Share

Bab 92

Penulis: Fahira Khanza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-04 05:52:34

"Hemmm, menarik juga Dirga ini. Sudah tampan, baik, royal, dan pastinya kaya. Boleh dong aku mengharapkannya," batin Nora sembari kedua sudut bibir itu ia tarik ke atas.

"Boleh aku duduk bersamamu?"

"Oh, tentu boleh. Silahkan, silahkan," ucap Nora mempersilahkan sosok lelaki yang baru ia kenal beberapa detik yang lalu.

"Terima kasih, cantik ...." Ucapan Dirga tentu saja membuat lawan jenis yang ada di depannya itu mengulum senyum. Dirga pun mendaratkan tubuhnya tepat di depan Nora. Hanya ada meja yang berukuran sedang lah yang menjadi jarak di antara mereka.

Sejenak terjadi keheningan di antara mereka. Hingga akhirnya Dirga kembali mengeluarkan kalimat yang mampu memecah keheningan tersebut.

"Kenapa makanannya dianggurin? Kamu nggak suka? Aku pesankan lagi ya?"

Tangan Dira terangkat, sebagai tanda jika ia memanggil sang pelayan. Akan tetapi, ucapan Nora membuatnya mengurungkan niat saat ingin memanggil sang pelayan dengan bibirnya.

"Nggak usah! Nggak usah! Ini aja. Aku suka kok,"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 93

    "Jujur ... aku tuh heran pada perempuan-perempuan yang memiliki gelar seorang istri yang sama sekali tak bisa merawat diri. Apalagi memiliki suami sepertimu. Padahal nih, di luar sana banyaaaakk sekali perempuan yang mampu memanjakan mata suaminya. Apa mereka tak ingin terlihat cantik dan paripurna di hadapan sang suami agar tidak bermain wanita di belakangnya?" Dirga yang mendengar kata demi kata hingga terangkai menjadi suatu kalimat itu pun hanya menganggukkan kepalanya. Membenarkan apa yang dikatakan oleh Nora. Entah yang dikatakannya tadi memang benar faktanya atau tidak, hanya Dirga lah yang mengetahuinya. "Ya, kamu benar. Aku setuju dengan pendapat kamu. Andai istriku memiliki cara berpikir seperti kamu, mungkin aku sangat bahagia dan merasa beruntung sekali. Jika istriku terlihat begitu membosankan dan tak menarik, salahkah jika aku mencari kesenangan di luar sana?" ucap Dirga memasang wajah sesedih mungkin. Andai saat ini Dirga berucap dengan orang normal, tentu ucapannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 94

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 94Seperti malam ini misalnya, David dan Nora tidur dengan saling memunggungi. Bedanya, David dengan dengkuran halus yang keluar dari mulutnya, sedangkan Nora masih terjaga dengan ponsel yang ada di tangannya.***Nora mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menggeliat saat merasakan tubuh bagian sensitifnya terasa geli. "Eumh." Nora melenguh saat sentuhan itu semakin kentara. Matanya pun membuka sempurna meski sejatinya ia masih terasa sangat mengantuk. Nora mengangkat sedikit kepalanya dan melihat apakah gerangan yang membuatnya merasakan geli. Ternyata itu adalah ulah dari David. Nora menghembuskan sedikit napas lantaran merasa tidurnya terganggu akibat ulah David. Padahal ia merasa baru saja memejamkan matanya. Sejatinya Nora pun menginginkannya secara Nora juga wanita dewasa dan pernah merasakan nikmatnya surga dunia. Namun, dia sudah terlanjur ada janji dengan Dirga untuk ketemuan di sebuah hotel di kota mereka. Untuk apa lagi? Tentu saja untuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 95

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 95"Hah, Mas Dirga Sayang, i'm coming. Aku sudah enggak sabar kamu ajak refreshing. Secara sudah lama aku enggak shopping. Ah, nanti aku mau minta Mas Dirga belanjain aku tas, sepatu, baju juga make up. Hihihi beginilah nikmatnya jadi orang cantik di mana-mana pastj menjadi primadona," ucap Nora dengan kedua sudut bibirnya yang tidak berhenti tersenyum. ***Nora sudah siap dengan dandanannya yang paripurna. Baju dengan belahan dada rendah, bahu terekspos. Serta rok yang hanya sebatas paha saja sehingga membuat pahanya yang putih mulus terekspose secara jelas. Hanya bedanya kini ia tidak lagi berani memakai baju model crop sebab perutnya yang kian hari kian membuncit meski masih belum terlalu kentara tapi menurut Nora itu pun sudah terlihat gendut. Tak lupa ia mempoles wajahnya dengan make up tipis dan lipstik pink nude sehingga membuat kesan bibirnya lebih fresh. "Sempurna, hemmm memanglah kalau dasarnya mah sudah cantik mau diapain juga pasti teta

