Share

Bab 53

Author: Fahira Khanza
last update Last Updated: 2022-06-12 15:25:00

"Bunda! Aku kangen sama Bunda! Bunda janji jangan tinggalin aku lagi ya," pekik Cahaya sembari menghambur ke dalam pelukan Raya.

Aku pun membalas pelukan dari gadis kecil itu. Mengusap punggungnya lalu mencium pucuk kepalanya saat pelukan tangan mungil itu semakin terasa mengerat.

Ada yang bergetar di dalam sini saat ada seseorang memanggilku dengan sebutan Bunda. Apalagi pelukan dari sepasang tangan mungil itu menambah getaran menjadi luar biasa terasanya. Entah kali ini aku harus bersedih atau bersyukur karena dari pernikahanku Tuhan belum menitipkan Amanah-Nya.

Sekarang aku percaya, rencana Tuhan itu pastilah yang terbaik. Andai kata dari pernikahanku dengan Mas David sudah diberikan momongan, aku akan berpikir seribu kali untuk berpisah dengan lelaki itu. Dengan belum adanya momongan, tidak begitu rumit untuk menimbang-nimbang keputusan apa yang kuambil.

Aku menghela napas dalam-dalam.

Aku menatap Ravi, terlihat lelaki itu menatapku dengan tatapan yang begitu sayu.

Ravi pun men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Norahma
diulang babnya ya tor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 54

    Aku pun memindahkan tubuh mungil itu ke pangkuan sang ayah. Sejenak tubuh bergaun merah maroon itu menggeliat lalu tenang kembali. "Aku pamit dulu ya. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya dan maaf untuk kejadian hari ini." "Iya. Sama-sama." Ravi pun bangkit dari tempat duduknya. Baru saja beranjak– belum sampai ia melangkah– tiba-tiba suara jeritan itu terdengar. "Bunda! Bunda!" Tubuh mungil itu merosot dari gendongan sang Ayah. "Kita pulang ya, Sayang." Ravi membujuk sang putri saat tubuh putrinya itu meronta dan sepertinya ingin kembali ke pangkuanku. "Iya, Ayah. Tapi kita pulang sama Bunda." "Lepas, Ayah!" Cahaya pun terus menepis kedua tangan Ravi, lalu ia pun melangkah ke arahku. "Bunda ayo pulang bareng Ayah." ****Pov Arita**Setelah kepulanganku dari kantor polisi, aku pun berjalan menyusuri jalanan beraspal hitam ini. Bayangan wajah penuh kekecewaan dan kemarahan anak lelaki kesayanganku itu terus berkelebatan di pelupuk mataku yang mengiringi langkah kakiku.

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 55

    Kali ini aku hanya meletakkan barang-barang pribadiku di dalam kontrakan, lantas aku pun pergi ke konter dengan menaiki ojek yang sama. Ada sedikit rasa lega saat menerima uang penjualan ponselku, setidaknya kebutuhanku akan tercukupi meskipun aku harus melepaskan benda penting yang sebenarnya tak bisa lepas dari tanganku. Ponsel.Aku mendaratkan tubuhku di atas karpet tipis yang kubeli dengan harga tiga puluh ribuan di pasar. Sangat keras tidak seempuk sofa milikku dulu sebelum diambil Nania sialan itu. Ah, mengingat itu semua hatiku jadi sakit, hidupku jadi begini gara-gara si Nania sama Raya. Menyesal sekali rasanya dulu aku menuruti keinginan David yang konyol. Seandainya saja aku tidak mengijinkan David melakukan itu dengan NoraSeandainya saja aku tidak menikahkan Nora dengan KevinSeandainya saja aku dapat berpikir panjang kalau inilah resiko yang harus aku tanggung akibat perbuatan mereka. Pastilah aku tidak akan menderita seperti sekarang ini. Bahkan, hidupku jauh lebih ba

