Home / Romansa / Suamiku, Ustad Bucin / Kembali ke pesantren

Share

Kembali ke pesantren

Author: UmiYazid
last update Last Updated: 2024-03-15 17:43:21

Setelah Amira selesai belanja, ia keluar dari swalayan mendapati Hamzah sedang mengobrol dengan seorang wanita muda.

Amira penasaran, siapakah dia?

Kenapa rautnya seperti sedang emosi?

“Apa, Abang udah nikah, aku gak percaya, Bang!” Ucap wanitaitu dengan nada sedikit meninggi.

“Tapi itu kenyataannya, Mis!”

“Tapi kenapa ....” Ucap wanita itu terputus.

“Nah, itu dia orangnya.” Tunjuk Hamzah begitu Amira mendekat.

Begitu gadis yang ditunjuk semakin dekat, Hamzah langsung meraih tangan sang gadis, menggenggam erat seolah mereka begitu saling mencintai dan enggan terpisahkan.

Amira terkejut, aliran darahnya seketika terasa begitu cepat, bukan karena wanita di depan mereka itu, tetapi sentuhan tangan Hamzah seakan mengalirkan arus listrik, yang mampu membuatnya kesetrum dengan tekanan tinggi.

Hamzah tampak biasa saja, menuntun Amira ke motor, memasang helmnya lalu berlalu dari hadapan wanita yang bernama Miska.

Sedangkan Amira manut, ikut tanpa bertanya apa pun, tapi dalam hati ada banyak pertanyaan dan asumsi yang muncul.

Dibalik sikap tenang Hamzah, tidak bisa dipungkiri jantungnya sedang memompa dengan tekanan tinggi, terlalu sibuk pikirannya untuk menghindari Miska, hingga ia lupa menanyai belanjaan Amira yang masih ditangannya, padahal ukurannya lumayan berat untuk ditenteng.

Hamzah terus melajukan sepeda motornya dalam diam, begitu juga dengan Amira, ia segan untuk bertanya perihal wanita yang baru saja mereka temui itu, walau dihatinya menyimpan sejuta pertanyaan.

Hingga tiba di depan rumah orang tua Hamzah, Amira masih menenteng plastik ukuran besar yang berisikan beberapa jenis makanan sebagai buah tangan.

Amira jadi salah tingkah, malu karena digoda oleh beberapa santri putra saat mereka melewati halaman mesjid. Ya, mau ke rumah Ustaz Harun harus melalui depan halaman mesjid yang menyatu dengan asrama putra, sementara asrama santri putri berada di belakang rumah Ustaz Harun.

“Assalamu'alaikum.” Sapa Amira berbarengan dengan Hamzah, ketika Umi Rubiah keluar rumah untuk menghampiri mereka.

“Wa ‘alaikumsalam.”

Hamzah berlalu begitu saja, melewati ibu sambungnya, lalu masuk.

Amira menyalami Umi Rubiah sambil menyerahkan plastik bawaannya.

“Ngapain repot-repot bawa-bawa segala. Ayo masuk dulu.”

“Enggak kok, Umi.” Jawab Amira santun.

Amira dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu, dengan suguhan camilan, gadis yang mengenakan gamis dan pasmina salem itu merasa sungkan, biasanya dia yang menyuguhkan minum buat tamu, hari ini dia sendiri yang jadi tamu.

Setelah Umi dan Amira berbincang-bincang sebentar, Umi memanggil Hamzah yang sudah berada di kamarnya.

“Hamzah, bawa Amira ke kamar untuk istirahat.”

Amira yang mendengar seketika terkejut, dan jantungnya mulai berdebar.

“Gak, gak usah Umi, saya bisa ke asrama aja, tempat saya dulu.” Ucap gadis yang sudah sah menjadi menantu pimpinan pesantren itu.

Umi tersenyum hangat dan berujar.

“Sudah, sana ikut suamimu, mulai sekarang kamar Hamzah juga kamar kamu.”

Ucapan Umi Rubiah sukses membuat kulit muka Amira merona karena malu.

