Seolah-olah merasakan suasana hatiku yang sedang tidak baik, anakku tiba-tiba menangis.Aku mencoba menenangkannya dan dua jam kemudian dia akhirnya kembali tenang.Selama itu pula, Raka tidak menelepon untuk memberi penjelasan.Indah masih mengunggah cerita lain.Dia mengunggah tiga foto kalung emas secara langsung, membuat orang-orang mulai bergosip.Kolom komentar langsung menunjukkan 99+, yang semuanya menunjukkan rasa iri mereka.Aku memperhatikan dengan seksama bahwa ada komentar dari Raka di antara mereka"Aku beliin buat kamu hari ini, dua puluh tahun lagi aku akan membelikan satu set untuk putri kita.""Sayang, kamu memang yang terbaik, aku mencintaimu."Interaksi antara dua akun itu langsung mencolok penglihatanku. Aku melihat bayi yang tertidur di ranjang bayi.Sepertinya Raka sudah lupa bahwa dia memiliki seorang putra yang baru berusia enam hari.Lagi pula, saat aku melahirkan, Raka mengatakan bahwa dia sibuk dengan pekerjaannya, jadi tidak bisa menemani persalinanku.Bela
"Aku sibuk. Aku bakal memanfaatkan waktu buat kerja, bukan buang-buang waktu buat kamu! Kamu banyak sekali masalah ketika lagi hamil. Kalau nggak bisa jalan, ke rumah sakit saja!"Aku mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Raka lagi."Aku cuma punya satu permintaan. Anak ikut denganku dan bagianku nggak boleh kurang satu sen pun."Raka segera membalas pesanku."Ada hal penting yang harus aku lakukan hari ini.""Jangan marah, besok aku pulang."Tiga hari kemudian, aku tidak bertemu Raka sampai dokter memberitahukan bahwa aku sudah boleh pulang.Duduk di dalam mobil, aku melihat gedung yang aku lewati, kenangan masa lalu pun kembali muncul.Aku dan Raka bertemu dan jatuh cinta saat kuliah.Pada tahun pertama pernikahan kami, Raka memulai bisnis pertamanya dan terlilit utang setelah sahabatnya menipunya.Pada saat itu, aku bekerja tiga pekerjaan dalam sehari untuk membantunya melunasi utang-utangnya. Malamnya saat pulang, aku masih harus mencuci pakaian dan memasak untuknya.Sampai us
Aku memesan penerbangan untuk lima hari dari sekarang, lalu mengirim pesan kepada pengacaraku, memastikan bahwa aku harus mendapatkan hak asuh anak.Setelah melakukan itu, aku bangkit dan menuju kamar, siap untuk tidur nyenyak.Raka melihat kepergianku dan berkata dengan marah."Aku lagi bicara, kamu mau ke mana?""Mau istirahat."Aku mengedipkan mata ke arahnya dengan tenang.Saat aku berjalan ke kamar tidur, terdengar suara sesuatu yang dibanting dari ruang tamu.Perceraian berjalan seperti yang diharapkan.Tiga hari kemudian, aku hendak mengemasi koper, tiba-tiba mendapat telepon dari Raka."Lousa Bar di Kota Umare. Cepat ke sini sekarang juga."Angin di Kota Umare cukup besar. Aku habis melahirkan, jadi nggak baik kalau pergi ke sana.Aku ingin menolak, tetapi Raka menelepon lagi.Ketika aku tiba di bar dengan penampilan terbungkus rapat oleh jaket, aku melihat Indah dan Raka duduk bersebelahan dengan intim.Orang-orang di sekeliling mereka menatapku dari atas ke bawah dan mencibir
