Keesokan paginya, Alexa bangun lebih awal dan langsung menuju kamar mandi. Dengan perasaan campur aduk, ia mengambil salah satu dari enam alat tes kehamilan yang diberikan oleh Camila. Tangan Alexa sedikit gemetar saat membuka kemasannya. Setelah menggunakan alat tes tersebut, Alexa menunggu dengan cemas, sesekali melirik Nick yang masih tertidur lelap di tempat tidur. Sepuluh menit terasa seperti selamanya sebelum akhirnya ia melihat hasilnya, negatif. "Syukurlah," bisiknya dengan lega. Setidaknya untuk saat ini, Alexa belum hamil, dan ia masih memiliki waktu untuk menikmati kebersamaannya dengan Nick. Alexa membuang alat tes tersebut ke tempat sampah dan kembali ke tempat tidur. Ia berbaring di sebelah Nick, namun tidak untuk tidur lagi. Sebaliknya, ia menatap wajah tampan Nick yang tertidur lelap. Dulu, pria ini sangat mahir dalam mengancam sampai Alexa menjadi istrinya. Sekarang, Nick sangat mahir membuat Alexa mengerang sepanjang malam karena kegagahan dan keintimannya yang ta
"Itu tadi benar-benar memalukan. Apa kamu tidak pernah mengunci kamar dari dalam? Bagaimana kalau ibumu melihat kita saat ... ah sudahlah, aku sangat malu sampai tidak tahu harus menempatkan wajahku di mana," ucap Alexa sambil berjalan kesana kemari dengan gelisah.Sementara itu, Nick duduk santai di kursi kerjanya, memperhatikan Alexa dengan ekspresi tenang. "Setidaknya sisi positifnya ibu sudah tidak mengira kalau aku itu gay," katanya dengan santai.Alexa berhenti sejenak, menatap Nick dengan penuh kekesalan. "Kamu yang diuntungkan, tapi aku yang merasa malu. Oh astaga, itu benar-benar tidak bisa terbayangkan."Nick menopang sikunya di atas meja, menahan dagunya sambil terus memperhatikan Alexa yang terus mengomel. Entah mengapa, saat Alexa marah-marah seperti itu, Nick justru merasa Alexa terlihat lucu.Setiap kali Alexa mengoceh, Nick hanya tersenyum. Akhirnya, Alexa berhenti berbicara dan menatap Nick dengan tajam. Ia meraih satu kertas, menggulungnya, lalu memukul kepala Nick g
"Nick, apa yang kamu katakan dengan ayah tadi itu...,""Aku mengatakannya karena memang aku ingin mengatakan hal itu." jawab Nick yang kini tengah mengendarai mobil pulang.Alexa terdiam. Detak jantungnya masih berdetak lebih cepat dari biasanya karena Nick mengakuinya seperti seorang istri sungguhan. Walaupun itu sandiwara, setidaknya Alexa senang Nick mengucapkan kalimat tersebut.Sepanjang perjalanan, hanya sesekali terdengar percakapan. Ketika mereka sampai di rumah, Alexa turun dari mobil, namun langkahnya terhenti. Di depan rumah, dua orang tampak menunggu Nick."Mereka anak buahmu?" tanya Alexa sambil menutup pintu mobil."Kamu masuklah ke rumah, ini sudah terlalu malam. Aku yang akan bicara dengan mereka," kata Nick.Alexa mengangguk dan berjalan menuju rumah. Kedua pria tadi menghampiri Nick, dan setelah berbicara sebentar, Nick pergi bersama mereka. Alexa tidak tahu mereka akan pergi ke mana, tapi ini sudah jam sebelas malam. Mengapa tidak bisa besok saja?Namun hingga pagi
Suasana tegang begitu terasa. Nick tampak siap menghajar Juan saat itu juga. Dengan lembut, Alexa melepaskan tangan Juan yang memegangnya."Maaf, Juan. Kali ini aku tidak bisa berada di pihakmu. Aku tidak ingin terjadi keributan di antara kalian," ucap Alexa, kemudian memegang lengan Nick. "Ayo kita pergi."Nick masih tampak marah, namun Alexa memaksa agar Nick tidak menoleh lagi ke arah Juan. Ia khawatir mereka akan berkelahi di tempat itu dan menimbulkan masalah baru yang akan beredar luas di luar sana."Alexa, aku sudah menunggumu dari tadi, kau dari mana sa... ja." Lena terdiam, seketika menunduk melihat Alexa keluar dari dalam lift bersama Nick."Lena, kamu bisa mengendarai mobil?" tanya Alexa.Lena mengangguk. Alexa pun memberikan kunci mobilnya. "Kamu kembalilah ke toko sendiri, aku akan menyusulmu nanti." ucap Alexa. Lena tidak banyak bicara dan langsung pergi ketika melihat wajah Nick yang seperti ingin menerkam siapa saja di depannya.Melihat itu, Alexa menghela napas dalam-