Hamzah muncul dari dalam kamar, berdiri di depan pintu kamar, memanggil Amira dengan anggukan, sedang yang dipanggil merasa ragu.

‘Ikut gak ya, ikut apa gak.’ Amira monolog.

Menoleh kepada Umi, yang mengangguk lalu tersenyum, Amira hanya bisa pasrah, lalu berjalan pelan menuju kamar yang selama ini tidak berani ia lirik walau sering berada di rumah itu.

Dengan perasaan yang sangat berdebar, ia masuk lalu duduk dipinggir ranjang ukuran lajang itu, aroma khas kamar pria menguak di hidungnya.

Hamzah menutup pintu perlahan, membuat jantung Amira semakin berdendang ria.

“Yang tadi di swalayan itu siapa?” tanya Amira memecah kecanggungan yang terjadi.

“Oh, bukan siapa-siapa.”

“Lalu kenapa ia kelihatan marah begitu?” tanya Amira mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi bercokol di pikirannya.

“Entahlah, mungkin karena saya menikah denganmu tak memberitahu dia.”

Amira semakin penasaran dan tidak puas dengan jawaban yang diberikan pria yang berstatus suaminya itu, tapi enggan untuk bertanya lebihjauh, karena mereka memang belum dekat.

Amira mengedarkan pandangan sekeliling kamar, begitu wajahnya kembali ke arah depan ia kaget bukan main, wajah Hamzah sudah berada tepat didepan wajahnya.

Amira terpaku di tempat, syok dan tak bisa bergerak walau sedikit, wajah pria yang berstatus suaminya itu tak lebih tiga inci dari matanya, entah apa yang akan dilakukan.

“Maaf, saya mau mindahin handuk, itu lagi kamu duduki.”

“Oh, maaf, maaf. Ini handuknya.” Amira gelagapan menyerahkan handuk itu ke tangan Hamzah.

Hamzah mengambil handuk itu seraya tersenyum penuh arti, lalu mencantol ke paku kamar mandi.

Amira yang sudah kepalang malu, ingin rasanya menyembunyikan mukanya ke dalam tas yang masih diselempangnya.

Tak mau berlama-lama di kamar, Amira pamit ke asrama, di sana sudah ada Wati dan Maya yang sudah tidak sabar ingin mendengar cerita dari sahabat mereka itu.

Hingga malam hari, Amira yang masih bercerita panjang lebar bersama sahabat sekamarnya mendapat panggilan telepon, begitu ia lihat rupanya panggilan dari Hamzah yang membuat kedua sahabatnya menggoda Amira.

“Assalamu'alaikum.” Sambut Amira, lidahnya belum berani memanggil abang.

“Wa 'alaikumsalam, di mana Adek?”

“Masih di asrama, Abang.”

Ehm ehm ehm....

Goda Wati dan Maya sambil senyum menggoda.

“Tidurnya di sini aja ya, Abang tunggu.”

Hamzah langsung mematikan panggilan sepihak. Sementara jantung Amira kembali deg-degan.

Amira membuka pintu dapur untuk masuk rumah mertuanya, ternyata Hamzah sudah menunggu di meja makan, sementara yang lain tidak terlihat, mungkin sudah tidur semua, pikir Amira.

“Ayo kita makan dulu.”

Amira hanya mengangguk, lalu duduk bersama suaminya di meja makan.

Setelah selesai makan, Hamzah lebih dulu ke kamar. Amira membawa piring bekas mereka makan ke wastafel. Lalu duduk kembali di meja makan.

“Kok duduk situ lagi, masuk dong.”

Amira terkaget, ternyata suaminya sudah di depan pintu kamar.

‘Ini gimana tidurnya, tidak mungkin kan tidur berdua di ranjang sempit gini.’ Gumam Amira.

“Kamu tidur aja di ranjang, biar saya di tilam aja.” Hamzah berkata seakan tahu isi hati istrinya.

Amira menurut, ia mencoba berbaring dan memejamkan mata indahnya, tak lama ia terlelap karena memang sudah sangat mengantuk.

Hamzah yang tidak bisa terpejam, kini bangkit dari tilam tipis itu, menatap lekat istrinya yang sudah terlelap.