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 96

    Dengan degup jantung yang serasa tak beraturan, Raya menunggu kedatangan Ravi. Ya, lelaki itu akan menemui kedua orang tua Raya untuk mengutarakan niat baiknya, yaitu meminang Raya untuk dijadikan seorang istri.Raya yang sedang menunggu kedatangan Ravi punlangsung bangkit dari sofa saat mendengar suara bel yang terpasang di samping daun pintu itu berbunyi. Raya begitu yakin jika seseorang itu adalah orang yang telah ditunggu-tunggu kedatangannya.Bergegas Raya melangkah menuju ke arah pintu. Diraihnya gagang pintu lalu Raya membuka pintu tersebut hanya sebatas bahu, dan benar saja Ravi sudah berada di hadapannya saat ini. Tak ketinggalan ada gadis kecil yang menemani Ravi. Memang begitulah permintaan Raya, jika Ravi ingin menemui kedua orang tuanya, ia harus turut serta membawa Cahaya untuk mendampinginya. Gadis kecil itu terlihat begitu cantik, tubuh mungilnya berbalut gaun berwarna pink Soft dengan rambut lurus sebatas bahu yang dikuncir dua.Raya pun membuka pintu lebih leb

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 97

    Guntur pun berdehem hingga membuat situasi malam ini terasa begitu mencekam. "Om mengerti soal niat baik kamu. Dan Om lihat pun sepertinya Raya juga bisa menerima kamu," ucap Guntur yang mampu membuat jantung Raya semakin berdegup lebih kencang. "Kedekatan kalian sepertinya juga belum terlalu lama. Ya ... meskipun Om tahu jika kalian sudah saling kenal sejak masih sekolah dulu. Tapi, bukankah itu terlalu cepat untuk melangkah ke jenjang pernikahan?" ucap Guntur yang seketika membuat perasaan Raya merasa tak enak. Sedangkan Ravi menganggukkan kepalanya, pertanda ia mengerti apa yang dikatakan oleh Guntur. Ravi tahu, bagaimana jalan pemikiran sosok lelaki yang menyandang gelar seorang ayah dari perempuan yang ia cintai. Sejatinya, Ravi juga seorang Ayah, ia pun juga menginginkan hal yang terbaik untuk sang anak. "Om harap kamu mengerti bagaimana maksud dari ucapan Om ini. Om tidak menolak niat baik kamu, tapi juga belum bisa menerimanya. Belum, ya. Bukan menolak. Alangkah baiknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 98

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 98Desas-desus mulai terdengar, bahkan semua pasang mata menatap Raya dengan begitu sinis. Tak sedikit orang langsung melontarkan kata hinaan untuk Raya yang sebenarnya hanyalah korban fitnah murahan."Enam bulan! Enam bulan dia menjadi duri dalam rumah tanggaku hingga akhirnya aku dan mantan suamiku ini bercerai! Lihat kan kalian bagaimana wajahnya yang sok polos dan lugu ini? Benar-benar tidak tahu malu! Dasar jalang!" Raya hanya memutar bola mata malas. Sesungguhnya dia benar-benar malas meladeni perempuan mulut berbisa seperti Novita. Raya mengalihkan pandangannya pada Ravi seolah-olah ia meminta Ravi bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat oleh mantan istri sialannya itu. Ravi yang mengerti akan arti tatapan sang pujaan hati pun lantas merangsek maju semakin mendekati di mana Novita berdiri yang bergandengan tangan dengan seorang pria yang tak lain adalah kekasih dari Novita. Padahal Novita dan pria itu susah menjalin hubungan cukup la

