johan. Seketika otak lelaki itu berputar. Mencari tawaran agar wanita yang ada di hadapannya itu mengabulkan apa yang ia minta. "Mika, andai kamu mau menuruti permintaanku. Aku pun aku melakukan hal yang sama pada kamu." "Apa?" "Proses perceraian akan ber
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 42"Memang benar kata orang, jika dia mendapatkan sesuatu dengan cara mencuri. Pasti ia akan ketakutan dam khawatir berlebihan kalau miliknya akan dicuri oleh wanita lain." Mika tersenyum sinis. "Mika, kita belum selesai bicara loh." "Maaf, sudah lebih dari 10 menit. Datanglah kembali setelah kamu memberikan keputusan mengenai syarat dariku. Ok!" "Tapi, Mika. Tak bisakah kita bicarakan dan negoisasi?" "Maaf, nggak bisa. Aku mau pergi dulu. Bye!" "Semoga saja dia mau, lumayan 500 juta untuk tabungan masa depan Nando. Hihi," batin wanita itu. Setelah selesai berucap, Mika melangkah pergi dengan mendorong kereta bayi, meninggalkan Johan yang berdiri mematung menatap kepergiannya. Hingga pada akhirnya, punggung Mika tak terlihat lagi setelah melewati pagar pembatas rumahnya. Johan mendengkus. Ia mengacak rambut dengan kasar. Sungguh, dada lelaki itu tengah bergemuruh. "Argh!" Johan akhirnya melangkah menuju ke arah mobilnya yang terparkir. Ia
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 43Wanita paruh baya bercelana kulot dengan baju tunik dengan warna senada melangkah keluar rumah. Ia mendekati seorang tukang ojek yang sejak lima belas menit lalu menunggunya di depan rumah. "Lama banget sih, Bu? Waktu itu sangat berharga loh, Bu," sungut tukang ojek itu saat Bu Susan sudah dekat dengannya. Tangan tukang ojek itu mengulurkan sebuah helm. "Halah, nunggu bentar saja kok gitu amat! Kalau nggak aku pakai, belum tentu juga udah dapat orderan!" Bu Susan tak kalah bersungut-sungut. Tukang ojek itu tak menjawab, hanya suara dengkusan yang keluar darinya. Ia pun bergegas menyerahkan helem kepada penumpangnya. Dan, dengan kasar Bu Susan mengambilnya lalu memakaikan benda itu di kepalanya. Tak menunggu lama untuk kendaraan roda dua itu mulai melaju dan membelah jalan raya. Untuk sampai ke rumah Sang mantan menantu, Bu Susan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan mengendarai sepeda motor. Puluhan menit kemudian kendaraan yang di