Share

Part 76

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Ada apa, Dek?” Dia duduk sambil mengucek mata.

“Sudah malam. Kenapa njenengan tidur di luar?” Tanyaku pelan.

“Biar Adek merasa nyaman tidur di kamar.”

Aku menatap lekat netra hitamnya.

“Jangan liatin terus. Nanti naksir. Sudah, bobok lagi, gih. Masih malam. Mas juga masih ngantuk.” Dia membingkai wajahku dengan kedua telapak tangan.

“Tapi, Gus ...?”

“Sudah. Mas ndak apa-apa tidur di sini. Sudah biasa. Mas memang jarang tidur di kamar.” Dia kembali merebahkan bobotnya di sofa, lalu menutup mata.

Segera kumatikan kembali lampu ruang tamu, mengambil bedcover, menggelarnya di dekat sofa kemudian lekas tidur.

Baru beberapa menit memejamkan mata, tubuhku terasa melayang, seperti sedang terbang dan hampir memekik ketika menyadari ternyata Gus Azmi sedang membopongku masuk ke dalam kamar.

“Tubuh aku berat loh, Gus!” ucapku malu-malu.

“Ndak berat kok, Dek. Kan gendongnya pake cinta.”

Aku mengalungkan tanganku di lehernya, takut jatuh karena bobotku lebih dari lima puluh kilogram.

Entah mengap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Harsa Amerta Nawasena
2 novel karya kakak Author Ida Saidah ceritanya tokoh utama perempuan selalu dilema dengan 2 pria. Seandainya aku yang jadi tokohnya, sungguh kutak sanggup.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 76

    “Assalamualaikum!” Tok! Tok! Tok!Terdengar suara Ning Mahfia mengucap salam.Cepat-cepat mengikat rambut yang masih sedikit basah. Membukan pintu untuk adik iparku dan mempersilahkan dia masuk.“Duh, kayanya semalam nggak hujan, Mbak?” celetuknya, membuat dahiku berkerut.“Memangnya kenapa, Dek?” tanyaku bingung.“Rambutan basah terus!” Dia tertawa kecil.“Kejar setoran ya, Mbak. Biar Ummi cepat gendong cucu dari Mas Azmi dan Mbak May!” selorohnya.“Orang Aku baru selesai datang bulan. Baru bersih tadi pagi.”Mata bulat nan indah Ning Mahfia melotot menatapku. Dia lalu kembali terkekeh kemudian mengulum senyum ketika Gus Azmi tiba-tiba sudah berdiri di samping wanita bertubuh mungil itu.“Ya sudah, Mbak. Aku pulang dulu. Nggak mau ganggu pengantin baru. Tadinya mau ngajak Mbak Mayla ke pasar. Tapi ndak jadi.” Ning Mahfia menyalami kami kemudian beranjak pergi.Suasana canggung kembali terjadi ketika kami berada hanya berdua saja di dalam.Ting!Sebuah pesan whatsapp masuk ke gawaiku.

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 77

    Membuka mata perlahan, menyingkirkan tangan kekar Gus Azmi yang melingkar di pinggang, menatap lamat-lamat wajah suamiku. Tampan, memesona dan terlihat nyenyak sekali tidurnya. Tidak seperti kemarin. Selalu gelisah.Tersenyum sendiri membayangkan kelakuan Gus Azmi yang sering terlihat salah tingkah."Mau ke mana, Sayang." Tiba-tiba dia mencekal lenganku, menarikku kembali ke dalam pelukannya tanpa membuka mata.Ih, mulai genit."Mau ke kamar mandi, Mas. Memangnya mau ke mana?" Mencoba melepaskan diri, tetapi dia begitu erat memelukku."Mas, istrimu ndak bisa napas ini loh!" Menggeliat manja.Bibir tipisnya melengkung indah. Matanya tetap terpejam, akan tetapi bibirnya ia daratkan di tempat yang sama kemudian melepaskan tubuhku.Setelah selesai dari kamar mandi. Kembali naik ke tempat tidur karena jarum jam masih menunjuk ke angka setengah dua dini hari. Lumayan masih ada waktu untuk tidur beberapa menit."Jam berapa, Sayang?" tanya suami setengah berbisik."Jam enam pagi, Mas," jawabk

