Share

Part 96

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
POV Gus Azmi

Menatap lamat-lamat wajah istri yang terbaring di atas ranjang sambil menggenggam jemarinya. Rasanya sedih sekali melihat dia seperti ini. Meringis kesakitan, bahkan sekarang tidak bisa bergerak bebas.

Aku menyesal karena telah membuat dirinya bersedih. Menitikkan air mata, hingga dia mengalami kontraksi karena terlalu banyak pikiran juga kelelahan.

Aku suami lalai. Tidak bisa menjaga istri serta calon bayi kembarku yang ada si dalam rahim belahan jiwaku.

‘May. Kamu tenang saja. Aku juga sudah menganggap Raihan seperti anak aku sendiri. Kamu hati-hati di situ. Jaga kesehatan dan jangan telat makan. Nanti mag kamu kambuh.’

Ah, kenapa kata-kata Mas Bram tadi terus saja terngiang di telinga, menghadirkan rasa sesak di dalam dada, karena sepertinya laki-laki berambut panjang itu masih begitu memperhatikan Dek Mayla. Apa cintanya kepada istriku masih begitu besar, tidak luntur sedikit pun walaupun dia tahu statusnya sekarang ini adalah milikku?

Cemburu? Itu pasti. Takut
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 97

    Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh jam, akhirnya sampai juga di depan toko bunga milik Mas Abraham. Ada perasaan bersalah menelusup ke dalam hati saat melihat pria berambut panjang itu sedang duduk termenung sendiri di depan toko, sebab aku telah merebut wanita yang teramat dia cinta.Namun, semua itu sudah suratan takdir dari Sang Pemilik Hati. Aku harus bersyukur serta berterima kasih karena dia telah menjaga jodohku.“Assalamualaikum, Mas!” sapaku pelan.“Waalaikumussalam. Maa syaa Allah. Njenengan sudah sampai, Gus?” Dia menjawab ramah. Akan tetapi, ada yang berbeda dari sorot matanya. Aku lihat ada luka begitu dalam di dasar sana.“Dari sana jam berapa, Gus? Bagaimana kabar Mayla? Kangen saya sama anak itu.”Astaghfirullah...Rasa cemburu kembali menyayat-nyayat kalbu. Kenapa Mas Abraham tetap saja tidak bisa melupakan Dek Mayla. Tidakkah dia tahu perasaanku seperti apa jika dia menyebut namanya dan mengucap kata rindu?Allahu Akbar...Mengambil napas dalam-dalam, menepis

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 98

    “Njenengan yakin nggak kenapa-kenapa, Gus?” Mas Abraham kembali bertanya.“Insya Allah tidak apa-apa, Mas. Cuma pusing sedikit!” jawabku seraya menoleh ke arah Mas Abraham yang sedang fokus mengemudi.“Saya jadi nggak enak sama njenengan. Gara-gara saya tidak fokus menyetir, njenengan malah jadi korban.”“Apa sampean masih mencintai Dek Mayla, Mas?” Memberanikan diri untuk bertanya.Hening. Hanya suara derum mesin kendaraan serta suara napas berat Mas Abraham yang terdengar.Sekali lagi menoleh menatap wajahnya, dan lelaki berambut panjang itu masih duduk dalam mode yang sama. Tetap fokus mengemudi tanpa menghiraukan pertanyaan dariku.Tidak apalah. Mungkin dia merasa sungkan jika mengakui perasaan yang sebenarnya. Aku anggap diamnya itu sebagai jawaban tidak. Dan semoga saja benar adanya. Mas Abraham sudah benar-benar melupakan Dek Mayla serta menepis rasa cinta yang bertakhta di sanubari.“Sudah sampai, Gus!” ucap Mas Abraham pelan, memecah keheningan.Aku menatap sebuah rumah berga

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 99

    Pelan-pelan kuteguk air putih yang ada di tangan, walaupun tenggorokan ini rasanya begitu sulit untuk menelan.Takut. Begitu khawatir jika doa Mas Abraham didengar oleh Allah dan Yang Maha Kuasa memisahkan aku dengan Dek Mayla.Astaghfirullahaladzim...Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil adziimi...Meletakkan gelas di atas meja. Berjalan terhuyung menuju kamar kemudian lekas menggelar sajadah, bertafakur diri memohon supaya Tuhan tidak mengabulkan doa-doa lelaki berambut gondrong itu.Aku sudah terlalu lama menunggu agar bisa bersatu dengan Dek Mayla. Aku juga sangat mencintai perempuan bermanik coklat itu, dan tidak akan sanggup jika harus dipisahkan dengannya.Mengusap wajah perlahan, bertilawah sebentar sambil menunggu azan Subuh berkumandang, agar hati serta pikiran terasa tenteram.“Assalamualaikum!” Tok! Tok! Tok!Terdengar suara Mas Abraham mengetuk pintu seraya mengucap salam. Gegas beranjak bangun dari atas sajadah, membuka pintu untuk tuan rumah yang sedang aku