Entah sudah berapa lama, tetapi ketika aku bangun, bau disinfektan yang menyengat tercium dari hidungku.Raka menatapku dengan gugup."Kamus sudah merasa lebih baik? Apa ada yang nggak nyaman?"Aku menatapnya dengan dingin, tidak merasakan apa-apa selain mual."Sudah kamu tanda tangani? Kita cerai saja."Raka terdiam dan menghela napas panjang."Sayang, kamu bisa berhenti buat masalah nggak? Coba pikirkan, pertengkaran kita yang mana yang bukan karena ulahmu? Keluarga yang bahagia ini akan hancur berantakan karena kamu."Aku tersenyum dingin dan menatap Raka yang ada di depanku, entah kenapa merasa dia makin asing."Kalau kamu nggak main-main sama wanita lain, kamu pikir aku bakal buat masalah? Setia, hal yang paling mendasar dalam hubungan saja nggak bisa kamu lakukan, sekarang kamu nyalahin aku?"Perkataanku begitu menohok, membuat Raka pias."Kamu bisa tanya, orang kaya mana yang cuma punya istri satu? Kamu ingin suamimu menemanimu setiap saat, ada berapa orang yang bisa melakukanny
Mata hitam Raka berkilat tidak tega, lalu dia menambahkan."Kamu tunggu di luar dulu. Aku antar kamu pulang nanti."Setelah itu, Indah baru dengan enggan melangkah keluar dari pintu."Tanda tangani." Aku berkata dengan suara dingin.Raka tiba-tiba duduk di tepi ranjang dan menggenggam tanganku."Sayang, maafkan aku. Anggap saja semua ini nggak pernah terjadi. Bukannya kita sudah punya anak? Kita jalani hidup kita dengan baik dan besarkan anak kita bersama, ya?"Aku melirik Indah yang sedang mengintip dari balik pintu, lalu menjawab."Lalu dia gimana? Kamu bisa memutuskan hubungan dengannya?"Mata gelap Raka penuh dengan kecemasan dan keraguan. Dia menjawab dengan susah payah."Aku sudah putuskan. Kamu akan tinggal di selatan dan dia akan tinggal di utara. Kalian nggak akan saling mengganggu, ya?"Plak!Aku langsung bangun dan menampar Raka dengan keras!Tamparan ini karena dia sudah selingkuh dan harus tepat mengenai wajahnya."Satu di selatan dan satu di utara? Raka, kita cerai saja!"
Di gelang itu tertera angka tiga puluh gram.Masih jauh dari berat emas yang diberikan kepada Indah.Belum lagi, Raka juga membelikan Indah sebuah rumah bulan ini.Permintaan maaf seperti ini sebenarnya sangat tidak tulus."Raka, saat kamu membujuk Indah, kamu mengeluarkan uang dua miliar. Sekarang, kamu membujukku hanya dengan emas seharga enam puluh juta."Aku berkata sambil menggelengkan kepala."Kalau nggak salah ingat, kamu kasih gelang ini untukku karena Indah nggak mau. Benar nggak?"Beberapa hari yang lalu, aku melihat gelang emas yang diunggah Indah di statusnya.Ada orang yang meninggalkan komentar di bawahnya."Apa hadiah pertama sudah semahal ini?"Indah melampirkan foto gelang emas tersebut."Dia orang biasa, hanya mampu memberikan gelang emas seharga enam puluh juta saat awal.""Aku merajuk selama beberapa hari dan dia memberiku emas yang lebih besar dan lebih mahal. Oh iya, dia juga habis memberiku rumah."Banyak orang yang meninggalkan komentar iri."Kakak, buat buku da
"Mentang-mentang hamil, kamu memperlakukan diri sendiri seperti ratu? Lihatlah, pria sukses mana yang mau diatur sama istrinya? Lagi pula, hanya laki-laki kuat yang bisa jadi anakku!"Aku pikir Raka akan bersikap lebih baik pada Indah, tetapi aku tidak menyangka Indah akan diperlakukan sama sepertiku.Sepertinya ketulusan yang disebut-sebut Raka itu palsu. Dia akan menyiksa wanita yang dicintainya menjadi bulir-bulir nasi.Aku menggelengkan kepala dengan sedih."Dia ternyata nggak berubah, hanya peduli