SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 15DretDretSuara ponsel yang ada di atas bantal bergetar. Sang pemilik yang tengah memasukkan baju ke dalam almari pun tergopoh-gopoh melangkah. Diraihnya benda pipih itu. Dan begitu dilihatnya nama sang bapak terpampang sebagai pemanggilnya, ia mendesah, namun pada akhirnya ia mengusap layar datar itu ke atas juga. "Halo." Nada suara Mona terdengar begitu ketus. "Besok pulang," titah sang bapak. "Kenapa Bapak nyuruh Mona pulang? Mau minta duit? Kan kemarin udah dikasih sama Mas Johan, Pak. Masa sudah habis?" cetus Mona. "Udah, nggak usah banyak tanya. Pokoknya, besok pulang! Nggak ada tapi-tapian!""Nggak! Mona nggak akan pulang. Bapak tunggu sekali pun Mona nggak akan pulang!" ucap Mona. "Mau kamu ibumu kubunuh, ha?!"Sejenak Mona memejamkan kedua kelopak matanya. Selalu saja seperti itu. Jika ia tak menuruti ucapan sang bapak, ia selalu mengancam keselamatan ibundanya. Bagaimana pun juga, Mona begitu menyayangi sosok wanita yang melahi
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 16"Saya mau pulang. Disuruh sama Bapak pulang." Akhirnya, Mona pun memutuskan untuk menuruti perintah sang Bapak. Sebab, ancaman yang terus dia berikan."Oh, boleh. Kapan?""Besok, Bu.""Ya, pulanglah," ucap Mika."Kalau begitu saya permisi, Bu. Mungkin subuh-subuh saya sudah berangkat, jadi saya tidak bisa masak untuk sarapan.""Gapapa. Biar saya yang masak."Mona mengangguk, setelahnya ia berpamitan lalu melangkah pergi.*******Keesokan hari*****[Sayang, sudah aku transfer ya uang yang kamu minta, 10 juta.]Kening Mika berkerut membaca pesan yang baru saja ia baca, yang dikirim oleh sang suami 15 menit yang lalu. Cepat, Mika pun mengetik pesan balasan. [Kamu dapat uang dari mana, Mas? Bon kantor? Kalau semua gajimu kamu ambil sekarang, lalu bagaimana dengan bulan depan?]Send Pesan balasan terkirim, dan tak menunggu lama langsung dibaca oleh Johan. [Bukan bon kantor. Pakailah untuk bayar pesanan perhiasan kamu. Love you.]Di akhir kalimat ad
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 18"Sekarang tunggulah di luar, aku akan mengemasi pakaianmu dan silakan pergi dari rumah ini." Mika gegas memutar tubuh, dengan sedikit berlari ia menuju ke kamar. Namun, saat kakinya hendak menaiki anak tangga pertama, sang suami tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. "Lepaskan, Mas!" Mika meronta, ia berusaha melepaskan lingkaran tangan lelaki itu di perutnya. "Aku bisa menjelaskan semuanya, ini tidak benar, Sayang." Semakin Mika berusa melepaskan, semakin kuat Johan memeluknya. Mika tak putus asa, ia terus berusaha melepaskan diri dan sang suami. "Lepaskan, jijik aku bersentuhan denganmu!" "Jaga emosimu, Sayang. Jangan seperti ini. Duduklah, kita bisa bicara baik-baik." Mika melemaskan tubuhnya, hingga akhirnya Johan pun turut melepaskan lingkaran tangannya. Lalu, Mika memutar tubuh dan ....Bugh!Satu tinjuan dari Mika kembali menghantam wajah sang suami. Bahkan, kali ini terlihat bercak darah di sudut bibir lelaki itu. Sesekali Joha
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 18"Besok pagi Juragan Jupri akan melamarmu, tidak ada kata penolakan!" Suara Sang Bapak terdengar begitu tegas. Sedikit pun tak memikirkan bagaimana perasaan sang anak. Mona yang sedang memindahkan sepiring nasi, sayur dan lauk seketika terhenti. Perut yang sedari tadi terasa lapar, kini hilang sudah. Tak ada lagi selera makan. Mona meletakkan sendok sayur dengan kasar, lalu ia menoleh ke arah sang bapak yang tengah duduk di kursi yang sedang lahap menyantap menu sarapan paginya."Bapak ini gila apa gimana sih kok bisa-bisanya menjodohkan Mona dengan lelaki tua, beristri empat pula!" Mona berucap dengan bersungut-sungut. Dan ucapan Mona membuat emosi sang bapak seketika meluap. Namun, sang bapak berusaha mengendalikan perasaannya. Ia berusaha bersikap lembut, barangkali dengan cara seperti itu berhasil membuat sang anak luluh lalu menerima keputusannya. Dihelanya napas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan. "Kebahagiaan itu yang terpent