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 56

    "Ya mana tau aja nanti habis cerai langsung nikah lagi eh gak taunya sebulan kemudian langsung isi. Kan siapa yang tahu," jawab mama di telingaku juga. Duh ingin sekali rasanya aku mencubit ginjal nenek tua in kalau dia bukan mamaku, ups. Dasar memang aku si anak durhaka. Maafkan aku wahai nenek kebayan. Nah lho, kok jadi nenek kebayan, hihihi maaf karena aku ingatnya si upin ipin ini kalau nenek kebayan suka sama anak kecil. "Ekhem, hem, khem eeekhem." Baru saja aku akan membalas ucapan mama, Ravi berdehem. Aku sontak menoleh ke arah Ravi dengan mengerutkan dahi. "Kamu kenapa? Keselek biji toge?" "Ah bukan, ini keselek biji terong." Hampir saja aku tergelak kalau tidak mengingat aku harus menjaga keanggunan dan keeleganan diriku di depan Ravi. Aku tidak mau memperlihatkan kebarbaranku sehingga membuat Ravi akan memanggilky dengan panggilan lain yang lebih menggelikan dari aya-aya wae seperti yang biasa ia sematkan padaku. "Yaudah sana, udah sore juga. Mama langsung balik. Tapi

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 57

    Akan tetapi, tiba-tiba saja sebuah suara membuatku ingin menghilang dari muka bumi ini karena teramat malu. Wajahku memanas, mungkin kalau dikasih termometer sudah mencapai angka 90° celcius. "Dipuas-puasin dulu memandangiku. Karena sangat langka kan melihat aku tersenyum seperti tadi? Tapi kalau khusus kamu aku mau kok berikan sejuta senyuman untukmu." Air mana air, tolong Tuhan, ingin sekali rasanya aku enyah dari muka bumi ini sekarang juga. "Apaan sih, kepedean sekali anda ini tuan Ravi yang terhormat. Sejak kapan anda menjadi tampan?" sahutku sedikit ketus. Namun, Ravi justru tersenyum mendengar jawabanku. "Dasar biang es yang aneh," gumamku lirih. "Apa kamu bilang? Biang es? Siapa?" "Ah itu tadi ya tukang es tung-tung lah si biang es. Memangnya siapa lagi? Udah ah kapan jalannya ini dari tadi diam di tempat." Pletak. Aku meringis saat tangan kekar Ravi menyentil keningku. Sontak saja aku melotot sembari berkacak pinggang menatap ke arah Ravi. "Apaan sih! Dikira enggak s

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 58

    Mataku terbelalak melihat sesosok itu. "Ibu?!" Mau apa dia ke rumah mama? Apa mau ngerusuh lagi? Aku harus secepatnya kasih tau mama. Aku mengambil ponselku di dalam tas, kucari nomor ponsel mama dan setelah ketemu aku pun menekan nomor tersebut hingga terdengar bunyi dering dari seberang sana. "Halo, Ray, ada apa?" tanya mama saat telepon baru saja tersambung. "Mama di mana?" tanyaku yang masih duduk di dalam taksi. "Mama di rumahlah, kenapa memangnya?" "Ma, ini Raya ada di depan rumah." "Terus? Ya kan biasanya langsung masuk. Kenapa sih? Kok aneh kamu?" "Itu di depan rumah ada Ibunya Mas David." "Apa!?" pekik mama sampai membuatku harus menjauhkan ponsel dari telingaku karena suaranya cukup membuat telingaku sakit. "Mau ngapain dia ke sini?" tanya mama lagi. "Ya Raya juga gak tahu, Ma. Raya juga baru saja sampai ini baru mau turun eh liat tuh orang berhenti di depan rumah pake ojek kayaknya. Kira-kira mau apa dia ya?" tanyaku balik. "Oh ya, Mama ingat. Mungkin dia mau am

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 59

    "Nih ambil buat biaya pengobatan tuh c*ngormu yang bau!" Mama melempar tiga lembar uang berwarna merah di wajah tante Arita. Mungkin kalau yang tidak tahu permasalahannya akan menilai mama ini adalah orang yang sombong sebab sudah memperlakukan tante Arita seperti itu. Akan tetapi, karena aku tahu masalahnya dan aku tahu seperti apa tante Arita maka aku bilang apa yang mama lakukan adalah wajar. Masih bagus mama masih mau memberi biaya pengobatan untuk bibir tante Arita yang sebenarnya tidak seberapa parah. "Sudah sana! Mau apa lagi di sini! Yang kamu inginkan kan sudah dapat!" sentak mama karena melihat tante Arita yang tak kunjung pergi. "Uang segini mana cukup buat ke rumah sakit Nania?" "Cukup kalau cuma buat beli betadine. Kamu kira aku panti sosial seenaknya kamu mintain duit. Udah bagus aku masih mau kasih! Sudah sana pergi! Muak aku melihatmu lama-lama!" usir mama lagi."Awas kamu Nania! Kalau nanti David sudah keluar akan aku minta dia buat balas perlakuan dan penghinaan