dengan dirinya sendiri. Orang lain nggak akan berpengaruh apa pun kepadanya."Saat itu, jika aborsi tidak berisiko bagi tubuhku, aku mungkin sudah melakukan aborsi sejak lama.Pandangan Dinda sesekali tertuju ke meja belakang.Dia mengumpat sepanjang waktu. Harus aku akui bahwa dia memang seorang ahli, karena setiap kata-katanya mengena ke dalam hatiku.Ketika kami selesai makan dan memanggil pelayan untuk membayar tagihan, Raka tiba-tiba memperhatikanku.Matanya yang gelap berkilat kare
Raka terlihat ragu."Aku akan minta dia menggugurkannya, ya?"Aku menjawab sambil tersenyum."Dari awal sampai akhir, kamu benar-benar sampah."Aku berbalik dan masuk ke dalam mobil Dinda, tidak melirik sekalipun Raka yang ada di belakangku.Tidak lama setelah itu, pengacara Deren menelepon untuk menenangkanku."Persentase kasus perceraian yang diputuskan pada sesi kedua adalah tujuh puluh persen. Aku yakin kamu nggak perlu merasa sedih."Aku tersenyum tipis."Kalau sidang pertama langsung diputuskan cerai, justru itu terlalu baik buat Raka.""Apa maksudmu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Tentu saja aku akan menyiapkan serangan balik.Malam itu, aku mengirimkan sebuah PDF yang sudah aku siapkan jauh-jauh hari.PDF itu berisi kejadian-kejadian sejak pertama kali Raka pacaran dengan Indah sampai sekarang.Isinya 20 halaman penuh. Bisa dikatakan ini adalah inti kejadian yang sebenarnya.Aku mengunggahnya di media sosial. PDF itu dibagikan dengan cepat oleh para netizen dan terjadilah perde
Aku tidak menelepon polisi, berpura-pura tidak melihat apa-apa dan pergi mencari Nenek.Aku tidak tahu siapa yang menelepon polisi.Keesokan harinya, aku mendengar bahwa Indah mengalami keguguran karena terjatuh dan terpaksa rahimnya diangkat.Dia tidak bisa hamil lagi seumur hidupnya.Setengah bulan kemudian, Dinda mengirim tautan siaran langsung.Indah memaki-maki Raka di sana.Dia seperti kesurupan.Seperti orang gila."Bajingan itu selingkuh dan membohongiku. Dia membuat rahimku diangkat! Aku akan mengutuknya sampai mati!""Setelah aku keguguran, dia nggak meneleponku sekalipun atau peduli denganku! Semoga dia hancur! Bangkrut!""Bangkrut! Hancur!"Dua kalimat yang paling banyak menghiasi layar di kolom komentar."Gila! Kamu harus menemui psikiater.""Kalian, cepat panggil kepala rumah sakit jiwa."Aku duduk di kursi goyang sambil makan semangka, menonton siaran langsung dengan penuh minat.Tiga bulan kemudian, sidang sesi kedua.Sama seperti yang dikatakan Deren.Pada sidang kedua
Raka terlihat ragu."Aku akan minta dia menggugurkannya, ya?"Aku menjawab sambil tersenyum."Dari awal sampai akhir, kamu benar-benar sampah."Aku berbalik dan masuk ke dalam mobil Dinda, tidak melirik sekalipun Raka yang ada di belakangku.Tidak lama setelah itu, pengacara Deren menelepon untuk menenangkanku."Persentase kasus perceraian yang diputuskan pada sesi kedua adalah tujuh puluh persen. Aku yakin kamu nggak perlu merasa sedih."Aku tersenyum tipis."Kalau sidang pertama langsung diputuskan cerai, justru itu terlalu baik buat Raka.""Apa maksudmu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Tentu saja aku akan menyiapkan serangan balik.Malam itu, aku mengirimkan sebuah PDF yang sudah aku siapkan jauh-jauh hari.PDF itu berisi kejadian-kejadian sejak pertama kali Raka pacaran dengan Indah sampai sekarang.Isinya 20 halaman penuh. Bisa dikatakan ini adalah inti kejadian yang sebenarnya.Aku mengunggahnya di media sosial. PDF itu dibagikan dengan cepat oleh para netizen dan terjadilah perde