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 78

    “Aku minta maaf, Mas. Demi Allah, aku sedang berusaha mencintai njenengan sepenuh hati. Tolong bimbing aku, njeh. Jangan sampai aku salah melangkah.” Membalas tatapan pria itu.“Pasti, Sayang. Insya Allah, dalam waktu dekat Mas akan membuat kamu jatuh cinta sama Mas, dan melupakan cinta Adek sama Mas Bram.” Dia mengusap pucuk kepalaku dengan penuh cinta. Senyuman tidak lepas dari bibirnya, membuat diri ini salah tingkah jika terus ditatap seperti itu.“Njenengan kok sudah pulang?”“Kangen sama Adek. Sekalian mau makan siang bareng. Adek masak ndak? Kalau ndak masak, biar Masmu belikan makanan di luar.”“Sudah masak, kok. Tapi ndak tau njenengan suka atau tidak. Soalnya Adek, eh, aku nggak tahu makanan kesukaan njenengan itu apa.”“Apa pun yang Adek masak, Mas pasti suka.” Ia merangkul pundakku, berjalan bersisian menuju dapur.Kami santap siang bersama, menikmati masakan sederhana yang aku olah, hanya sayur asem, ikan asin, tempe goreng dan sambal petai. Tetapi aku lihat Gus Azmi begi

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 79

    Aroma minyak kayu putih begitu menyengat, membuat seketika perut ini seperti sedang diaduk-aduk.Aku membuka mata perlah, menyingkirkan tangan Ning Mahfia, karena dia terus saja menempelkan benda berisi cairan berbau menyengat tersebut di dekat hidung.Huek!Huek!Membekap mulut, hendak beranjak dari tempat tidur namun kepalaku masih terasa sangat berat. Ning Mahfia menyodorkan sebuah kantong keresek, menyuruhku memuntahkan isi perut di dalamnya karena tidak kuat jika harus memapahku ke kamar mandi.“Ini, Bu. Minum teh anget dulu. Sepertinya Ibu masuk angin.” Seorang santriwati mengangsurkan segelas teh hangat dan langsung kusesap perlahan.“Terima kasih.” Aku berujar pelan sambil kembali menyandarkan kepalaku di sandaran dipan.“Sama-sama, Bu.”Pintu diketuk. Seraut wajah tampan nan memesona muncul sambil mengucap salam, berjalan menghampiri dengan wajah terlihat sangat khawatir.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Gus Azmi seraya mengusap lembut rambutku.Para santriwati yang berdiri seger

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 80

    Selepas salat asar, kami berdua berangkat menuju klinik menggunakan sepeda motor, karena jarak antara klinik dan rumah tidak terlalu jauh. Kalau saja kepalaku tidak sedang pusing, lebih memilih jalan kaki karena terasa lebih romantis.Banyak sekali ibu-ibu hamil sudah mengantre ketika kami sampai di klinik. Untung saja Gus Azmi sudah mendaftar terlebih dahulu, jadi tidak butuh waktu terlalu lama untuk menunggu.“Ibu Mayla Yasni.” Asisten dokter memanggil namaku dari ambang pintu.Gus Azmi langsung membantu untuk berdiri, melingkarkan tangan di pundak, membimbingku masuk ke dalam ruangan dokter Virly.Setelah memeriksa buku kesehatan ibu dan anak yang sudah diisi dataku juga kehamilanku, Dokter berkaca mata itu memintaku untuk berbaring di atas tempat tidur yang tersedia, dengan posisi seperti orang mau melahirkan.“Maaf, ya Bu. Kalau sakit bilang saja. Agak sedikit kurang nyaman ya...” Dia memasukkan alat ultrasonografi transvaginal ke dalam liang sensitifku, karena usia kandungan mas

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   POV Abraham

    Memantas diri di depan cermin, memindai wajah yang masih terlihat tampan meski usiaku sudah tidak lagi muda. Bujang tua, julukan teman-teman ketika bertemu. Tapi tidak mengapa. Memang kenyataannya sudah tua dan masih bujangan. Bukannya tidak laku, tetapi mencari yang terbaik.Dulu, Allah hampir menjodohkan dengan Lusi, tapi ternyata beberapa bulan sebelum pernikahan kami digelar, Sang Maha Rahim lebih dulu menyingkap tabir siapa Lusi sebenarnya.Bersyukur. Sangat berterima kasih kepada Allah karena tidak jadi menjodohkan diriku dengan Lusi. Walaupun sakit, tetapi tidak terlalu perih di hati. Masih bisa terobati ketika melihat senyuman Mayla yang selalu tergambar di bibirnya, mengembang diantara luka yang dia rasa.Mayla Yasni. Entahlah. Sejak pertama Ibnu memperkenalkan dia sebagai istri, aku merasa ada debar aneh. Mungkin ini cinta, tetapi cinta yang salah. Mayla istri sahabatku, dan aku tidak boleh miliki rasa kepadanya.Kutepis jauh-jauh rasa itu. Menghalau cinta yang kian bertumbu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 82