Alexa duduk di sofa, memperhatikan Nick yang baru turun dari tangga menuju meja makan. Saat Nick berbalik dan kembali menuju ruangannya, tatapan Alexa terus mengikuti setiap langkah pria itu."Pria seperti itu menyukaiku? Benarkah?" batin Alexa. Ia tidak bisa mempercayai ucapan Lena siang tadi bahwa Nick menunjukkan kecemburuannya karena dia telah jatuh cinta.Alexa langsung menggelengkan kepala, itu tidak mungkin. Ia masih menyangkal hal tersebut, dan kini Alexa memilih naik ke lantai dua untuk mengenal lebih banyak jenis bunga lewat internet. Namun, di depan pintu kamar, Alexa terdiam melihat Nick keluar dari ruang kerjanya sambil menatap layar ponsel. Pria itu belum menyadari bahwa Alexa memperhatikannya sampai ia menyimpan ponsel dan menoleh, membuat tatapan mereka bertemu.Kedua alis Nick terangkat tinggi, ia berbalik karena mengira ada sesuatu di belakangnya. "Ada apa menatapku seperti itu? Kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanyanya.Alexa menggeleng, tanpa mengatakan apapun ia m
Alexa dibuat mengerang sepanjang permainan mereka, setiap sentuhan dan hentakan yang Nick berikan menghantarkan sesuatu yang tidak bisa Alexa bendung. Suaranya beradu jadi satu di setiap hentakan yang mengguncang tubuhnya.Nick begitu mahir melakukannya, apa sebelum dirinya pria ini pernah bermain dengan wanita? Kalau dilihat dari pergaulan orang di kota yang Alexa ketahui, tidak mungkin Nick tak pernah berhubungan seksual dengan wanita sebelumnya, terlebih sekarang Nick sudah berusia tiga puluh satu tahun.Tapi membayangkan Nick pernah bersama wanita lain hingga semahir ini, mengapa membuat Alexa merasa hatinya sakit?Setelah cukup lama, Nick menarik dirinya kemudian menggendong Alexa menuju kamar mereka. Tangan Alexa membelai wajah Nick, dan saat perjalanan menuju kamar, Alexa justru ketiduran."Padahal aku belum selesai," gumam Nick, ia membaringkan Alexa perlahan ke tempat tidur hingga tak lupa menyelimutinya.Nick lantas menatap wajah Alexa, dengan lembut Nick meninggalkan ciuman
"Dimana pria itu?" seru Sergei menerobos masuk ke dalam ruang kerja Nick, tidak peduli kalau sekretaris dan juga seorang security mencoba menahannya gara tidak masuk ke dalam ruangan.Pintu terbuka lebar, dan Nick berdiri di ambang pintu melihat Sergei yang tampak marah. Akhirnya, Nick memberikan izin agar Sergei tidak membuat keributan di kantornya.Sergei melangkah masuk dengan tatapan tajam. Pintu ditutup kembali, dan Nick menghampiri Sergei yang jelas-jelas ingin melampiaskan kemarahannya. Sergei mencengkeram baju Nick, namun Nick tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh ancaman tersebut."Sebaiknya kamu berhenti, Nick. Kau tidak tau apa-apa, jadi jangan ikut campur ke dalam masalahku."Nick menaikkan alisnya dan tersenyum mengejek. "Aku belum bertindak jauh, dan kau sudah khawatir aku bisa menghancurkannya?" Nick mendorong Sergei hingga mundur."Apa tadi kau bilang aku tidak tahu apa-apa? Lucu sekali, karena aku tahu rencana busuk apa yang selalu ada di kepalamu. Ah, dan aku juga
Plakk!!Tamparan keras mendarat di sisi wajah Alexa, tubuhnya sempat kaget menerima tamparan tersebut, tapi lebih kaget lagi karena yang menamparnya adalah Laura. Jadi wanita ini yang menculiknya?"Bisa-bisanya wanita murahan sepertimu bisa melebihi diriku. Aku tidak akan membiarkannya!"Alexa masih diam, rasa perih dari tamparan Laura barusan masih belum hilang. Kali ini, Alexa dengan berani menatap balik Laura. Sudah cukup, ia sudah lelah dipandang rendah oleh perempuan di depannya ini.Dulu, Alexa masih sangat ingat bagaimana ia bisa berteman dengan Laura. Padahal Laura dulu bukan siapa-siapa, Alexa mau berteman dengan Laura karena pada awal mereka bertemu saat itu Laura dijauhi oleh teman-temannya.Sekarang Alexa mulai membuka pikirannya, ia tau alasan mengapa dulu Laura diasingkan oleh temannya."Harusnya kau berkaca, Laura. Siapa yang wanita murahan disini!" balas Alexa.Tangan Laura terangkat untuk menampar Alexa kembali, tapi dengan cepat tangan Alexa menangkisnya. "Kamu pikir
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan