SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 19[Kita bertemu di tempat biasa saat jam istirahat.]Send. Pesan yang baru saja dikirim oleh Johan langsung berubah centang dua berwarna biru, pertanda jika seseorang di luar sana langsung membuka pesan yang dikirim oleh lelaki beristri itu. [Mau ngapain? Aku sedang sibuk.][Penting, ada yang ingin aku katakan.] Begitulah balasan pesan dari Johan.Wanita yang ada di sebrang sana pun menghembuskan napas kasar. [Baiklah.] Hanya balasan singkat yang diterima oleh Johan.Jarum jam di dinding terus berputar, hingga tak terasa jam istirahat telah tiba. Johan bergegas merapikan berkas-berkas yang berserakan memenuhi meja kerjanya–menumpuk kertas-kertas itu dengan rapi– lalu memasukkan bolpoin ke dalam wadahnya. Begitu selesai, lelaki itu pun meraih jas yang ia sampirkan di sandaran kursi lalu melangkah menuju pintu. Lelaki itu berjalan dengan tergesa-gesa, melewati koridor kantor yang begitu panjang. Sesekali ia mengangguk, membalas sapaan dari se
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 20Dret DretPonsel yang ada di samping Mika bergetar, ada panggilan masuk. Gegas wanita itu meraih benda pipihnya. Bergegas Mika mengusap layar datar itu ke atas, hingga membuat panggilan dari pemilik toko emas imitasi terhubung setelah dering ketiga. "Halo, selamat siang," sapa Mika begitu ia dekatkan ponsel ke daun telinga. "Halo, Bu Mika. Maaf sudah mengganggu. Hanya ingin mengabarkan jika pesanan ibu sudah jadi." Tanpa sadar kedua sudut bibir Mika tertarik ke atas. "Baiklah, Mbak. Terima kasih infonya ya. Nanti akan ada orang suruhan saya yang mengambil pesanan saya ya, Mbak.""Baik, Bu Mika. Kalau begitu saya tutup teleponnya."Panggilan terputus. Bergegas Mika memesan ojek online yang ditujukan ke alamat rumahnya. Wanita itu berniat untuk meminta sang tukang ojek online untuk mengambil pesanannya. Bukan tanpa sebab, untuk keluar bersama sang anak rasa-rasanya begitu tak memungkinkan. Jadi ia pun memilih untuk menggunakan tukang ojek onl
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 21[Mbak Mika, perkenalkan saya Sisil. Apa kita bisa bertemu?]Sebuah pesan yang baru saja dibaca oleh Mika. Pesan yang masuk sejak 15 menit yang lalu. Sejenak Mika terdiam, berusaha mengingat-ingat siapakah pemilik nama itu. Beberapa menit bergelut dengan pemikiran, Mika tak kunjung menemukan nama itu di ingatannya. Dan Mika memilih mengabaikan pesan yang baru saja ia baca dari nomor yang tak bernama di ponselnya. Dret DretPonsel yang akan diletakkan oleh Mika di atas nakas bergetar, ada panggilan masuk dan nama sang suami terpampang sebagai pemanggilnya. Sejenak Mika terdiam, namun ia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Mas, ada apa?" "Hai, Sayang. Mas hanya mau kasih tau, nanti setelah pulang kerja mau mampir dulu ke rumah sakit, mau cek-up." Mendengar ucapan sang suami membuat kening Mika berkerut, setelahnya ia pun menjawab,"mau cek up? Siapa? Kamu?""Iya. Aku, Sayang. Entah kenapa perut yang terkena tonjokan kamu kemar
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 20"Sayang, enakan gini ajalah. Aku nggak usah balik ya. Aku tinggal di sini saja. Kalau pun kemahalan, ya cari perumahan yang minimalis. Gimana?" tanya Mona yang berbaring di atas ranjang dengan lengan Johan sebagai bantalnya. Jemari lentiknya menari-nari di atas dada sabg kekasih. Mona mendongak, menatap penuh permohonan pada Johan. Mona berharap, jika Johan menyanggupi permintaannya. "Kalau cari perumahan, setidaknya harus ada uang mukanya. 50 juta loh. Sabar ya, ini Mas lagi usaha agar proyek bersama tim berhasil." Mona mendengkus kesal. "Kalau kamu ngontrak, kita nggak bisa ketemu setiap waktu. Bukankah kamu menginginkan setiap hari berjumpa walau hanya sekedar menatap saja?" Mona bangkit dari baringnya. Lantas ia pun mendudukkan tubuhnya dengan tubuh yang masih polos. Sehelai benang pun tak menutupi tubuh polos wanita itu. "Panas tau nggak setiap hari lihat kalian bermesraan, makan bareng, nonton tv bareng," sungut Mona. Pandangannya lu