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 99

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 99"Daripada aku harus balikan sama perempuan itu lebih baik aku menjomblo seumur hidup!" jawab Ravi dengan raut wajah terlihat kesal. Akhirnya para pengunjung mall yang tadinya berkerumun pun satu persatu membubarkan dirinya masing-masing. ***TokTokTok"Ya masuk!" ucap Kevin saat pintu ruanganya terdengar diketuk. Terdebgar suara heels sepatu beradu drngan keramik lantai kantor itu. Kevin menatap ke arah siapa yang berjalan mendekat ke arahnya. Sekilas matanya terpukau dengan kecantikan wanita berhijab yang kini ada di hadaoannha. "Pak Kevin maaf ini saya mau serahkan laporan," ucap si wanita yang tak lain dan tidak bukan bernama Sintia itu pada Kevin. Kevin tersentak sedikit karena tadi sempat melamun. Yah, melamun karena terkesiap melihat kecantikan wanita solehah itu. Wanita yang selalu menundukkan pandangannya saat bertemu dengan lawan jenisnya. Wanita yang selalu membuat Kevin terkagum. Mungkin kalian heran bukan pada Kevin karena sebelu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 100

    "Huh dasar perempuan sinting! Dia kira aku sudi apa memperebutkan pria itu sama dirinya? Dasar gila!" sungut Sintia sembari berjalan keluar dari toilet karyawan.Sintia yang sebelumnya ingin pergi ke kantin pun seketika mengurungkan niatnya. Rasa lapar yang tadi sempat terasa, kini telah lenyap dengan seketika. Sintya menghembuskan napas berat, berusaha kembali menormalkan suasana hatinya. Ia pun melangkah keluar dan saat ia melangkah, Sintia pun melewati beberapa karyawan yang saat ini ada di sana. Kemungkinan besar beberapa orang tadi melihat sedikit pertengkaran yang terjadi. Sintia pun bersikap seperti biasanya. Menyapa dengan anggukan dan seulas senyum.Di sepanjang perjalanan, perempuan itu tak habis pikir dengan sikap Amanda yang asal tembak saja. Bahkan, dia siap bertengkar hanya untuk merebutkan seorang lelaki. Berbanding terbalik dengan diri Sintia. Bertengkar dan berselisih dengan sesama perempuan hanya untuk memperebutkan sosok lelaki, itu adalah suatu hal yang sangat

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08

Bab terbaru

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 308. Ending

    Beberapa bulan kemudianSuara tangisan bayi itu menggema memenuhi ruangan kamar bersalin. Raya meraup udara dalam-dalam, napasnya tersengal-sengal setelah melakukan proses melahirkan secara normal. Ravi yang saat ini berada di samping Raya, menangis tersedu-sedu kala sang istri berhasil melahirkan keturunannya. Bahkan, kali ini Ravi sedang merengkuh kepala sang istri. Air mata mengalir dengan begitu derasnya di kedua manik mata sepasang suami istri itu. "Selamat ya, Bu Raya dan Pak Ravi, bayinya berjenis kelamin laki-laki." Ravi melepaskan rengkuhan pada sang istri, sejenak mereka saling berpandangan. Terpancar suatu kebahagiaan dengan jelas pada wajah Raya dan juga Ravi. "Terima kasih, Sayang ...." Ravi mengelus pucuk kepala sang istri. Tenang Raya yang sepenuhnya belum pulih itu hanya merespon Ravi dengan anggukan kepala. Seorang dokter yang menggendong bayi mungil itu mendekat ke arah keduanya. "Lihatlah, bayinya sangat tampan." Sang dokter menunjukkan wajah bayi mungil itu.

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 307

    Bab 307Nora tersentak saat menyadari ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Ia berusaha meronta-ronta, dan meminta untuk dilepaskan. "Lepas! Lepas, nggak!" Nora berteriak keras tatkala menyadari kalau tubuhnya ditarik oleh seseorang.Mata wanita itu membola saat membalikkan wajahnya untuk melihat siapa yang melakukannya itu. Ia terbelalak, dan seketika rasa panik menggelayuti hatinya. Dia melihat ada delapan orang pria yang sudah mengerubunginya. Bau alkohol yang sangat menyengat langsung terhidu di hidungnya. Ya, orang-orang itu sedang mabuk rupanya. Dan, saat ini Nora adalah mangsa empuk dan lezat bagi mereka.Nora tak bisa membayangkan kalau malam ini dia akan menjadi pemuas nafsu bagi para lelaki mabuk itu. Ia tak pernah membayangkan akan digangbang masal oleh mereka."Pergi! Pergi kalian dari sini!" Nora berteriak setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya. Namun, teriakannya itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka. Mereka hanya tertawa saja menanggapi teriakan Nora ya