    Aku menghela napas. Benar juga kata Ibu. Tapi, aku tahu dan sangat yakin kalau Gus Azmi tidak akan mungkin menemui Mayla di asrama putri, sebab dia seorang yang sangat paham akidah juga ilmu fikih. Dia pasti tahu batas serta aturan.“Ya sudah, minggu depan kamu temui Nok Mayla. Kamu bilang ke dia, kalau Ibu akan melamar dia.”“Siap, Bos. Doain aku ya, Bu. Mudah-mudahan kali ini aku berjodoh dengan Mayla. Tidak ada halangan, juga rintangan yang menghalangi hubungan kami berdua.”“Aamiin.”Obrolan kami berdua berakhir. Aku semakin tidak sabar menunggu waktu, dimana aku akan datang memberi kejutan kepada Mayla, menyatakan semua perasaan yang sejak lama aku pendam, membawa pulang dan menikahinya.Ya Allah. Membayangkannya saja sudah indah. Apalagi jika semua sudah menjadi kenyataan. Setiap pagi, ketika membuka mata melihat perempuan berparas ayu itu berbaring di sisi, mengembangkan senyuman manja sambil mengucap kata cinta.Hari yang aku tunggu akhirnya tiba. Mempersiapkan diri dengan dan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 83

    Menopang kepala di atas kemudi mobil, memejamkan mata mencoba menepis rasa. Tetap hancur. Tambah perih tersayat-sayat lalu tersiram air garam.Ampun. Aku tidak kuat menghadapinya, ya Rabb.Tanpa terasa dua bulir air bening meluncur meninggalkan jejak lurus di pipi, disusul buliran-buliran lainnya yang semakin deras bagai air bah. Tidak masalah jika ada yang mengatakan aku cengeng. Tidak ada larangan juga, kan, jika laki-laki sedang dirundung nestapa juga luka kemudian dia menitikkan air mata?Ponsel yang tergeletak di atas dasbor terus saja berdering. Ada panggilan masuk dari Ibu.Aku harus bilang apa jika dia menanyakan perihal tentang Mayla?Aku gagal, Ibu. Anakmu kembali terluka untuk yang ke sekian kalinya.Astaghfirullahaladzim...Kembali mengucap istigfar, melegakan dada yang terasa terimpit batu besar. Aku ingin bangkit, tetapi tidak memiliki kekuatan. Otak serta pikiranku lumpuh seketika. Tidak mampu berbuat apa-apa hanya bisa membayangkan senyuman Mayla yang begitu menggoda.

Latest chapter

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 110 (Ending)

    Abraham terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. “Kamu itu sekarang istrinya Mas, An. Nggak apa-apa kali Mas liat aurat kamu!” “Tapi, Mas. Aku malu.” Lagi. Pria bertubuh tegap serta berambut panjang itu tertawa nyaring. “Udah, buruan keluar. Mas kebelet!” Menggedor-gedor pintu. Pelan-pelan Andita membuka pintu, menyilang tangan di depan dada kemudian berjalan gemetar melewati suaminya. “Lama!” Abraham menjawil pipi sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi. Belum juga mengenakan pakaian, Andita kembali dibuat kaget oleh suaminya yang tiba-tiba sudah terlihat dalam pantulan cermin. Wajah wanita itu bersemu merah ketika merasa sedang diperhatikan oleh Abraham, sebab ini kali pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki, dengan keadaan seperti ini pula. Buru-buru Andita membuka tasnya, mengambil sepotong gamis dan segera mengenakannya. “Di lemari banyak baju, An. Ibu sengaja beliin buat menantu kesayangannya. Kamu pakai baju pemberian Ibu saja!” titah Abraham seraya mend

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 109

    “Saya terima nikah dan kawinnya Andita Putri binti Bapak Yusuf, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Dengan sekali tarikan napas Abraham mengucap janji suci di hadapan Allah, mengambil alih tanggung jawab serta dosa Andita ke pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap ‘sah’ diiringi lelehan air mata Yusuf—ayah Andita. Laki-laki berusia empat puluh enam tahun itu merasa begitu bersyukur karena akhirnya sang anak dipersunting oleh seorang laki-laki yang paham agama, baik, mapan pula. Rasanya bagaikan mimpi bisa menikahkan anaknya dengan orang yang kastanya lebih tinggi darinya, tetapi mau menerima Andita apa adanya.Tidak lama kemudian Andita keluar menemui laki-laki yang kini sudah menyandang gelar sebagai suami, menyalami serta mencium punggung tangannya dengan khidmat.Tangan Abraham terlihat begitu gemetar ketika untuk pertama kalinya bersentuhan begitu lama dengan seorang wanita. Dia terus menatap Andita yang terlihat begitu cantik memesona dengan kebaya putih melekat di

