Bab 292Keesokan harinya, saat jam istirahat kantor tiba. Pak Akbar keluar dari ruangannya dan mencari tempat yang cukup aman untuk menelpon seseorang. Ia menyusuri koridor, dan memastikan tidak ada orang yang akan mendengar suaranya. Pak Akbar membuka sebuah pintu yang merupakan tempat tangga darurat berada."Sepertinya di sini aman!" serunya setengah berbisik, sambil matanya celingukan ke sana dan kemari, untuk memastikan kalau tempat ini aman. Pria itu lantas mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Lalu mencari sebuah nama yang hendak dihubungi siang ini. Demi sebuah rencana busuknya untuk menyingkirkan Kevin. "Nah, akhirnya ketemu!" ucapnya lagi setelah sempat bolak-balik mencari kontaknya. Ternyata namanya sempat nyempil sehingga Pak Akbar hampir saja melewatkannya. Lelaki itu langsung menekan ikon telepon untuk segera melakukan panggilan pada salah satu ketua komplotan preman yang terkenal kejam, dan mau melakukan pekerjaan apa saja.Cukup lama sambungan teleponnya
bab 293Pak Akbar dan Ketua Preman itu kini sudah duduk dan saling hadap berhadapan di meja café yang letaknya terpojok itu. Café ini terlihat cukup sepi, hanya beberapa bangku saja yang terisi, itu pun masing-masing pengunjungnya juga duduk di setiap pojokkan dan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Sehingga bisa dipastikan tidak akan ada yang bisa mendengar percakapan antara Pak Akbar dengan Ketua Preman itu.“Ehem!” Pak Akbar mendehem saat berusaha memilih kata-kata pembukaan untuk menyampaikan niat dan maksudnya kepada ketua preman itu.Sang ketua preman yang melihat gelagat Pak Akbar tentu saja memaklumi. Dia sudah sangat terbiasa mendapati calon klien yang ingin menjelaskan pekerjaan apa yang harus dia dan anak buahnya kerjakan.“Jadi … apa yang Bapak ingin kami lakukan?” tanya sang ketua preman itu langsung to the point. Dia menggosok-gosokkan telapak tangannya ke bagian paha celana jeans sembari menunggu kata-kata yang terlontar dari Pak Akbar/“Jadi begini ….” Pak Akba
Waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi, tapi Sintiya sudah terbangun tidurnya dan tidak bisa memejamkan matanya kembali. Entah kenapa tiba-tiba hatinya tidak enak.“Aku ini kenapa sih? Kenapa tiba-tiba hatiku tidak enak begini,” batin Sintiya.Dia melihat ke samping, terlihat wajah suaminya masih terlelap dalam damai, cukup lama dia memandangi wajah Kevin lalu mengeluskan dengan sayang.Karena belaian Sintiya, Kevin akhirnya terbangun tapi dia masih belum bisa membuka matanya, sehingga dia hanya menangkap tangan Sintinya.“Pukul berapa sayang?” tanya Kevin dengan suara serak tetap dengan mata terpejam.“Masih jam 4 mas, masih terlalu pagi untuk bangun, mas tidur saja kembali,” jawab Sintiya.“Terus kenapa kamu sudah bangun?” tanya Kevin kemudian memicingkan satu matanya untuk melihat keberadaan Sintiya. Lelaki itu kemudian melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.“Aku tidak bisa tidur, entah kenapa hatiku tidak enak,” jawab Sintinya.“Hmm mungkin kamu terlalu capek sayang, yuk tidur
Kevin yang mendengar ancaman dari Pak Akbar bukannya takut malah terkekeh riang. Dia seperti mendapatkan hiburan pagi karena ucapan dari pria itu."Kenapa kamu malah tertawa? Aku serius dengan peringatan yang aku ucapkan barusan. Tidak seharusnya kamu bisa menanggapi dengan tawa hina seperti itu. Dengar ya, bagiku sangatlah mudah untuk melenyapkan nyawa orang seperti dirimu." Pak Akbar kembali memberikan penekanan. Namun, bukannya merasa takut, Kevin malah tampak tak terpengaruh dengan ucapan pria paruh baya di depannya itu."Saya mendengar ancaman yang Anda ucapkan, Pak Akbar. Dan terima kasih karena Anda sudah memberikan peringatan untuk saya berhati-hati. Tetapi perlu Anda tahu bahwa saya tidak akan gentar dengan ancaman-ancaman murahan seperti ini." Kevin tersenyum sinis. Dia begitu malas menanggapi ocehan Pak Akbar dengan begitu serius.Sementara itu, Pak Akbar yang mendengar penuturan dari Kevin sontak meradang. Amarahnya sudah naik hingga ke ubun-ubun. Dia begitu benci melihat