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 19[Kita bertemu di tempat biasa saat jam istirahat.]Send. Pesan yang baru saja dikirim oleh Johan langsung berubah centang dua berwarna biru, pertanda jika seseorang di luar sana langsung membuka pesan yang dikirim oleh lelaki beristri itu. [Mau ngapain? Aku sedang sibuk.][Penting, ada yang ingin aku katakan.] Begitulah balasan pesan dari Johan.Wanita yang ada di sebrang sana pun menghembuskan napas kasar. [Baiklah.] Hanya balasan singkat yang diterima oleh Johan.Jarum jam di dinding terus berputar, hingga tak terasa jam istirahat telah tiba. Johan bergegas merapikan berkas-berkas yang berserakan memenuhi meja kerjanya–menumpuk kertas-kertas itu dengan rapi– lalu memasukkan bolpoin ke dalam wadahnya. Begitu selesai, lelaki itu pun meraih jas yang ia sampirkan di sandaran kursi lalu melangkah menuju pintu. Lelaki itu berjalan dengan tergesa-gesa, melewati koridor kantor yang begitu panjang. Sesekali ia mengangguk, membalas sapaan dari se
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 20Dret DretPonsel yang ada di samping Mika bergetar, ada panggilan masuk. Gegas wanita itu meraih benda pipihnya. Bergegas Mika mengusap layar datar itu ke atas, hingga membuat panggilan dari pemilik toko emas imitasi terhubung setelah dering ketiga. "Halo, selamat siang," sapa Mika begitu ia dekatkan ponsel ke daun telinga. "Halo, Bu Mika. Maaf sudah mengganggu. Hanya ingin mengabarkan jika pesanan ibu sudah jadi." Tanpa sadar kedua sudut bibir Mika tertarik ke atas. "Baiklah, Mbak. Terima kasih infonya ya. Nanti akan ada orang suruhan saya yang mengambil pesanan saya ya, Mbak.""Baik, Bu Mika. Kalau begitu saya tutup teleponnya."Panggilan terputus. Bergegas Mika memesan ojek online yang ditujukan ke alamat rumahnya. Wanita itu berniat untuk meminta sang tukang ojek online untuk mengambil pesanannya. Bukan tanpa sebab, untuk keluar bersama sang anak rasa-rasanya begitu tak memungkinkan. Jadi ia pun memilih untuk menggunakan tukang ojek onl
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 21[Mbak Mika, perkenalkan saya Sisil. Apa kita bisa bertemu?]Sebuah pesan yang baru saja dibaca oleh Mika. Pesan yang masuk sejak 15 menit yang lalu. Sejenak Mika terdiam, berusaha mengingat-ingat siapakah pemilik nama itu. Beberapa menit bergelut dengan pemikiran, Mika tak kunjung menemukan nama itu di ingatannya. Dan Mika memilih mengabaikan pesan yang baru saja ia baca dari nomor yang tak bernama di ponselnya. Dret DretPonsel yang akan diletakkan oleh Mika di atas nakas bergetar, ada panggilan masuk dan nama sang suami terpampang sebagai pemanggilnya. Sejenak Mika terdiam, namun ia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Mas, ada apa?" "Hai, Sayang. Mas hanya mau kasih tau, nanti setelah pulang kerja mau mampir dulu ke rumah sakit, mau cek-up." Mendengar ucapan sang suami membuat kening Mika berkerut, setelahnya ia pun menjawab,"mau cek up? Siapa? Kamu?""Iya. Aku, Sayang. Entah kenapa perut yang terkena tonjokan kamu kemar
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 20"Sayang, enakan gini ajalah. Aku nggak usah balik ya. Aku tinggal di sini saja. Kalau pun kemahalan, ya cari perumahan yang minimalis. Gimana?" tanya Mona yang berbaring di atas ranjang dengan lengan Johan sebagai bantalnya. Jemari lentiknya menari-nari di atas dada sabg kekasih. Mona mendongak, menatap penuh permohonan pada Johan. Mona berharap, jika Johan menyanggupi permintaannya. "Kalau cari perumahan, setidaknya harus ada uang mukanya. 50 juta loh. Sabar ya, ini Mas lagi usaha agar proyek bersama tim berhasil." Mona mendengkus kesal. "Kalau kamu ngontrak, kita nggak bisa ketemu setiap waktu. Bukankah kamu menginginkan setiap hari berjumpa walau hanya sekedar menatap saja?" Mona bangkit dari baringnya. Lantas ia pun mendudukkan tubuhnya dengan tubuh yang masih polos. Sehelai benang pun tak menutupi tubuh polos wanita itu. "Panas tau nggak setiap hari lihat kalian bermesraan, makan bareng, nonton tv bareng," sungut Mona. Pandangannya lu