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 100

    “Ya sudah. Semoga saja Mas segera bertemu dengan Mas Ibnu dan bisa membawa Raihan kembali. Aku sudah kangen banget sama dia. Dedek bayi perut juga sudah kangen sama Abinya,” ucapnya dengan manja.Aku melirik ke arah Mas Bram yang terus saja memperhatikan. Berusaha bersikap biasa kepada Dek Mayla, tidak ingin menunjukkan kemesraan si depan pria berambut gondrong tersebut demi menjaga perasaannya.“Ya sudah, Dek. Mas maem dulu, ya. Adek juga jangan lupa maem, istirahat yang cukup, jangan mikir yang berat-berat. Jangan lupa juga minum vitamin sama susu hamilnya ya sayang.”“Iya, Mas. Mas juga hati-hati di Jakarta. Assalamualaikum!”“Waalaikumussalam!” menekan tombol merah lalu meletakan kembali ponselku di atas meja.Sesaat suasana menjadi hening. Mas Abraham terus saja menatap ke luar jendela, seperti sedang menyembunyikan perasaannya yang pasti terbakar cemburu melihatku sudah bahagia dengan istri.Maafkan saya, Mas Bram. Bukan maksud memanas-manasi, tapi kalau Dek Mayla menghubungi da

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 101

    Astagfirullah ....Aku tidak boleh berprasangka buruk terhadap dia. Mas Abraham tidak mungkin mempunyai pemikiran sejahat itu. Dia datang ke tempat kerjanya Mas Ibnu, pasti juga sedang mencari informasi tentang keberadaan putraku.Perlahan-lahan mobil hitam yang selalu dibawa ke mana-mana oleh Mas Abraham berjalan menjauh dari parkiran. Aku segera masuk ke dalam gedung itu, mencari informasi tentang Mas Ibnu dan ternyata tidak ada satu orang pun yang tahu di mana dia tinggal sekarang.Aku hampir saja putus asa karena tidak jua menemukan titik terang di mana Raihan berada.Baru saja hendak menstater motor, ponsel di dalam tas tiba-tiba bergetar. Ada panggilan masuk, dari Mas Abraham. Lekas kugeser tombol hijau, penasaran karena tiba-tiba dia menghubungiku.“Assalamualaikum. Ada apa, Mas?” sapaku kepada lawan bicara yang ada di seberang sana.“Waalaikumussalam, Gus. Saya sudah menemukan Raihan. Njenengan segera datang ke mal Taman Anggrek. Saya menemukan dia sedang bersama Mas Ibnu. Tap

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

Bab terbaru

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 110 (Ending)

    Abraham terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. “Kamu itu sekarang istrinya Mas, An. Nggak apa-apa kali Mas liat aurat kamu!” “Tapi, Mas. Aku malu.” Lagi. Pria bertubuh tegap serta berambut panjang itu tertawa nyaring. “Udah, buruan keluar. Mas kebelet!” Menggedor-gedor pintu. Pelan-pelan Andita membuka pintu, menyilang tangan di depan dada kemudian berjalan gemetar melewati suaminya. “Lama!” Abraham menjawil pipi sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi. Belum juga mengenakan pakaian, Andita kembali dibuat kaget oleh suaminya yang tiba-tiba sudah terlihat dalam pantulan cermin. Wajah wanita itu bersemu merah ketika merasa sedang diperhatikan oleh Abraham, sebab ini kali pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki, dengan keadaan seperti ini pula. Buru-buru Andita membuka tasnya, mengambil sepotong gamis dan segera mengenakannya. “Di lemari banyak baju, An. Ibu sengaja beliin buat menantu kesayangannya. Kamu pakai baju pemberian Ibu saja!” titah Abraham seraya mend

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 109

    “Saya terima nikah dan kawinnya Andita Putri binti Bapak Yusuf, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Dengan sekali tarikan napas Abraham mengucap janji suci di hadapan Allah, mengambil alih tanggung jawab serta dosa Andita ke pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap ‘sah’ diiringi lelehan air mata Yusuf—ayah Andita. Laki-laki berusia empat puluh enam tahun itu merasa begitu bersyukur karena akhirnya sang anak dipersunting oleh seorang laki-laki yang paham agama, baik, mapan pula. Rasanya bagaikan mimpi bisa menikahkan anaknya dengan orang yang kastanya lebih tinggi darinya, tetapi mau menerima Andita apa adanya.Tidak lama kemudian Andita keluar menemui laki-laki yang kini sudah menyandang gelar sebagai suami, menyalami serta mencium punggung tangannya dengan khidmat.Tangan Abraham terlihat begitu gemetar ketika untuk pertama kalinya bersentuhan begitu lama dengan seorang wanita. Dia terus menatap Andita yang terlihat begitu cantik memesona dengan kebaya putih melekat di