“Tidur kok pakai jilbab.” Gumamnya pelan.

“Kamu sangat cantik, istriku.”

Jiwa kelelakiannya muncul, tak dapat dipungkiri ingin rasanya ia merengkuh wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu, mengajaknya menikmati surga dunia, tapi ia sadar, bahwa istrinya itu sedang ada tamu bulanan, terpaksa ia bersabar.

Malam itu Hamzah tidak bisa terpejam sama sekali, ia hanya menikmati wajah istrinya yang sedang tidur pulas dari jarak sangat dekat, sesekali mengecup pipinya pelan, agar istrinya tidak terbangun, dan membuatnya sangat malu.

Hingga menjelang subuh barulah kantuknya menyerang.

Azan subuh membuat Amira terbangun, ia kaget bukan main, mendapati suaminya tidur sambil memeluk pinggangnya, terlihat begitu pulas. Dan Amira lebih kaget lagi ketika ia merasa ada sesuatu yang mengenai paha kirinya, sebagai gadis yang sudah dewasa ia paham apa itu.

Amira menggeser tubuhnya, dan memindahkan tangan Hamzah perlahan,ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri sambil menetralkan detak jantungnya.

Amira yang sudah rapi kembali lagi ke kamar, terlihat Hamzah juga sudah bangun, berlalu begitu saja ke kamar mandi, lalu terdengar suara air.

'Dia lagi mandi,’ batin Amira.

Karena tidak salat, Amira kembali rebahan di ranjang, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, ia begitu kaget karena Hamzah keluar hanya menggunakan handuk di pinggangnya. Walau tak bisa dipungkiri suaminya terlihat gagah dengan badan tegapnya.

Amira mengalihkan pandangan, sementara Hamzah sengaja melenggang dari depan istrinya dengan alasan mengambil baju di lemari dekat pintu.

Melihat istrinya malu begitu, Hamzah senyum-senyum sendiri.

“Abang ke mesjid dulu ya, Dek.” Ucap Hamzah membuat Amira kembali kaget, ternyata suaminya sudah siap dengan sarung dan koko maroon yang membuatnya semakin tampan saja di mata Amira.

“Katanya hari ini kuliah kan? Nanti Abang antar ya.” Hamzah kembalinyembul dari balik pintu.

“I-iya.” Jawab Amira kembali terkaget.

Related chapters

  • Suamiku, Ustad Bucin   Bertemu mantan

    Setelah suaminya pergi ke mesjid, Amira beranjak dari tempat tidur, ia mengendap-endap menuju pintu belakang, kembali ke asrama untuk bersiap-siap pergi kuliah, karena semua barang-barangnya masih di kamar lamanya.Usai bersiap-siap, gawai Amira berdering, Amira kembali terkaget ketika melihat 'Suamiku tampan' memanggil, seingatnya ia tidak pernah menyimpan nomor dengan nama tersebut“Apa jangan-jangan tadi malam dia mengutak-atik handphone ini ya. Ih, percaya diri banget ini orang.” Lirih Amira.Hingga panggilan kedua kalinya Amira baru menjawab.“Assalamu'alaikum.”“Wa ‘alaikumsalam.”“Katanya mau kuliah, ayo sarapan dulu sini.” Ujar Hamzah sesaat sebelum mematikan panggilan sepihak.Tidak sempat Amira mengajukan protes, panggilan sudah terputus, sehingga mau tidak mau dia harus masuk dan sarapan bersama.Begitu Amira muncul langsung di sapa oleh Umi Rubiah.“Amira, mau kuliah, ya. Ayo, sarapan dulu sini.”“Iya Umi.” Jawab Amira lirih.Ada rasa canggung yang amat sangat, mengingat d

