Share

Part 89

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Andita membuang muka menghindari tatapanku. Apa ini saatnya dia jujur bahwa sebenarnya dia menyimpan rasa kepadaku seperti apa yang dikatakan oleh Ibu?

Ah, jangan terlalu gede rasa, Bram.

“Maaf, Pak. Saya mau beres-beres barang yang baru datang. Permisi!” Dia beranjak dari duduknya, membuatku spontan mencekal lengannya.

Andita menatap wajahku kaget. Hingga tanpa sengaja pandangan kami salin berserobok.

“Duduk dulu, An. Saya belum selesai bicara sama kamu,” lirihku dan segera dituruti oleh wanita berparas cantik itu.

“Memangnya ada apa lagi, Pak?” Dia menatapku canggung.

Aku mengangkat kedua ujung bibir.

“Saya penasaran, kepingin tahu siapa wanita yang mencintai saya. Mau saya lamar!” godaku.

“Ba–Bapak serius?”

“Iya, serius.”

Andita menggigit bibir bawahnya yang terlihat gemetar. Aku terkekeh melihat ekspresinya itu. Lucu, lugu, menggemaskan.

“Noh, kan. Bapak belum apa-apa sudah tertawa. Pak Bram mah nggak asyik!” rutuknya sambil memonyongkan bibir manja.

Aku menatap lamat-lamat wajah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Harsa Amerta Nawasena
Mau mencari sawi di rumah Ummiknya Gus Azmi, Mayla
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 90

    “Maa syaa Allah, Habibi qolbi. Kenapa malah menangis? Apa Mas menyakiti perasaan kamu? Dan, untuk apa kamu minta maaf?” Dia mengangkat daguku, mengusap air mata yang terus saja berlomba-lomba meluncur dari kedua sudut netra dengan ujung-ujung jarinya.Aku menghambur ke dalam pelukannya. Merengkuh tubuhnya yang terasa lebih berisi dengan erat, menumpahkan kembali air mata yang tidak jua bisa aku bendung.“Jangan tinggalkan aku ya, Mas,” ucapku lagi.Gus Azmi mengangkat wajahku yang kubenamkan di dada bidangnya. Entah mengapa perasaanku semakin kesini semakin sensitif. Mudah sekali terbawa perasaan, merasa takut kembali ditinggalkan oleh orang yang aku cintai.Sebab, selama enam bulan menikah dengan guru ngaji putraku, perlahan tetapi pasti cinta itu menelusup ke dalam hati, terpatri erat dalam sanubari. Bagiku, tidak begitu sulit untuk mencintai seorang Gus Azmi. Lelaki penuh dengan kelembutan, kasih sayang serta kesabaran yang tiada habis-habisnya.Dia tidak pernah berkata kasar ataup

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 91

    Kebiasaan, main gendong-gendong saja tanpa memberi kode atau aba-aba. ‘Kan, aku kaget jadinya.“Memangnya nggak berat gendong adek, Mas?” tanyaku seraya mengalungkan tangan di leher Gus Azmi. Takut dia tidak kuat menopang tubuhku yang semakin menggendut akhir-akhir ini. Berat badan saja sudah naik lima kilo, padahal usia kehamilan masih sangat muda. Tidak bisa dibayangkan jika sudah hamil tua nanti.Gus Azmi merebahkan tubuhku perlahan di atas pembaringan, menatap intens wajahku sambil sesekali menyunggingkan bibir tipisnya.“Sebenarnya kamu itu berat sekali loh, Dek. Tapi, Mas seneng karena Allah masih memberikan tenaga kepada Mas untuk meggendong wanita yang Mas cintai.” Dia berujar pelan.Gus Azmi berbaring miring di sebelahku, dengan satu tangan menopang kepala, sementara tangan yang satunya terus saja mengusap-usap perut gendutku.“Dek Mayla tambah cantik sekarang. Semenjak hamil, auranya itu berbeda. Lebih terlihat memesona, bikin Mas tambah dek-dekan kalau sedang bersama Adek!”