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 60

    Keduanya pun saling berjabat tangan dan ada sebersit rasa kekaguman di hati keduanya tanpa mereka sadari. "Ehm ...." Amanda pun berdehem karena tangannya tak kunjung dilepaskan oleh Kevin. Kevin pun lantas mengerjapkan kedua matanya beberapa kali lalu melepaskan tangan perempuan cantik itu. "Eh, maaf." Dengan gugup Kevin berucap. "Ya sudah, saya pergi dulu," pamit Kevin. "Baik, Mas." Kevin pun lantas melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan Pak Rahmat. Di sepanjang langkah kakinya, bayangan wajah cantik itu terus berkelebatan di pelupuk matanya. Hingga tanpa sadar kedua sudut bibir Kevin tertarik ke atas hingga menciptakan suatu lengkungan sebuah senyuman. Senyuman yang sudah begitu lama sekali tak terlihat pada bibir lelaki itu. Kevin pun lantas memukul-mukul pelan kepalanya saat ia merasa dirinya sedang baik-baik saja. "Ingat, Kevin, Nora saja belum kamu ceraikan, masa kamu sudah memikirkan perempuan lain," gerutu Kevin dengan derap langkah yang semakin dipercepat. Ya,

    Last Updated : 2022-06-13
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 61

    "Begini Mbak Laila, kedatangan saya kemari ingin menawarkan sebidang tanah milik saya," ucap Arita ke pokok permasalahan. "Tanah yang mana, Mbak? Bekas bangunan rumah itu kah?" tanya Laila."Iya, Mbak. Saya ingin menjual tanah itu. Kalau Mbak Laila ingin membelinya, ini ada sertifikatnya." Arita pun lantas membuka tas miliknya lalu mengeluarkan benda berharga itu. Diulurkannya sertifikat itu ke arah Laila yang duduk di seberangnya. Ada perasaan ragu saat Laila ingin menerima sertifikat tersebut. "Mbak Laila tenang saja. Itu murni tanah milik saya. Tak akan ada masalah di kemudian hari," ucap Arita yang seolah-olah tahu akan kegundahan lawan bicaranya. Laila pun lantas menganggukkan kepala lalu menerima sertifikat tersebut. Dibukanya lembaran itu, memastikan siapa pemilik dari sebidang tanah yang berukuran seratus meter tersebut. Setelah dirasa cukup membacanya, Laila pun lantas menutupnya. Pandangannya kembali tertuju pada wajah yang terlihat begitu lelah itu. "Besar harapan sa

    Last Updated : 2022-06-13

Latest chapter

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 308. Ending

    Beberapa bulan kemudianSuara tangisan bayi itu menggema memenuhi ruangan kamar bersalin. Raya meraup udara dalam-dalam, napasnya tersengal-sengal setelah melakukan proses melahirkan secara normal. Ravi yang saat ini berada di samping Raya, menangis tersedu-sedu kala sang istri berhasil melahirkan keturunannya. Bahkan, kali ini Ravi sedang merengkuh kepala sang istri. Air mata mengalir dengan begitu derasnya di kedua manik mata sepasang suami istri itu. "Selamat ya, Bu Raya dan Pak Ravi, bayinya berjenis kelamin laki-laki." Ravi melepaskan rengkuhan pada sang istri, sejenak mereka saling berpandangan. Terpancar suatu kebahagiaan dengan jelas pada wajah Raya dan juga Ravi. "Terima kasih, Sayang ...." Ravi mengelus pucuk kepala sang istri. Tenang Raya yang sepenuhnya belum pulih itu hanya merespon Ravi dengan anggukan kepala. Seorang dokter yang menggendong bayi mungil itu mendekat ke arah keduanya. "Lihatlah, bayinya sangat tampan." Sang dokter menunjukkan wajah bayi mungil itu.