    Last Updated : 2024-03-16
  • Suamiku, Ustad Bucin   Meminta Hak

    “Lihat saja, cepat atau lambat kau akan kembali padaku, tidak akan tenang hidupmu bersama perempuan itu.”Pesan dari nomor tak dikenal berhasil membuat seorang Hamzah semakin frustrasi.Di tengah kekalutan pikiran, Hamzah tetap memaksa bekerja menggabungkan sejumlah angka di layar komputernya.“Hamzah, proyek dari PT. Manunggal deadline-nya besok, gimana perkembangannya, apa sudah selesai?”Seorang pria setengah baya bertanya sambil menduduki kursi disamping Hamzah.Hamzah yang tengah berusaha fokus, kaget dengan kehadiran pria yang merupakan bosnya.“Eh, ini lagi saya kerjakan, Bos. Nanti malam Insya Allah sudah siap.” Jawab Hamzah setelah menghentikan kegiatannya sejenak di layar komputer.“Oke, jika begitu kamu yang presentasi besok ya.”“Siap, Pak Bos.”“Ya sudah, amanlah ya.”Pak Bagas yang merupakan bos di PT. Angkasa Konsultan itu menepuk pundak Hamzah sebelum berlalu meninggalkan ruangan itu.Suami dari Amira itu kembali berkutat di layar komputernya, akan tetapi semakin susah

    Last Updated : 2024-03-16
  • Suamiku, Ustad Bucin   Berbuka puasa

    “Boleh aku minta hakku malam ini kan?”DegSerasa jantung seorang Amira lompat dari tempatnya.Degup jantungnya mulai bergenderang, aliran darah terasa semakin kencang, walau jauh-jauh hari ia sudah membayangkan akan ada hal seperti ini, tapi rasanya belum siap jika harus sekarang.Hamzah menunggu jawaban, matanya tak lepas dari wajah istrinya, memandang dalam sambil terus mendekat, membuat Amira reflek mundur hingga sudah mepet ke dinding belakang pintu.Lelaki itu terus saja melangkah hingga mengikis jarak di antara keduanya, Amira tak berani mengangkat wajahnya yang sudah merah itu, dalam benaknya menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.Suasana semakin tegang, Hamzah bagai singa yang siap menerkam mangsa yang sudah di depan mata, sementara Amira bak buruan yang akan dimangsa dan tak ada celah untuk melarikan diri.“Wajahmu kenapa merah seperti tomat gini?” ucap Hamzah yang diiringi senyuman.Amira tertegun, lantas mengangkat wajahnya, menatap wajah suaminya.“Aku mau mandi

    Last Updated : 2024-03-17
  • Suamiku, Ustad Bucin   Kecelakaan

    POV HamzahAku memegangi perutku, rasa lapar amat sangat yang kurasakan membawaku pulang. Ya, walau sebenarnya aku begitu malas untuk pulang ke rumah orang tuaku sendiri, sangat berbeda ketika masih ada Umi. Ah, aku jadi merindukan Umi.Setelah pulang tadi malam, aku langsung memakai barang yang dikasih Angga, aku tertidur sampai bangun juga kesiangan.Begitu sampai rumah ternyata rumahnya dalam keadaan kosong, tanpa satu orang pun di dalamnya, ini jauh lebih membuatku nyamanHal pertama yang kulakukan yaitu mendatangi meja makan, melihat menu yang sudah tersedia, segera kutuntaskan rasa lapar ini.Setelah selesai, aku masuk kamar, rebahan sambil lanjut scrol media sosial.Tiba-tiba ada suara seperti suara gesekan tudung saji dari arah meja makan, segera aku keluar kamar, mana tahu ada kucing yang hendak mengambil ikan, karena kan sering terjadi, kucing yang berusaha mencuri ikan dari meja makan orang.Rupanya dugaanku salah, bukanlah kucing melainkan Amira. Gadis yang sudah lama mond