"Mentang-mentang hamil, kamu memperlakukan diri sendiri seperti ratu? Lihatlah, pria sukses mana yang mau diatur sama istrinya? Lagi pula, hanya laki-laki kuat yang bisa jadi anakku!"Aku pikir Raka akan bersikap lebih baik pada Indah, tetapi aku tidak menyangka Indah akan diperlakukan sama sepertiku.Sepertinya ketulusan yang disebut-sebut Raka itu palsu. Dia akan menyiksa wanita yang dicintainya menjadi bulir-bulir nasi.Aku menggelengkan kepala dengan sedih."Dia ternyata nggak berubah, hanya peduli dengan dirinya sendiri. Orang lain nggak akan berpengaruh apa pun kepadanya."Saat itu, jika aborsi tidak berisiko bagi tubuhku, aku mungkin sudah melakukan aborsi sejak lama.Pandangan Dinda sesekali tertuju ke meja belakang.Dia mengumpat sepanjang waktu. Harus aku akui bahwa dia memang seorang ahli, karena setiap kata-katanya mengena ke dalam hatiku.Ketika kami selesai makan dan memanggil pelayan untuk membayar tagihan, Raka tiba-tiba memperhatikanku.Matanya yang gelap berkilat kare
Di gelang itu tertera angka tiga puluh gram.Masih jauh dari berat emas yang diberikan kepada Indah.Belum lagi, Raka juga membelikan Indah sebuah rumah bulan ini.Permintaan maaf seperti ini sebenarnya sangat tidak tulus."Raka, saat kamu membujuk Indah, kamu mengeluarkan uang dua miliar. Sekarang, kamu membujukku hanya dengan emas seharga enam puluh juta."Aku berkata sambil menggelengkan kepala."Kalau nggak salah ingat, kamu kasih gelang ini untukku karena Indah nggak mau. Benar nggak?"Beberapa hari yang lalu, aku melihat gelang emas yang diunggah Indah di statusnya.Ada orang yang meninggalkan komentar di bawahnya."Apa hadiah pertama sudah semahal ini?"Indah melampirkan foto gelang emas tersebut."Dia orang biasa, hanya mampu memberikan gelang emas seharga enam puluh juta saat awal.""Aku merajuk selama beberapa hari dan dia memberiku emas yang lebih besar dan lebih mahal. Oh iya, dia juga habis memberiku rumah."Banyak orang yang meninggalkan komentar iri."Kakak, buat buku da
Mata hitam Raka berkilat tidak tega, lalu dia menambahkan."Kamu tunggu di luar dulu. Aku antar kamu pulang nanti."Setelah itu, Indah baru dengan enggan melangkah keluar dari pintu."Tanda tangani." Aku berkata dengan suara dingin.Raka tiba-tiba duduk di tepi ranjang dan menggenggam tanganku."Sayang, maafkan aku. Anggap saja semua ini nggak pernah terjadi. Bukannya kita sudah punya anak? Kita jalani hidup kita dengan baik dan besarkan anak kita bersama, ya?"Aku melirik Indah yang sedang mengintip dari balik pintu, lalu menjawab."Lalu dia gimana? Kamu bisa memutuskan hubungan dengannya?"Mata gelap Raka penuh dengan kecemasan dan keraguan. Dia menjawab dengan susah payah."Aku sudah putuskan. Kamu akan tinggal di selatan dan dia akan tinggal di utara. Kalian nggak akan saling mengganggu, ya?"Plak!Aku langsung bangun dan menampar Raka dengan keras!Tamparan ini karena dia sudah selingkuh dan harus tepat mengenai wajahnya."Satu di selatan dan satu di utara? Raka, kita cerai saja!"