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 108

    Dia kemudian kembali membawa istrinya ke rumah sakit menuruti saran bidan, walaupun ada sedikit rasa kesal dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Demi anak yang ada dalam rahim Lusi, supaya dia selamat dan mendapatkan kesempatan menatap dunia ini.***Sesampainya di rumah sakit. Lusi segera mendapatkan penanganan dan segera dibawa masuk ke ruangan khusus sebelum menjalani operasi sectio caesarea.Wajah Ibnu mulai menegang serta ketakutan. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan menyelamatkan istri serta calon anaknya.Lampu indikator menyala. Pertanda tindak operasi sudah dimulai dan beberapa menit lagi bisa melihat calon anak yang sudah ditunggu selama tujuh bulan lebih ini.Tidak lama kemudian, seorang dokter anak keluar mendorong sebuah boks bayi dengan raut wajah mendung. Dia menghampiri Ibnu yang sedang duduk terpekur di kursi tunggu dan menyuruh ayah dari bayi yang baru saja dilahirkan untuk segera mangazani anaknya.“Astaghfirullahaladzim!” Ibnu beringsut mundur saat melihat keadaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 107

    POV Author.Ibnu duduk sambil meremas rambutnya frustrasi. Berkali-kali dia mencoba membuka usaha, akan tetapi hingga uang yang dia pinta kepada Mayla, uang hak Raihan putranya habis tapi tidak ada satu usahanya pun yang berkembang. Semuanya bangkrut tidak menyisakan apa-apa selain hutang yang kian menumpuk di bank.“Mas, bagi duit dong!” Lusi—istrinya menghampiri seraya menodongkan tangan.Ya. Ibnu dan Lusi sudah menikah. Mereka sengaja pindah tempat tinggal jauh dari orang-orang yang mengenali mereka dan kemudian melangsungkan pernikahan secara siri. Sebab di kota kelahiran mereka, tidak ada satu ustaz pun yang mau menikahkan karena mereka masih ada hubungan darah.Pun ketika di Jakarta dan di komplek tempat tinggal mereka. Pak RT serta ustaz yang diminta untuk menikahkan selalu saja menolak. Mereka tidak berani melanggar peraturan agama sebab Lusi adalah keponakan Ibnu sendiri dan masih ada garis keturunan nasab di antara mereka berdua.“Kamu itu minta duit melulu, Lus. Nggak tahu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 106

    “Kalau sakit bilang ya, Bu.” Dokter berujar lagi sambil terus menatap teman sejawatnya yang berada di balik tirai.Suara dentingan alat medis saling beradu mendominasi ruangan. Para dokter dan perawat asyik berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan aku kurang paham. Sementara diriku, masih saja dalam suasana ketegangan, walaupun tidak setakut saat baru masuk ke ruangan ini.Aku menghela napas panjang, menepis rasa itu jauh-jauh sambil membaca semua doa yang aku bisa. Hingga akhirnya merasa dada ini seperti sedang diimpit benda berat, sesak, hampir tidak bisa bernapas kemudian ucapan hamdalah diserukan oleh para dokter di ruang operasi.“Baby boy sudah keluar satu ya, Bu.” Dokter anestesi yang sedang memperhatikan teman-temannya berkata.“Alhamdulillah ....” responsku sembari menitikkan air mata yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Bahagia karena akhirnya salah satu anak kembarku sudah lahir ke dunia ini.Suara tangis jagoan kecilku bagai menyulap rasa yang sedang bertengger d

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 105

    “Sayang, lagi ngapain?” Menoleh ke sumber suara sambil menerbitkan senyuman di bibir.“Nggak ngapa-ngapain, Mas. Cuma lagi kepanasan saja!” jawabku singkat.“Oh, istrinya Mas gerah?” Dia melenggang ke ruang tengah dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan kipas anyaman bambu di tangannya. Orang Tegal biasa menyebutnya ilir.“Sini Mas kipasin biar nggak kegerahan!” Gus Azmi segera duduk di sebelahku, membiarkan tubuh gemukku bersandar di tubuhnya lalu dengan cekatan mengipasi tubuh ini yang sudah basah oleh keringat.“Pinggang Adek juga sakit, Mas. Kaki rasanya ngilu semua. Pokoke nikmat.....banget rasanya, Mas.” Bukannya mengeluh kepada Tuhan, tapi hanya ingin suami tahu apa yang sedang aku rasa saat ini. Supaya dia tambah sayang dan perhatian kepada diriku.“Sabar ya, Sayang. Dua bulan lagi dedeknya lahir. Terima kasih ya, Dek, karena sudah mau menjadi Ibu dari anak-anaknya Mas.” Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi.Segera kurebahkan tubuh di atas sofa, dengan paha suami sebagai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

DMCA.com Protection Status