    Last Updated : 2024-04-21
  • Suamiku, Ustad Bucin   Cemburu

    Pov Author.Hamzah segera melangkah ke arah bangkar tempat istrinya sedang berbaring, saat dia melihat keadaan Amira ia terheran karena tidak menemukan ada sedikit pun perban atau anggota badan yang berdarah.“Kamu kenapa, Dek, apanya yang sakit?”Kedua teman Amira bergeser memberi ruang kepada Hamzah, tiba-tiba seorang pria muda dengan gaya anak kuliahan datang menghampiri mereka, pria itu adalah Rido yang masuk dengan membawa empat botol minuman kalengan serta camilan. Beruntung ruang instalasi gawat darurat sedang tidak terlalu ramai.Hamzah yang bertemu kembali dengan lelaki yang kemarin tampak akrab dengan istrinya, seketika darahnya memanas.Rido juga tak kalah canggung, dia belum mengetahui bahwa pria yang sedang di depannya itu adalah suami dari gadis yang dia sukai, siapa yang menyangka Amira menikah muda, saat kuliahnya baru semester dua.“Gak apa-apa kok, hanya kaki yang terkilir, jadi gak bisa dibawa jalan, kata Dokternya harus dikusuk.” Amira menjawab pertanyaan suaminya.

    Last Updated : 2024-04-24
  • Suamiku, Ustad Bucin   Bulan madu

    Hamzah yang sedang duduk di kursi kamarnya hanya melirik sekilas, tidak berusaha menahan istrinya walau hatinya masih ingin bersama, menikmati hangatnya pengantin baru, bahkan ia baru saja ingin mendiskusikan tentang bulan madu di akhir pekan ini.Di asrama, Wati yang melihat Amira masuk dengan berjalan sedikit pincang mengerutkan keningnya.“Amira, kakinya kenapa?” tanya sahabat yang selalu peduli pada Amira tersebut.“Ada orang stres tadi bawa motor sembarangan, udah nyerempet, gak bertanggung jawab pula.” Jawab Amira seraya terus merengut.“Makanya tadi siang dengar-dengar ada adegan gendong-gendongan, ya?” celutuk Wati dengan diiringi senyuman menggoda.“Ih, apaan sih. Bang Hamzah tu, bikin malu aja!” gerutu Amira.“Lah, kan udah halal, ngapain mesti malu, lagian kan kakimu lagi sakit juga.” Ucap Wati membuat Amira semakin jengkel, karena terkesan membela Hamzah.“udah, ah. Aku mau tidur sini!”“Lo, kok, tidur sini, suamimu gimana?”“Biarin aja, jangan berisik, pokoknya aku tidur

    Last Updated : 2024-04-30
  • Suamiku, Ustad Bucin   Bulan madu 2

    Amira dan Hamzah menoleh bersamaan ke arah suara, keduanya kaget begitu melihat siapa yang sudah berdiri di depan mereka.Gadis bergaun biru yang membentuk lekuk tubuh dan hijab pendek itu menatap Amira dan Hamzah bergantian.“Kebetulan aku belum makan juga, boleh ikut makan sama kalian?” pinta Miska dengan wajah polosnya, lalu langsung menarik kursi di sebelah Amira dan mendudukinya walau belum ada yang mempersilakan.“Iya, silakan.” Jawab Amira begitu melihat Miska sudah duduk di kursi sebelah kirinya, sedangkan Hamzah duduk berhadapan dengan kedua wanita tersebut.“Kak, saya samain aja sama Amira ya, makanan dan minumnya.”“Baik, Kak. Mohon tunggu sebentar ya, nanti makanannya kami antar.” Waitress itu undur diri seraya membawa kembali daftar menunya.“Kamu kenapa bisa ada di sini, Mis?” tanya Hamzah setelah waitress itu beranjak dari hadapan mereka.“Oh, aku bosan banget, aku ingin liburan, tapi karena belum ada suami, pacar juga gak punya, jadinya aku pergi sendiri. Kebetulan ban