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 108

    Dia kemudian kembali membawa istrinya ke rumah sakit menuruti saran bidan, walaupun ada sedikit rasa kesal dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Demi anak yang ada dalam rahim Lusi, supaya dia selamat dan mendapatkan kesempatan menatap dunia ini.***Sesampainya di rumah sakit. Lusi segera mendapatkan penanganan dan segera dibawa masuk ke ruangan khusus sebelum menjalani operasi sectio caesarea.Wajah Ibnu mulai menegang serta ketakutan. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan menyelamatkan istri serta calon anaknya.Lampu indikator menyala. Pertanda tindak operasi sudah dimulai dan beberapa menit lagi bisa melihat calon anak yang sudah ditunggu selama tujuh bulan lebih ini.Tidak lama kemudian, seorang dokter anak keluar mendorong sebuah boks bayi dengan raut wajah mendung. Dia menghampiri Ibnu yang sedang duduk terpekur di kursi tunggu dan menyuruh ayah dari bayi yang baru saja dilahirkan untuk segera mangazani anaknya.“Astaghfirullahaladzim!” Ibnu beringsut mundur saat melihat keadaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 107

    POV Author.Ibnu duduk sambil meremas rambutnya frustrasi. Berkali-kali dia mencoba membuka usaha, akan tetapi hingga uang yang dia pinta kepada Mayla, uang hak Raihan putranya habis tapi tidak ada satu usahanya pun yang berkembang. Semuanya bangkrut tidak menyisakan apa-apa selain hutang yang kian menumpuk di bank.“Mas, bagi duit dong!” Lusi—istrinya menghampiri seraya menodongkan tangan.Ya. Ibnu dan Lusi sudah menikah. Mereka sengaja pindah tempat tinggal jauh dari orang-orang yang mengenali mereka dan kemudian melangsungkan pernikahan secara siri. Sebab di kota kelahiran mereka, tidak ada satu ustaz pun yang mau menikahkan karena mereka masih ada hubungan darah.Pun ketika di Jakarta dan di komplek tempat tinggal mereka. Pak RT serta ustaz yang diminta untuk menikahkan selalu saja menolak. Mereka tidak berani melanggar peraturan agama sebab Lusi adalah keponakan Ibnu sendiri dan masih ada garis keturunan nasab di antara mereka berdua.“Kamu itu minta duit melulu, Lus. Nggak tahu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 106

    “Kalau sakit bilang ya, Bu.” Dokter berujar lagi sambil terus menatap teman sejawatnya yang berada di balik tirai.Suara dentingan alat medis saling beradu mendominasi ruangan. Para dokter dan perawat asyik berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan aku kurang paham. Sementara diriku, masih saja dalam suasana ketegangan, walaupun tidak setakut saat baru masuk ke ruangan ini.Aku menghela napas panjang, menepis rasa itu jauh-jauh sambil membaca semua doa yang aku bisa. Hingga akhirnya merasa dada ini seperti sedang diimpit benda berat, sesak, hampir tidak bisa bernapas kemudian ucapan hamdalah diserukan oleh para dokter di ruang operasi.“Baby boy sudah keluar satu ya, Bu.” Dokter anestesi yang sedang memperhatikan teman-temannya berkata.“Alhamdulillah ....” responsku sembari menitikkan air mata yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Bahagia karena akhirnya salah satu anak kembarku sudah lahir ke dunia ini.Suara tangis jagoan kecilku bagai menyulap rasa yang sedang bertengger d

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 105

    “Sayang, lagi ngapain?” Menoleh ke sumber suara sambil menerbitkan senyuman di bibir.“Nggak ngapa-ngapain, Mas. Cuma lagi kepanasan saja!” jawabku singkat.“Oh, istrinya Mas gerah?” Dia melenggang ke ruang tengah dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan kipas anyaman bambu di tangannya. Orang Tegal biasa menyebutnya ilir.“Sini Mas kipasin biar nggak kegerahan!” Gus Azmi segera duduk di sebelahku, membiarkan tubuh gemukku bersandar di tubuhnya lalu dengan cekatan mengipasi tubuh ini yang sudah basah oleh keringat.“Pinggang Adek juga sakit, Mas. Kaki rasanya ngilu semua. Pokoke nikmat.....banget rasanya, Mas.” Bukannya mengeluh kepada Tuhan, tapi hanya ingin suami tahu apa yang sedang aku rasa saat ini. Supaya dia tambah sayang dan perhatian kepada diriku.“Sabar ya, Sayang. Dua bulan lagi dedeknya lahir. Terima kasih ya, Dek, karena sudah mau menjadi Ibu dari anak-anaknya Mas.” Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi.Segera kurebahkan tubuh di atas sofa, dengan paha suami sebagai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

DMCA.com Protection Status