Entah sudah berapa lama, tetapi ketika aku bangun, bau disinfektan yang menyengat tercium dari hidungku.Raka menatapku dengan gugup."Kamus sudah merasa lebih baik? Apa ada yang nggak nyaman?"Aku menatapnya dengan dingin, tidak merasakan apa-apa selain mual."Sudah kamu tanda tangani? Kita cerai saja."Raka terdiam dan menghela napas panjang."Sayang, kamu bisa berhenti buat masalah nggak? Coba pikirkan, pertengkaran kita yang mana yang bukan karena ulahmu? Keluarga yang bahagia ini akan hancur berantakan karena kamu."Aku tersenyum dingin dan menatap Raka yang ada di depanku, entah kenapa merasa dia makin asing."Kalau kamu nggak main-main sama wanita lain, kamu pikir aku bakal buat masalah? Setia, hal yang paling mendasar dalam hubungan saja nggak bisa kamu lakukan, sekarang kamu nyalahin aku?"Perkataanku begitu menohok, membuat Raka pias."Kamu bisa tanya, orang kaya mana yang cuma punya istri satu? Kamu ingin suamimu menemanimu setiap saat, ada berapa orang yang bisa melakukanny
Aku memesan penerbangan untuk lima hari dari sekarang, lalu mengirim pesan kepada pengacaraku, memastikan bahwa aku harus mendapatkan hak asuh anak.Setelah melakukan itu, aku bangkit dan menuju kamar, siap untuk tidur nyenyak.Raka melihat kepergianku dan berkata dengan marah."Aku lagi bicara, kamu mau ke mana?""Mau istirahat."Aku mengedipkan mata ke arahnya dengan tenang.Saat aku berjalan ke kamar tidur, terdengar suara sesuatu yang dibanting dari ruang tamu.Perceraian berjalan seperti yang diharapkan.Tiga hari kemudian, aku hendak mengemasi koper, tiba-tiba mendapat telepon dari Raka."Lousa Bar di Kota Umare. Cepat ke sini sekarang juga."Angin di Kota Umare cukup besar. Aku habis melahirkan, jadi nggak baik kalau pergi ke sana.Aku ingin menolak, tetapi Raka menelepon lagi.Ketika aku tiba di bar dengan penampilan terbungkus rapat oleh jaket, aku melihat Indah dan Raka duduk bersebelahan dengan intim.Orang-orang di sekeliling mereka menatapku dari atas ke bawah dan mencibir
"Aku sibuk. Aku bakal memanfaatkan waktu buat kerja, bukan buang-buang waktu buat kamu! Kamu banyak sekali masalah ketika lagi hamil. Kalau nggak bisa jalan, ke rumah sakit saja!"Aku mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Raka lagi."Aku cuma punya satu permintaan. Anak ikut denganku dan bagianku nggak boleh kurang satu sen pun."Raka segera membalas pesanku."Ada hal penting yang harus aku lakukan hari ini.""Jangan marah, besok aku pulang."Tiga hari kemudian, aku tidak bertemu Raka sampai dokter memberitahukan bahwa aku sudah boleh pulang.Duduk di dalam mobil, aku melihat gedung yang aku lewati, kenangan masa lalu pun kembali muncul.Aku dan Raka bertemu dan jatuh cinta saat kuliah.Pada tahun pertama pernikahan kami, Raka memulai bisnis pertamanya dan terlilit utang setelah sahabatnya menipunya.Pada saat itu, aku bekerja tiga pekerjaan dalam sehari untuk membantunya melunasi utang-utangnya. Malamnya saat pulang, aku masih harus mencuci pakaian dan memasak untuknya.Sampai us
Seolah-olah merasakan suasana hatiku yang sedang tidak baik, anakku tiba-tiba menangis.Aku mencoba menenangkannya dan dua jam kemudian dia akhirnya kembali tenang.Selama itu pula, Raka tidak menelepon untuk memberi penjelasan.Indah masih mengunggah cerita lain.Dia mengunggah tiga foto kalung emas secara langsung, membuat orang-orang mulai bergosip.Kolom komentar langsung menunjukkan 99+, yang semuanya menunjukkan rasa iri mereka.Aku memperhatikan dengan seksama bahwa ada komentar dari Raka di antara mereka"Aku beliin buat kamu hari ini, dua puluh tahun lagi aku akan membelikan satu set untuk putri kita.""Sayang, kamu memang yang terbaik, aku mencintaimu."Interaksi antara dua akun itu langsung mencolok penglihatanku. Aku melihat bayi yang tertidur di ranjang bayi.Sepertinya Raka sudah lupa bahwa dia memiliki seorang putra yang baru berusia enam hari.Lagi pula, saat aku melahirkan, Raka mengatakan bahwa dia sibuk dengan pekerjaannya, jadi tidak bisa menemani persalinanku.Bela