    Last Updated : 2024-05-06
  • Suamiku, Ustad Bucin   Jebakan

    Tok tok tokSuara ketukan pintu dari luar terdengar nyaring, Hamzah begitu kaget, ia langsung teringat istrinya yang tadi ia suruh menyusul.Lelaki yang tengah dilanda nafsu itu lantas mendorong kuat tubuh Miska yang sedang dalam pelukannya. Ia meraih gagang pintu lalu keluar begitu saja.Amira yang berdiri tepat di depan pintu itu sempat melihat penampakan Miska yang hampir acak-acakan itu dan menunggu penjelasan dari suaminya.Sementara Miska terus memanggil-manggil nama Hamzah.“Ada apa, Bang?”Hamzah gelagapan, ia seketika bingung mau menjawab apa, hasrat kelelakiannya yang sudah dipuncak membuat pikirannya kacau.Hamzah tak menjawab pertanyaan istrinya, ia memilih menarik pergelangan wanita yang sangat ia damba sekarang ini.Tanpa banyak bertanya lagi, Amira mengikuti suaminya yang menarik tangannya dengan terburu-buru.Pergerakan lift menuju lantai tiga terasa begitu lambat bagi Hamzah yang tengah mati-matian menahan gejolak bir*hi, tangan Amira terus ia genggam kuat.“Sebenarny

    Last Updated : 2024-05-21

Latest chapter

  • Suamiku, Ustad Bucin   Bab 16

    Saat Hamzah berbalik badan hendak kembali ke kamar, ia di kagetkan oleh sosok Miska yang berdiri tepat di depannya.“Astagfirullah, Miska. Bikin kaget tau!” geram Hamzah seraya memijat dahinya.“Maaf. Sekalian juga mau minta maaf soal tadi malam, terima kasih ya,” ucap wanita berkemeja pastel dengan celana jeans itu.“Iya.” Jawab Hamzah malas.Suami dari Amira itu tak tertarik untuk mengobrol lebih banyak, ia hendak segera masuk, tiba-tiba lengannya dicekal oleh gadis itu.“Bang... Boleh aku ikut pulang sama kalian?” Miska berkata masih dengan memegang lengan Hamzah, sesaat kemudian Hamzah segera menarik dan agak menjauh dari gadis ia tahu masih menaruh hati padanya.“Mm... Gini, saya tanya sama istri saya dulu ya!”Hamzah segera berlalu dari hadapan Miska yang masih menatap punggungnya.Sementara dari lantai tiga, Amira yang hendak merapikan gorden, matanya menangkap sosok suaminya sedang berbincang dengan seseorang di tempat parkir, yang berada di halaman hotel, setelah ia coba perh

  • Suamiku, Ustad Bucin   Jebakan

    Tok tok tokSuara ketukan pintu dari luar terdengar nyaring, Hamzah begitu kaget, ia langsung teringat istrinya yang tadi ia suruh menyusul.Lelaki yang tengah dilanda nafsu itu lantas mendorong kuat tubuh Miska yang sedang dalam pelukannya. Ia meraih gagang pintu lalu keluar begitu saja.Amira yang berdiri tepat di depan pintu itu sempat melihat penampakan Miska yang hampir acak-acakan itu dan menunggu penjelasan dari suaminya.Sementara Miska terus memanggil-manggil nama Hamzah.“Ada apa, Bang?”Hamzah gelagapan, ia seketika bingung mau menjawab apa, hasrat kelelakiannya yang sudah dipuncak membuat pikirannya kacau.Hamzah tak menjawab pertanyaan istrinya, ia memilih menarik pergelangan wanita yang sangat ia damba sekarang ini.Tanpa banyak bertanya lagi, Amira mengikuti suaminya yang menarik tangannya dengan terburu-buru.Pergerakan lift menuju lantai tiga terasa begitu lambat bagi Hamzah yang tengah mati-matian menahan gejolak bir*hi, tangan Amira terus ia genggam kuat.“Sebenarny

  • Suamiku, Ustad Bucin   Bulan madu 2

    Amira dan Hamzah menoleh bersamaan ke arah suara, keduanya kaget begitu melihat siapa yang sudah berdiri di depan mereka.Gadis bergaun biru yang membentuk lekuk tubuh dan hijab pendek itu menatap Amira dan Hamzah bergantian.“Kebetulan aku belum makan juga, boleh ikut makan sama kalian?” pinta Miska dengan wajah polosnya, lalu langsung menarik kursi di sebelah Amira dan mendudukinya walau belum ada yang mempersilakan.“Iya, silakan.” Jawab Amira begitu melihat Miska sudah duduk di kursi sebelah kirinya, sedangkan Hamzah duduk berhadapan dengan kedua wanita tersebut.“Kak, saya samain aja sama Amira ya, makanan dan minumnya.”“Baik, Kak. Mohon tunggu sebentar ya, nanti makanannya kami antar.” Waitress itu undur diri seraya membawa kembali daftar menunya.“Kamu kenapa bisa ada di sini, Mis?” tanya Hamzah setelah waitress itu beranjak dari hadapan mereka.“Oh, aku bosan banget, aku ingin liburan, tapi karena belum ada suami, pacar juga gak punya, jadinya aku pergi sendiri. Kebetulan ban