Bab 296Kevin bersiul-siul sambil menyetir mobilnya. Jalan raya hari ini tidak begitu padat seperti biasanya. Mungkin karena hari ini sudah akhir bulan jadi para pekerja dengan keluarganya lebih banyak berhemat dan tidak pergi makan keluar dan memenuhi jalan raya.Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Mata hari sudah terbenam beberapa puluh menit lalu dan saat ini Kevin sedang berada dalam perjalanan pulang dari kantor menuju rumahnya.Awalnya lelaki itu sama sekali tidak menyadari apapun dan menganggap hari ini tidak ada bedanya dengan hari-harinya yang biasanya. Namun, perhatian Kevin sedikit teralihkan saat menyadari sejak dari kantornya tadi dia melihat mobil berwarna hitam dengan plat yang sama masih berada di belakang mobilnya.“Lho? Ternyata mobil itu rutenya sama denganku, ya,” heran Kevin yang awalnya sama sekali tidak berpikiran buruk. Dia justru jadi penasaran siapa dari lingkungan kerjanya yang ternyata tinggal di daerah yang sama dengannya.Kevin lanjut menyetir dan f
Bab 297"Sudah, yuk kita pergi saja dari tempat ini!" ucap ketua preman itu memberi instruksi. "Baik, Bos! Tapi, gimana kita mengabari Pak Akbar?" sahut salah satu dari mereka sedikit ragu kalau mereka pergi begitu saja, dan target justru lolos dari kejaran mereka."Dah lah, itu mah urusan gampil! Kita tinggal bohong aja sama si tua bangka itu kalau si target sudah kita singkirkan!" pekik ketua preman itu ketus.Lantas, ia memerintahkan untuk memutar balik arah mobil mereka karena percuma saja kalau memaksa mengikuti Kevin yang saat ini pasti sedang melaporkan tindakan mereka. Sesampainya di markas besar, ketua preman itu meminta salah satu anak buahnya untuk menghubungi Pak Akbar dan berbohong padanya."Gimana? Kalian sudah berhasil menyingkirkan lelaki itu, 'kan!" sambut Pak Akbar begitu menerima telpon dari orang suruhannya yang ditugaskan untuk menyingkirkan Kevin. “Beres, Bos! Target sudah berhasil kami lumpuhkan!” jawab salah satu preman itu setengah berbohong atas perintah s
Pagi telah tiba. Langit ceria membiru. Hari itu tampak seperti hari yang akan terasa baik-baik saja sejauh ini. Amanda bangun dengan gembira dan bersiap-siap untuk bekerja seperti biasa.Dia turun dari tempat tidur, menyikat giginya dan berganti pakaian kerja. Seperti biasa, dia membuat sendiri sesuatu yang enak untuk sarapan. Hari ini dia sedang ingin makan panekuk, telur orak-arik, dan bacon sapi.Setelah selesai, dia meraih sebuah koran, sembari memakan potongan pertama dari panekuk lezat itu dengan tangan kanannya. Namun, sayangnya satu potong panekuk jatuh dari garpunya dan menodai permukaan koran.Dia dengan cepat menyeka pancake yang mengotori korannya, tetapi tidak berhasil menyelamatkan tinta yang ada di atasnya, karena minyak panekuk meresap ke kertasnya. Sekarang dengan noda minyak di atasnya, koran itu tidak bisa dibaca lagi.Amanda melepaskan koran dan menghela nafas. Perempuan itu mengumpat, ketika dia mencoba menyeka korannya dengan tisu, tetapi tidak ada kemajuan. Seka
Akibat kedatangan istri sah Pak Akbar yang melabraknya, Amanda menjadi viral di media sosial.Oleh karena itu pagi ini dia di panggil oleh HRD untuk mempertanggung jawabkan tentang kasus yang dia alami.“Amanda, kamu di panggil HRD, jangan lama-lama ya di toiletnya,” ucap rekan kerjanya ketika dia baru saja datang dan hendak memperbaharui riasannya.“Terima kasih infonya.”Setelah merapikan pakaian dan riasannya, Amanda bergegas menuju ke ruangan HRD.Tok … tok …tok !Amanda mengetuk pintu ruangan HRD dengan perasaan berdebar, sejak kedatangan dia di kantor tadi, semua mata memandangnya dengan tatapan tidak bersahabat.Amanda menyadari itu, pasti semua orang menganggapnya sebagai perusak rumah tangga orang, hanya saja menurutnya itu tidak adil. Karena dalam hal ini yang bersalah, bukan hanya dirinya tapi juga Pak Akbar.Seandainya Pak Akbar tidak menggoda dia, tentu dia tidak akan menjalin hubungan dengannya.“Masuk,” suara seorang lelaki menanggapi ketukan yang di lakukan oleh Amanda