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 307

    Bab 307Nora tersentak saat menyadari ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Ia berusaha meronta-ronta, dan meminta untuk dilepaskan. "Lepas! Lepas, nggak!" Nora berteriak keras tatkala menyadari kalau tubuhnya ditarik oleh seseorang.Mata wanita itu membola saat membalikkan wajahnya untuk melihat siapa yang melakukannya itu. Ia terbelalak, dan seketika rasa panik menggelayuti hatinya. Dia melihat ada delapan orang pria yang sudah mengerubunginya. Bau alkohol yang sangat menyengat langsung terhidu di hidungnya. Ya, orang-orang itu sedang mabuk rupanya. Dan, saat ini Nora adalah mangsa empuk dan lezat bagi mereka.Nora tak bisa membayangkan kalau malam ini dia akan menjadi pemuas nafsu bagi para lelaki mabuk itu. Ia tak pernah membayangkan akan digangbang masal oleh mereka."Pergi! Pergi kalian dari sini!" Nora berteriak setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya. Namun, teriakannya itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka. Mereka hanya tertawa saja menanggapi teriakan Nora ya

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 306

    Bab 306Bryan melangkahkan kaki memasuki beranda rumahnya. Lelaki itu meletakkan kunci mobilnya pada meja hias yang terletak di bawah televisi kemudian melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.Kepalanya melihat ke arah lorong yang berjejer pintu-pintu kamar. “Nora,” panggilnya karena ingin segera melihat wajah wanita itu, lelaki itu merasa bosan seharian di luar dan dirinya ingin mendapat pelayanan dari Nora malam ini.Tak ada sahutan saat Bryan memanggil nama wanita itu. “Nora?” panggil Bryan lagi sambil berjalan menuju kamar wanita itu. “Nora? Kenapa dia tidak menjawab?” herannya mengetuk pintu kamar.Tok tok tok …Bryan mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil-manggil nama wanita pemuas nafsunya itu. Karena lelaki itu tak kunjung mendapatkan sahutan, Bryan pun akhirnya membuka pintu kamar itu dengan paksa.Ketika pintu dibuka, Bryan mendapati ruangan kamar yang kosong tak ada orang. Barang-barang Nora tampak berceceran dan satu hal yang membuat kening Bryan mengkerut. “Pa

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 305

    "Tetapi sebelum itu, mungkin aku harus membersihkan diri dulu," gumam Nora saat menyadari tubuhnya sudah terasa begitu lengket. Tak ingin semakin membuang waktu, wanita itu pun segera mengambil handuknya yang masih tergantung di balik pintu kamar untuk kemudian melenggang memasuki kamar mandi.Sejenak Nora mengeluarkan senandungnya. Lalu, netra wanita itu tampak berkaca menanti kebebasan yang mungkin sebentar lagi akan dia rasakan."Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Aku benar-benar menyesal karena telah menghabiskan waktu dengan hal penuh dosa ini. Ya Tuhan, masih berkenan kah Engkau memberikan maaf padaku?" gumam Nora yang kini tengah berdiri tepat di bawah guyuran air showernya. Nora benar-benar tak sabar untuk memulai hidup baru yang akan dia isi dengan banyak hal-hal positif.Selesai melakukan ritual mandinya, Nora pun segera bergegas menuju ranjang tidur kemudian pakaian bersihnya untuk kemudian dia kenakan. Nora menatap ke arah kamarnya sesaat. Ruang berukuran sedang ini

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 304

    Nora tidak sadrakan diri karena apa yang di lakukan Bryan kepadanya. Karena di tidak tahan dengan perlakuan Bryan yang membabi buta kepada Nora, membuat wanita itu berontak, akibatnya kepalanya terbentung kepala ranjang.Bryan langsung meninggalkan Nora begitu saja dan menyuruh anak buahnya untuk memanggilkan tenaga medis untuk menangani Nora. Sedangkan Bryan sendiri pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya kepada Nora, lelaki itu merasa fresh dan siap menjalankan aktivitasnya.Sebenarnya Bryan juga sedikit heran dengan dirinya sendiri, entah sejak kapan dia sangat menikmati rasa sakit Nora, apalagi ketika gadis itu berteriak-teriak meminta berhenti dan menyudari permainan mereka, Bryan malah merasa terpacu dan tidak ingin berhenti. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa.Keesokan harinya Nora siuman dalam keadaan tidak bisa berjalan, dia juga merasa tenaganya habis terkuras serasa habis berlari ratusan kilometer.“Aku di mana? Apa yang terjadi padaku?” batin Nora sem