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 306

    Bab 306Bryan melangkahkan kaki memasuki beranda rumahnya. Lelaki itu meletakkan kunci mobilnya pada meja hias yang terletak di bawah televisi kemudian melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.Kepalanya melihat ke arah lorong yang berjejer pintu-pintu kamar. “Nora,” panggilnya karena ingin segera melihat wajah wanita itu, lelaki itu merasa bosan seharian di luar dan dirinya ingin mendapat pelayanan dari Nora malam ini.Tak ada sahutan saat Bryan memanggil nama wanita itu. “Nora?” panggil Bryan lagi sambil berjalan menuju kamar wanita itu. “Nora? Kenapa dia tidak menjawab?” herannya mengetuk pintu kamar.Tok tok tok …Bryan mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil-manggil nama wanita pemuas nafsunya itu. Karena lelaki itu tak kunjung mendapatkan sahutan, Bryan pun akhirnya membuka pintu kamar itu dengan paksa.Ketika pintu dibuka, Bryan mendapati ruangan kamar yang kosong tak ada orang. Barang-barang Nora tampak berceceran dan satu hal yang membuat kening Bryan mengkerut. “Pa

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 305

    "Tetapi sebelum itu, mungkin aku harus membersihkan diri dulu," gumam Nora saat menyadari tubuhnya sudah terasa begitu lengket. Tak ingin semakin membuang waktu, wanita itu pun segera mengambil handuknya yang masih tergantung di balik pintu kamar untuk kemudian melenggang memasuki kamar mandi.Sejenak Nora mengeluarkan senandungnya. Lalu, netra wanita itu tampak berkaca menanti kebebasan yang mungkin sebentar lagi akan dia rasakan."Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Aku benar-benar menyesal karena telah menghabiskan waktu dengan hal penuh dosa ini. Ya Tuhan, masih berkenan kah Engkau memberikan maaf padaku?" gumam Nora yang kini tengah berdiri tepat di bawah guyuran air showernya. Nora benar-benar tak sabar untuk memulai hidup baru yang akan dia isi dengan banyak hal-hal positif.Selesai melakukan ritual mandinya, Nora pun segera bergegas menuju ranjang tidur kemudian pakaian bersihnya untuk kemudian dia kenakan. Nora menatap ke arah kamarnya sesaat. Ruang berukuran sedang ini

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 304

    Nora tidak sadrakan diri karena apa yang di lakukan Bryan kepadanya. Karena di tidak tahan dengan perlakuan Bryan yang membabi buta kepada Nora, membuat wanita itu berontak, akibatnya kepalanya terbentung kepala ranjang.Bryan langsung meninggalkan Nora begitu saja dan menyuruh anak buahnya untuk memanggilkan tenaga medis untuk menangani Nora. Sedangkan Bryan sendiri pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya kepada Nora, lelaki itu merasa fresh dan siap menjalankan aktivitasnya.Sebenarnya Bryan juga sedikit heran dengan dirinya sendiri, entah sejak kapan dia sangat menikmati rasa sakit Nora, apalagi ketika gadis itu berteriak-teriak meminta berhenti dan menyudari permainan mereka, Bryan malah merasa terpacu dan tidak ingin berhenti. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa.Keesokan harinya Nora siuman dalam keadaan tidak bisa berjalan, dia juga merasa tenaganya habis terkuras serasa habis berlari ratusan kilometer.“Aku di mana? Apa yang terjadi padaku?” batin Nora sem