  • Suamiku, Ustad Bucin   Bulan madu

    Hamzah yang sedang duduk di kursi kamarnya hanya melirik sekilas, tidak berusaha menahan istrinya walau hatinya masih ingin bersama, menikmati hangatnya pengantin baru, bahkan ia baru saja ingin mendiskusikan tentang bulan madu di akhir pekan ini.Di asrama, Wati yang melihat Amira masuk dengan berjalan sedikit pincang mengerutkan keningnya.“Amira, kakinya kenapa?” tanya sahabat yang selalu peduli pada Amira tersebut.“Ada orang stres tadi bawa motor sembarangan, udah nyerempet, gak bertanggung jawab pula.” Jawab Amira seraya terus merengut.“Makanya tadi siang dengar-dengar ada adegan gendong-gendongan, ya?” celutuk Wati dengan diiringi senyuman menggoda.“Ih, apaan sih. Bang Hamzah tu, bikin malu aja!” gerutu Amira.“Lah, kan udah halal, ngapain mesti malu, lagian kan kakimu lagi sakit juga.” Ucap Wati membuat Amira semakin jengkel, karena terkesan membela Hamzah.“udah, ah. Aku mau tidur sini!”“Lo, kok, tidur sini, suamimu gimana?”“Biarin aja, jangan berisik, pokoknya aku tidur

  • Suamiku, Ustad Bucin   Cemburu

    Pov Author.Hamzah segera melangkah ke arah bangkar tempat istrinya sedang berbaring, saat dia melihat keadaan Amira ia terheran karena tidak menemukan ada sedikit pun perban atau anggota badan yang berdarah.“Kamu kenapa, Dek, apanya yang sakit?”Kedua teman Amira bergeser memberi ruang kepada Hamzah, tiba-tiba seorang pria muda dengan gaya anak kuliahan datang menghampiri mereka, pria itu adalah Rido yang masuk dengan membawa empat botol minuman kalengan serta camilan. Beruntung ruang instalasi gawat darurat sedang tidak terlalu ramai.Hamzah yang bertemu kembali dengan lelaki yang kemarin tampak akrab dengan istrinya, seketika darahnya memanas.Rido juga tak kalah canggung, dia belum mengetahui bahwa pria yang sedang di depannya itu adalah suami dari gadis yang dia sukai, siapa yang menyangka Amira menikah muda, saat kuliahnya baru semester dua.“Gak apa-apa kok, hanya kaki yang terkilir, jadi gak bisa dibawa jalan, kata Dokternya harus dikusuk.” Amira menjawab pertanyaan suaminya.

  • Suamiku, Ustad Bucin   Kecelakaan

    POV HamzahAku memegangi perutku, rasa lapar amat sangat yang kurasakan membawaku pulang. Ya, walau sebenarnya aku begitu malas untuk pulang ke rumah orang tuaku sendiri, sangat berbeda ketika masih ada Umi. Ah, aku jadi merindukan Umi.Setelah pulang tadi malam, aku langsung memakai barang yang dikasih Angga, aku tertidur sampai bangun juga kesiangan.Begitu sampai rumah ternyata rumahnya dalam keadaan kosong, tanpa satu orang pun di dalamnya, ini jauh lebih membuatku nyamanHal pertama yang kulakukan yaitu mendatangi meja makan, melihat menu yang sudah tersedia, segera kutuntaskan rasa lapar ini.Setelah selesai, aku masuk kamar, rebahan sambil lanjut scrol media sosial.Tiba-tiba ada suara seperti suara gesekan tudung saji dari arah meja makan, segera aku keluar kamar, mana tahu ada kucing yang hendak mengambil ikan, karena kan sering terjadi, kucing yang berusaha mencuri ikan dari meja makan orang.Rupanya dugaanku salah, bukanlah kucing melainkan Amira. Gadis yang sudah lama mond