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 23Johan mengehentikan kendaraannya dengan asal. Ia tak memasukkan ke dalam garasi, namun ia berhenti di teras tepat di depan pintu rumah. Ia bergerak keluar dari mobil lalu tergesa-gesa lelaki itu melangkah. Tok!Tok!Johan mengetuk pintu beberapa kali dengan kepala yang celingukan–menatap ke segala penjuru untuk mencari seseorang yang sedari tadi mengganggu sang istri. Namun, pandangan Johan berhenti pada sebuah amplop coklat yang ada di bawah jendela. Seketika saja perasaan lelaki itu menjadi tak enak. Bergegas Johan mengambilnya dan membuka perekat benda tipis itu. "Apa-apaan ini?!" pekik Johan dengan kedua bola mata yang membelalak saat melihat lembaran foto dirinya dengan Mona tercetak pada kertas yang saat ini ada di tangannya. Johan meremasnya, lalu pikirannya bekerja–mengira-ngira siapakah dalang yang akhir-akhir ini telah mengganggu ketenangannya. Lelaki itu terlalu menyelami pemikirannya, hingga tanpa sadar sang istri telah berdir
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 24DretDretJohan terkejut saat ponsel yang ia letakkan di bawah bantal bergetar. Mata yang baru saja terpejam, kini terbuka seketika. Johan mendengkus, lalu lelaki itu pun merogoh benda pipih. Hingga nama Mona tertangkap di kedua iris hitam Johan sebagai pemanggilnya. Sejenak ia menatap ke arah sang istri, begitu memastikan Mika tertidur, perlahan lelaki itu beringsut dari ranjang lalu melangkah dengan mengendap-endap keluar dari kamar. Sebelum Johan menutup kembali pintu kamar, ia menyempatkan diri untuk menoleh. Memastikan jika sang istri masih di tempatnya semula. "Halo, ada apa malam-malam telepon?" tanya Johan begitu ia rasa jaraknya jauh dari kamar. "Mas, ini gimana sih kok istrimu minta aku segera balik." Johan mendengkus. "Mika takut di rumah sendirian, soalnya semalam ada yang gedor-gedor pintu." "Halah! Itu sih alasan dia saja. Bilang aja nggak becus urus rumah. Memang dasar istrimu itu pemalas!" Johan melangkah semakin menjauh
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 25Tok!Tok!Tok!"Bu Mika, saya mau mengantarkan minumannya." Suara Mona terdengar di depan pintu. Mika yang tengah duduk di tepi ranjang bergegas berdiri lalu melangkah menuju ke arah pintu kamar. Begitu sampai, Mika membuka pintu lalu menerima dua minuman milik sang suami dan juga dirinya. Sebenarnya, Mika berniat untuk memberikan obat perangsang ke minuman Mona dan Johan. Namun Mika mengurungkan niatnya, sebab tanpa diberikan obat tersebut mereka pun malam ini telah merencanakan pergulatan di atas ranjang. "Terima kasih, Mon." "Sama-sama, Bu." Seulas senyum terbit di bibir Mona, setelahnya Mona berlalu pergi seiring pintu yang mulai tertutup. "Minum, Mas." Mika meletakkan secangkir kopi di nakas yang ada di samping suami. "Makasih, Sayang." Mika mengangguk. Johan pun bergegas meraih secangkir kopi lalu menyesapnya secara perlahan. "Kok nggak lang–"DretDretUcapan Johan terhenti saat tiba-tiba ponsel bergetar, dan nama sang ibu terpa
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 26"Dobrak saja, Pak.""Baik, Bu." Salah seorang satpam komplek mulai mengambil ancang-ancang. Hingga ...."Tunggu, Pak!"Tendangan yang hampir melayang menjadi tertunda. Lelaki berpakaian khas seorang security menoleh lalu berkata,"ada apa lagi, Bu?" "Bentar, saya rekam dulu. Biar nanti viral!""Bagus, Bu! Aku sampai nggak kepikiran." "Udah, Bu Mika tenang saja. Pelakor dan pecundang itu nggak cukup digerebek saja, tapi harus ada sangsi sosial, biar jera!" Mika mengangguk, sedangkan seorang wanita bergamis coklat itu pun mengutak-atik layar ponsel. "Siap, Pak. Ayo tendang!" seru seseibu setengah berbisik dengan kamera ponsel yang mengarah ke depan. "Buruan, Pak. Keburu selesai itu main kuda-kudaannya.""Bismillah." Lelaki itu kembali mengambil ancang-ancang, hingga akhirnya ....Brak!Hanya satu kali tendangan, pintu seketika terbuka. Suara rintihan kenikmatan itu kini tak terdengar lagi. Mereka serempak menoleh ke arah sumber suara. Gegas