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 92

    “Silakan keluar dari tempat ini jika kamu hanya ingin membuat onar. Aku tidak mau menerima tamu laki-laki pecundang seperti kamu, Mas!” usirku murka.“Sombong sekali kamu, Mayla.” Dia mengangkat satu ujung bibir.“Aku datang ke sini bukan untuk menemui kamu. Tapi menemui anakku. Raihan!”Aku beranjak dari duduk. Berjalan terburu-buru keluar, mencari Raihan di lapangan karena kata para santri dia sedang bermain bola. Biarpun Mas Ibnu selalu menyakiti hatiku juga tidak pernah menganggap kami ada, tapi dia tetap ayah biologisnya Raihan. Masih memiliki hak untuk bertemu dengan sang anak.Dengan berjalan setengah berlari malaikat kecilku itu menghampiri. Menyalami serta mencium punggung tanganku, diikuti oleh santri-santri lainnya yang sedang bermain dengannya.“Ada Papa. Ayo temui beliau,” ucapku pelan, sembari mengusap keringat yang menitik di dahi Raihan menggunakan telapak tangan.“Iya, Ma.” Putraku mengangguk dan langsung berjalan mengikutiku.“Kamu jangan terlalu capek, Rei. Kaki kam

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 93

    Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sembilan malam. Mas Ibnu belum juga datang mengantar Raihan pulang ke rumah, membuat hatiku kian dilanda gelisah. Takut dia membawa Raihan menjauh dariku.“Mas, kok Raihan belum pulang juga ya?” tanyaku seraya duduk di sebelah Gus Azmi dan menyandarkan kepala di bahu pria bertubuh tegap itu.“Mungkin masih diajak muter-muter sama Papanya. Kamu yang tenang dong, sayang ....” Dengan lembut dia membelai rambutku yang tergerai.“Gimana aku mau tenang kalau begini, Mas. Njenengan juga sih, pake ngizinin Mas Ibnu bawa Raihan!” sungutku mulai sedikit emosi.“Mas minta maaf.”Aku mendengkus kesal.Beranjak dari sofa, pindah ke dalam kamar karena kaki serta kepalaku mulai terasa sakit.Mengambil minyak kayu putih yang tergeletak di bawah bantal, menuangkannya di telapak tangan kemudian membalurkannya di betis serta paha yang terasa ngilu.“Sini, Dek. Biar Mas saja yang pijat kakinya.” Gus Azmi mengambil minyak kayu putih dari tanganku, meletakkan kedua

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 94

    “Ya Allah, Sayang. Kenapa kamu keluar? Ini sudah malam, loh.” Mata teduh si pemilik rahang tegas tidak lepas dari wajahku. Aku lihat ada sorot kecewa juga marah di dalam netranya, yang berusaha dia sembunyikan dariku.“Jangan pergi. Jangan tinggalkan Adek, Mas. Adek minta maaf!”“Sayang, dengerin Mas. Mas mau nyari Raihan dulu. Mas mau buktiin ke Adek, kalau Mas juga sangat menyayangi Raihan putra kita!” Dia membingkai wajahku dengan kedua telapak tangan.“Adek ikut!”Gus Azmi mendesah berat.“Kamu itu sedang mengandung, Dek. Nggak mungkin Mas bawa kamu muter-muter cari Raihan, sementara kita saja belum tahu ke mana Mas Ibnu membawa putra kita pergi.”“Pokoknya Adek ikut!” Menggamit tangan Gus Azmi dengan erat.Pria berjaket hitam itu menyentak napas. Sepertinya dia sudah mulai terbakar emosi menghadapi kelakuanku.“Dek, Kalau kamu ikut, bisa bahaya buat calon anak kita. Apa kamu juga tidak pernah memikirkan keselamatan calon anak-anak kita, Dek!” Terdengar ada emosi yang tertahan dar

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 95

    Tidak lama kemudian datang seorang dokter laki-laki bersama dua orang perawat. Mereka terlihat sibuk dengan tugas masing-masing. Satu orang perawat memasangkan infus di tangan, sedang yang satunya lagi membantu dokter menyiapkan alat yang entah apa namanya aku tidak tahu.Sebenarnya sedikit merasa kurang nyaman karena harus ditangani oleh dokter laki-laki. Tetapi keadaannya sudah gawat darurat. Dan kata pihak rumah sakit, hanya ada dokter laki-laki yang sedang berjaga pagi ini. Itupun sudah hampir pulang setelah selesai membantu persalinan.Dokter menyuruhku melipat kaki dan membukanya lebar-lebar, persis seperti orang mau melahirkan. Aku hanya bisa pasrah. Pun dengan suami yanh sejak tadi terlihat begitu gelisah.“Ambil kasa, Lin!” Terdengar dokter berkacamata itu memerintah salah seorang asistennya.“Ini ada kontraksi ya, Bu, Pak. Sama keluar flek sedikit,” terang dokter seraya terus memeriksa.“Apa yang Ibu rasakan saat ini? Apa perut bagian bawah Ibu terasa kencang?” Dia bertanya