  • Suamiku, Ustad Bucin   Berbuka puasa

    “Boleh aku minta hakku malam ini kan?”DegSerasa jantung seorang Amira lompat dari tempatnya.Degup jantungnya mulai bergenderang, aliran darah terasa semakin kencang, walau jauh-jauh hari ia sudah membayangkan akan ada hal seperti ini, tapi rasanya belum siap jika harus sekarang.Hamzah menunggu jawaban, matanya tak lepas dari wajah istrinya, memandang dalam sambil terus mendekat, membuat Amira reflek mundur hingga sudah mepet ke dinding belakang pintu.Lelaki itu terus saja melangkah hingga mengikis jarak di antara keduanya, Amira tak berani mengangkat wajahnya yang sudah merah itu, dalam benaknya menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.Suasana semakin tegang, Hamzah bagai singa yang siap menerkam mangsa yang sudah di depan mata, sementara Amira bak buruan yang akan dimangsa dan tak ada celah untuk melarikan diri.“Wajahmu kenapa merah seperti tomat gini?” ucap Hamzah yang diiringi senyuman.Amira tertegun, lantas mengangkat wajahnya, menatap wajah suaminya.“Aku mau mandi

  • Suamiku, Ustad Bucin   Meminta Hak

    “Lihat saja, cepat atau lambat kau akan kembali padaku, tidak akan tenang hidupmu bersama perempuan itu.”Pesan dari nomor tak dikenal berhasil membuat seorang Hamzah semakin frustrasi.Di tengah kekalutan pikiran, Hamzah tetap memaksa bekerja menggabungkan sejumlah angka di layar komputernya.“Hamzah, proyek dari PT. Manunggal deadline-nya besok, gimana perkembangannya, apa sudah selesai?”Seorang pria setengah baya bertanya sambil menduduki kursi disamping Hamzah.Hamzah yang tengah berusaha fokus, kaget dengan kehadiran pria yang merupakan bosnya.“Eh, ini lagi saya kerjakan, Bos. Nanti malam Insya Allah sudah siap.” Jawab Hamzah setelah menghentikan kegiatannya sejenak di layar komputer.“Oke, jika begitu kamu yang presentasi besok ya.”“Siap, Pak Bos.”“Ya sudah, amanlah ya.”Pak Bagas yang merupakan bos di PT. Angkasa Konsultan itu menepuk pundak Hamzah sebelum berlalu meninggalkan ruangan itu.Suami dari Amira itu kembali berkutat di layar komputernya, akan tetapi semakin susah

  • Suamiku, Ustad Bucin   Bertemu mantan

    Setelah suaminya pergi ke mesjid, Amira beranjak dari tempat tidur, ia mengendap-endap menuju pintu belakang, kembali ke asrama untuk bersiap-siap pergi kuliah, karena semua barang-barangnya masih di kamar lamanya.Usai bersiap-siap, gawai Amira berdering, Amira kembali terkaget ketika melihat 'Suamiku tampan' memanggil, seingatnya ia tidak pernah menyimpan nomor dengan nama tersebut“Apa jangan-jangan tadi malam dia mengutak-atik handphone ini ya. Ih, percaya diri banget ini orang.” Lirih Amira.Hingga panggilan kedua kalinya Amira baru menjawab.“Assalamu'alaikum.”“Wa ‘alaikumsalam.”“Katanya mau kuliah, ayo sarapan dulu sini.” Ujar Hamzah sesaat sebelum mematikan panggilan sepihak.Tidak sempat Amira mengajukan protes, panggilan sudah terputus, sehingga mau tidak mau dia harus masuk dan sarapan bersama.Begitu Amira muncul langsung di sapa oleh Umi Rubiah.“Amira, mau kuliah, ya. Ayo, sarapan dulu sini.”“Iya Umi.” Jawab Amira lirih.Ada rasa canggung yang amat sangat, mengingat d

DMCA.com Protection Status