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 303

    Malam ini, Nora tampil cantik dengan pakaian ketat dan belahan dada rendah. Dia menggunakan lipstik merah merona yang melapisi bibirnya, kalung cantik yang berkilauan, dan sepatu hak tinggi kulit hitam yang membuat kakinya terlihat berjenjang luar biasa.Rambutnya yang gelap dan tebal jatuh hingga ke tengah punggungnya. Sebatang rokok tergantung bebas dari antara bibirnya, sementara dia berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok. Ketika Nora melangkah memenuhi panggilan Brian, pinggulnya bergoyang sangat menawan.Sang Germo itu memandangnya seolah Nora berjalan dalam gerakan lambat. Nora memanglah sangat cantik dan tidak ada yang akan tahu tentang fakta bahwa dia adalah seorang wanita penghibur yang sebenarnya, jika mereka tidak melihatnya di tempat prostitusi.Seorang pelanggan dengan ekspresi wajah terlalu sumringah datang."Selamat malam, Pak?" sapa Brian tak kalah cerianya.Tentu saja dia menyambut dengan ramah sosok pria yang sudah pasti akan menyumbangkan pundi-pundi yang cukup

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 302

    Bab 302“Please, berhenti, Bryan.” Nora ngos-ngosan dan kesulitan mengambil napas karena sejak tadi Bryan meneruskan ritme goyangan pinggulnya hingga keperkasaan lelaki itu menusuk masuk ke dalam milik sang wanita.“Diamlah! Nikmati saja!” desah Bryan yang kian mempercepat temponya. Lelaki yang posisinya berada di atas itu menopang tubuhnya dengan kedua lengan kekar yang ada di kedua sisi bahu Nora. Bryan menatap wajah Nora dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.“T-tapi, ini sudah ronde … ah entahlah, entah ronde keberapa dalam hari ini!” jerit Nora meremas bantal yang mengalasi kepalanya. Dia memicingkan mata menahan rasa perih yang mulai menjalar pada bagian miliknya. Barangkali miliknya akan lecet setelah pergerumulan ini.“Sudah aku bilang! Aku masih belum puas dan ingin terus kau puaskan,” tukas Bryan dengan nada baritonnya. Suaranya yang berat membuat Nora terpaksa menyerah dan membiarkan tubuhnya terus terlentang dengan Bryan yang mendominasinya.Sudah sejak tiga jam lalu

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 301

    Bab 301“Iya, cuih!” Mira melepeh makanan yang dibuat Amanda setelah sang ibu memaki masakan wanita itu. Dia mengambil tisu dan mengelap sisa makanan di mulutnya.Mira juga mendorong piringnya agar menjauhi pandanganya hingga membuat perasaan Amanda sangat tersakiti dibuatnya.“Maaf, Kak, Mama.” Amanda menunduk masih dengan mengenakan celemek dapur yang melilit pingganya. Dia terduduk di bangku meja makan dan tak mampu mengangkat wajahnya sama sekali.Sang ibu juga jadi tidak selera makan. Sejujurnya dia kesal bukan perkara masakan yang dibuat Amanda, namun omongan tetangga yang tadi dia dengar ketika arisan di rumah salah satu keluarga kaya.“Ibu benar-benar tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi kamu, Amanda,” ujar sang Ibu menghela napasnya dengan kasar. Dia memukul-mukul dadanya yang terasa seksak. “Kamu bisanya bikin ibu menderita saja!”Air mata Amanda kembali berlinang. Terserah bila kakak-kakaknya terdengar begitu membencinya, tapi kini ibunya juga ikut kecewa padanya dan m

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 300

    Amanda memasang wajah sedihnya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Tak punya tempat tinggal dan harta. Sama sekali tak pernah terbesit di pikiran jika pada akhirnya nasib yang dia alami akan sesial ini.Amanda menatap kedua saudaranya secara bergantian. Hal itu justru membuat Rudi dan Mira merasa semakin muak. "Ada apa lagi? Mau bicara apa lagi? Masih mau mengelak dan mengatakan kalau semua ini adalah milikmu? Iya!" sentak Mira seolah tak ingin memberikan kesempatan bagi Amanda untuk bicara.Dulu dia sangat menyukai adiknya ini, bagaimana pun Amanda adalah mesin uang yang mudah dimanfaatkan. Amanda selalu siap sedia kala saudaranya membutuhkan pinjaman. Bahkan Amanda tak segan memberikan uang secara cuma-cuma untuk sanak saudaranya yang kekurangan.Namun nyatanya semua kebaikan Amanda itu tak membuat kedua kakaknya merasa harus berbalas budi dan bersikap baik pada Amanda yang sekarang sepertinya telah jatuh miskin. Justru mereka merasa muak dan tak sudi berbaur de

DMCA.com Protection Status