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 96

    POV Gus Azmi Menatap lamat-lamat wajah istri yang terbaring di atas ranjang sambil menggenggam jemarinya. Rasanya sedih sekali melihat dia seperti ini. Meringis kesakitan, bahkan sekarang tidak bisa bergerak bebas. Aku menyesal karena telah membuat dirinya bersedih. Menitikkan air mata, hingga dia mengalami kontraksi karena terlalu banyak pikiran juga kelelahan. Aku suami lalai. Tidak bisa menjaga istri serta calon bayi kembarku yang ada si dalam rahim belahan jiwaku. ‘May. Kamu tenang saja. Aku juga sudah menganggap Raihan seperti anak aku sendiri. Kamu hati-hati di situ. Jaga kesehatan dan jangan telat makan. Nanti mag kamu kambuh.’ Ah, kenapa kata-kata Mas Bram tadi terus saja terngiang di telinga, menghadirkan rasa sesak di dalam dada, karena sepertinya laki-laki berambut panjang itu masih begitu memperhatikan Dek Mayla. Apa cintanya kepada istriku masih begitu besar, tidak luntur sedikit pun walaupun dia tahu statusnya sekarang ini adalah milikku? Cemburu? Itu pasti. Takut

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 97

    Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh jam, akhirnya sampai juga di depan toko bunga milik Mas Abraham. Ada perasaan bersalah menelusup ke dalam hati saat melihat pria berambut panjang itu sedang duduk termenung sendiri di depan toko, sebab aku telah merebut wanita yang teramat dia cinta.Namun, semua itu sudah suratan takdir dari Sang Pemilik Hati. Aku harus bersyukur serta berterima kasih karena dia telah menjaga jodohku.“Assalamualaikum, Mas!” sapaku pelan.“Waalaikumussalam. Maa syaa Allah. Njenengan sudah sampai, Gus?” Dia menjawab ramah. Akan tetapi, ada yang berbeda dari sorot matanya. Aku lihat ada luka begitu dalam di dasar sana.“Dari sana jam berapa, Gus? Bagaimana kabar Mayla? Kangen saya sama anak itu.”Astaghfirullah...Rasa cemburu kembali menyayat-nyayat kalbu. Kenapa Mas Abraham tetap saja tidak bisa melupakan Dek Mayla. Tidakkah dia tahu perasaanku seperti apa jika dia menyebut namanya dan mengucap kata rindu?Allahu Akbar...Mengambil napas dalam-dalam, menepis

Latest chapter

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 110 (Ending)

    Abraham terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. “Kamu itu sekarang istrinya Mas, An. Nggak apa-apa kali Mas liat aurat kamu!” “Tapi, Mas. Aku malu.” Lagi. Pria bertubuh tegap serta berambut panjang itu tertawa nyaring. “Udah, buruan keluar. Mas kebelet!” Menggedor-gedor pintu. Pelan-pelan Andita membuka pintu, menyilang tangan di depan dada kemudian berjalan gemetar melewati suaminya. “Lama!” Abraham menjawil pipi sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi. Belum juga mengenakan pakaian, Andita kembali dibuat kaget oleh suaminya yang tiba-tiba sudah terlihat dalam pantulan cermin. Wajah wanita itu bersemu merah ketika merasa sedang diperhatikan oleh Abraham, sebab ini kali pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki, dengan keadaan seperti ini pula. Buru-buru Andita membuka tasnya, mengambil sepotong gamis dan segera mengenakannya. “Di lemari banyak baju, An. Ibu sengaja beliin buat menantu kesayangannya. Kamu pakai baju pemberian Ibu saja!” titah Abraham seraya mend

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 109

    “Saya terima nikah dan kawinnya Andita Putri binti Bapak Yusuf, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Dengan sekali tarikan napas Abraham mengucap janji suci di hadapan Allah, mengambil alih tanggung jawab serta dosa Andita ke pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap ‘sah’ diiringi lelehan air mata Yusuf—ayah Andita. Laki-laki berusia empat puluh enam tahun itu merasa begitu bersyukur karena akhirnya sang anak dipersunting oleh seorang laki-laki yang paham agama, baik, mapan pula. Rasanya bagaikan mimpi bisa menikahkan anaknya dengan orang yang kastanya lebih tinggi darinya, tetapi mau menerima Andita apa adanya.Tidak lama kemudian Andita keluar menemui laki-laki yang kini sudah menyandang gelar sebagai suami, menyalami serta mencium punggung tangannya dengan khidmat.Tangan Abraham terlihat begitu gemetar ketika untuk pertama kalinya bersentuhan begitu lama dengan seorang wanita. Dia terus menatap Andita yang terlihat begitu cantik memesona dengan kebaya putih melekat di