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 303

    Malam ini, Nora tampil cantik dengan pakaian ketat dan belahan dada rendah. Dia menggunakan lipstik merah merona yang melapisi bibirnya, kalung cantik yang berkilauan, dan sepatu hak tinggi kulit hitam yang membuat kakinya terlihat berjenjang luar biasa.Rambutnya yang gelap dan tebal jatuh hingga ke tengah punggungnya. Sebatang rokok tergantung bebas dari antara bibirnya, sementara dia berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok. Ketika Nora melangkah memenuhi panggilan Brian, pinggulnya bergoyang sangat menawan.Sang Germo itu memandangnya seolah Nora berjalan dalam gerakan lambat. Nora memanglah sangat cantik dan tidak ada yang akan tahu tentang fakta bahwa dia adalah seorang wanita penghibur yang sebenarnya, jika mereka tidak melihatnya di tempat prostitusi.Seorang pelanggan dengan ekspresi wajah terlalu sumringah datang."Selamat malam, Pak?" sapa Brian tak kalah cerianya.Tentu saja dia menyambut dengan ramah sosok pria yang sudah pasti akan menyumbangkan pundi-pundi yang cukup

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 302

    Bab 302“Please, berhenti, Bryan.” Nora ngos-ngosan dan kesulitan mengambil napas karena sejak tadi Bryan meneruskan ritme goyangan pinggulnya hingga keperkasaan lelaki itu menusuk masuk ke dalam milik sang wanita.“Diamlah! Nikmati saja!” desah Bryan yang kian mempercepat temponya. Lelaki yang posisinya berada di atas itu menopang tubuhnya dengan kedua lengan kekar yang ada di kedua sisi bahu Nora. Bryan menatap wajah Nora dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.“T-tapi, ini sudah ronde … ah entahlah, entah ronde keberapa dalam hari ini!” jerit Nora meremas bantal yang mengalasi kepalanya. Dia memicingkan mata menahan rasa perih yang mulai menjalar pada bagian miliknya. Barangkali miliknya akan lecet setelah pergerumulan ini.“Sudah aku bilang! Aku masih belum puas dan ingin terus kau puaskan,” tukas Bryan dengan nada baritonnya. Suaranya yang berat membuat Nora terpaksa menyerah dan membiarkan tubuhnya terus terlentang dengan Bryan yang mendominasinya.Sudah sejak tiga jam lalu

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 301

    Bab 301“Iya, cuih!” Mira melepeh makanan yang dibuat Amanda setelah sang ibu memaki masakan wanita itu. Dia mengambil tisu dan mengelap sisa makanan di mulutnya.Mira juga mendorong piringnya agar menjauhi pandanganya hingga membuat perasaan Amanda sangat tersakiti dibuatnya.“Maaf, Kak, Mama.” Amanda menunduk masih dengan mengenakan celemek dapur yang melilit pingganya. Dia terduduk di bangku meja makan dan tak mampu mengangkat wajahnya sama sekali.Sang ibu juga jadi tidak selera makan. Sejujurnya dia kesal bukan perkara masakan yang dibuat Amanda, namun omongan tetangga yang tadi dia dengar ketika arisan di rumah salah satu keluarga kaya.“Ibu benar-benar tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi kamu, Amanda,” ujar sang Ibu menghela napasnya dengan kasar. Dia memukul-mukul dadanya yang terasa seksak. “Kamu bisanya bikin ibu menderita saja!”Air mata Amanda kembali berlinang. Terserah bila kakak-kakaknya terdengar begitu membencinya, tapi kini ibunya juga ikut kecewa padanya dan m

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 300

    Amanda memasang wajah sedihnya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Tak punya tempat tinggal dan harta. Sama sekali tak pernah terbesit di pikiran jika pada akhirnya nasib yang dia alami akan sesial ini.Amanda menatap kedua saudaranya secara bergantian. Hal itu justru membuat Rudi dan Mira merasa semakin muak. "Ada apa lagi? Mau bicara apa lagi? Masih mau mengelak dan mengatakan kalau semua ini adalah milikmu? Iya!" sentak Mira seolah tak ingin memberikan kesempatan bagi Amanda untuk bicara.Dulu dia sangat menyukai adiknya ini, bagaimana pun Amanda adalah mesin uang yang mudah dimanfaatkan. Amanda selalu siap sedia kala saudaranya membutuhkan pinjaman. Bahkan Amanda tak segan memberikan uang secara cuma-cuma untuk sanak saudaranya yang kekurangan.Namun nyatanya semua kebaikan Amanda itu tak membuat kedua kakaknya merasa harus berbalas budi dan bersikap baik pada Amanda yang sekarang sepertinya telah jatuh miskin. Justru mereka merasa muak dan tak sudi berbaur de

DMCA.com Protection Status