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 108

    Dia kemudian kembali membawa istrinya ke rumah sakit menuruti saran bidan, walaupun ada sedikit rasa kesal dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Demi anak yang ada dalam rahim Lusi, supaya dia selamat dan mendapatkan kesempatan menatap dunia ini.***Sesampainya di rumah sakit. Lusi segera mendapatkan penanganan dan segera dibawa masuk ke ruangan khusus sebelum menjalani operasi sectio caesarea.Wajah Ibnu mulai menegang serta ketakutan. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan menyelamatkan istri serta calon anaknya.Lampu indikator menyala. Pertanda tindak operasi sudah dimulai dan beberapa menit lagi bisa melihat calon anak yang sudah ditunggu selama tujuh bulan lebih ini.Tidak lama kemudian, seorang dokter anak keluar mendorong sebuah boks bayi dengan raut wajah mendung. Dia menghampiri Ibnu yang sedang duduk terpekur di kursi tunggu dan menyuruh ayah dari bayi yang baru saja dilahirkan untuk segera mangazani anaknya.“Astaghfirullahaladzim!” Ibnu beringsut mundur saat melihat keadaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 107

    POV Author.Ibnu duduk sambil meremas rambutnya frustrasi. Berkali-kali dia mencoba membuka usaha, akan tetapi hingga uang yang dia pinta kepada Mayla, uang hak Raihan putranya habis tapi tidak ada satu usahanya pun yang berkembang. Semuanya bangkrut tidak menyisakan apa-apa selain hutang yang kian menumpuk di bank.“Mas, bagi duit dong!” Lusi—istrinya menghampiri seraya menodongkan tangan.Ya. Ibnu dan Lusi sudah menikah. Mereka sengaja pindah tempat tinggal jauh dari orang-orang yang mengenali mereka dan kemudian melangsungkan pernikahan secara siri. Sebab di kota kelahiran mereka, tidak ada satu ustaz pun yang mau menikahkan karena mereka masih ada hubungan darah.Pun ketika di Jakarta dan di komplek tempat tinggal mereka. Pak RT serta ustaz yang diminta untuk menikahkan selalu saja menolak. Mereka tidak berani melanggar peraturan agama sebab Lusi adalah keponakan Ibnu sendiri dan masih ada garis keturunan nasab di antara mereka berdua.“Kamu itu minta duit melulu, Lus. Nggak tahu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 106

    “Kalau sakit bilang ya, Bu.” Dokter berujar lagi sambil terus menatap teman sejawatnya yang berada di balik tirai.Suara dentingan alat medis saling beradu mendominasi ruangan. Para dokter dan perawat asyik berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan aku kurang paham. Sementara diriku, masih saja dalam suasana ketegangan, walaupun tidak setakut saat baru masuk ke ruangan ini.Aku menghela napas panjang, menepis rasa itu jauh-jauh sambil membaca semua doa yang aku bisa. Hingga akhirnya merasa dada ini seperti sedang diimpit benda berat, sesak, hampir tidak bisa bernapas kemudian ucapan hamdalah diserukan oleh para dokter di ruang operasi.“Baby boy sudah keluar satu ya, Bu.” Dokter anestesi yang sedang memperhatikan teman-temannya berkata.“Alhamdulillah ....” responsku sembari menitikkan air mata yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Bahagia karena akhirnya salah satu anak kembarku sudah lahir ke dunia ini.Suara tangis jagoan kecilku bagai menyulap rasa yang sedang bertengger d

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 105

    “Sayang, lagi ngapain?” Menoleh ke sumber suara sambil menerbitkan senyuman di bibir.“Nggak ngapa-ngapain, Mas. Cuma lagi kepanasan saja!” jawabku singkat.“Oh, istrinya Mas gerah?” Dia melenggang ke ruang tengah dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan kipas anyaman bambu di tangannya. Orang Tegal biasa menyebutnya ilir.“Sini Mas kipasin biar nggak kegerahan!” Gus Azmi segera duduk di sebelahku, membiarkan tubuh gemukku bersandar di tubuhnya lalu dengan cekatan mengipasi tubuh ini yang sudah basah oleh keringat.“Pinggang Adek juga sakit, Mas. Kaki rasanya ngilu semua. Pokoke nikmat.....banget rasanya, Mas.” Bukannya mengeluh kepada Tuhan, tapi hanya ingin suami tahu apa yang sedang aku rasa saat ini. Supaya dia tambah sayang dan perhatian kepada diriku.“Sabar ya, Sayang. Dua bulan lagi dedeknya lahir. Terima kasih ya, Dek, karena sudah mau menjadi Ibu dari anak-anaknya Mas.” Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi.Segera kurebahkan tubuh di atas sofa, dengan paha suami sebagai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

DMCA.com Protection Status