Shelomitha dan Ammar meninggalkan Kafe, Shelomitha diantar Mang Kardi menuju rumahnya, Shelomitha tak tahu harus bicara apa pada sahabatnya dokter Ammar yang telah melamarnya.Shelomitha berusaha legowo lebih baik dicintai dari pada mencintai. Ia sadar bukan cuma dirinya, ia juga harus menerima kedua putra-putrinya. Sepertinya Ammar juga menyayangi Raka juga Rania.Shelomitha tahu betul jika hatinya sudah ada nama lain tapi ia juga sadar, tapi dia juga tidak boleh egois, benar kata orang jika mencintai tak harus memiliki. Aku ingin mencintai dengan cara yang sederhana, Yang tak sempat dikatakan sang awan kepada hujan, semoga caraku mencintaimu dengan kesederhanaan membuat kamu selalu mendekapku dalam kerinduanFajar telah muncul dari persembunyianya, Shelomitha menyiapkan masakan dibantu Mbok Darmi, Nasi goreng ayam suwir sudah siap dimeja Makan. Shelomitha memanggil Raka juga Rania."Bunda, terima kasih ya nasi gorengnya enak banget." "Makasih sayang, ayo habiskan.""Bunda ko, Eyan
"Syerli tunggu!" Bramantyo mengejarnya.Bramantyo ingat bahwa dia adalah kekasihnya waktu sekolah dulu."Maaf, Mas Bram, Syerli harus pergi." Saat Syerli mau pergi Bramantyo menarik tangannya.Plis Syerli, sebentar, kita duduk di kantin sebentar, ya." Ajak Bramantyo mengajak Syerli untuk sekedar minum. Akhirnya Syerli mengangguk pertanda menyetujui. "Kenapa dulu menghilang Syerli? Kenapa kamu dulu tidak memperjuangkan cinta kita?" tanya Bramantyo penasaran."Syerli pindah, Mas ke Makasar. Tapi, setelah Syerli kembali Mas sudah menikah dengan wanita yang sangat cantik, dulu di kampus kita Mbak Mitha." Bramantyoengelq napas berat. "Iya karena aku mencarimu kemana-mana. Namun tak kutemukan akirnya aku menikahi Mitha.""Oh."Hening menjeda percakapan mereka. "Sudah punya anak berapa, Mas?" tanya syerli pada Bramantyo."Dua, Syerli," jawab Bramantyo.Sejujurnya Syerli begitu sakit hati. "Oh iya bagaimana kabarnya, Mbak Mitha. Mas?" tanya Syerli seraya memahan rasa cemburu. "Kam
Seharian sibuk bekerja hingga membuat Shelomitha lupa akan makan siang, hari ini Shelomitha sangat menginginkan nasi padang. Akhirnya Shelomitha meminjam motor metic milik Bu Sari. Shelomitha membawa motor ke arah rumah makan nasi padang. Shelomitha memesan lauk rendang. Selesai makan Shelomitha kembali ke Butik, tapi di tengah perjalanan dihadang oleh dua orang asing mereka seperti preman tubuh kekar. Membuat nyali Shelomitha menciut dan malas menghadapi para preman-preman itu."Apa lagi sih, Bang main cegat saja?" tanya Shelomitha kesal."Jangan banyak omong kamu, kami mau kamu." "Aku lagi malas berdebat.''"Kurang ajar. Ngak sopan.""Apa sih mau kalian?"Kedua preman itu makin murka. Dan maju ingin menyakiti Shelomitha. Shelomitha segera menagkis serangan dua preman itu, dan lagi-lagi Mitha kewalahan. Saat tangan dan kaki para preman itu dengan cepat menyerangnya. Dengan siasat Shelomitha berteriak. "Pak Polisi ini premannya." Teriak Shelomitha mengelabuhi kedua preman itu.
"Emm, iya, Sultan memang anakmu." Syerli terbata memberi tahu Bramantyo bahwa Sultan adalah anaknya, Bramantyo lah yang menanam benih saat mereka masih kuliah."Apa astaga ... maafkan aku Syerli." Bramantyo sungguh tak percaya. Perbuatannya sungguh sangat menyedihkan. Banyak dosa dan noda yang ia lakukan pada seorang perempuan, bertahun-tahun menelantarkan anaknya.Begitupun Syerli dia tak kuasa menahan beban yang selama ini ia pendam sendirian diusir orang taunya. Dan ia harus berjuang sendirian melawan cemooh orang."Terus dengan, Fino?" Bramantyo bertanya siapa ayah Fino sang sekarang sedang sakit."Dia juga anakku, Mas! Seseorang menolongku dan menikahiku, kami hidup bersama hampir delapan tahun, tapi beliau meninggal kecelakaan, sejak saat itu aku pun bekerja.""Maafkan aku Syerli, gara-gara aku kamu diusir dari rumah dan menderita, waktu itu gak ada niat buat meninggalkanmu kamulah yang pergi meninggalkanku.""Sudah ngak papa, Mas, semua sudah terjadi.""Kau tahu Syerli, hidup
Matahari mulai menyinari bumi, Shelomitha dan Rakanjuga Rania berolah raga di depan rumah, Shelomitha berlari-lari menelilingi komplek rumahnya, tampak sejuk juga pemandangan pagi hari yang begitu cerah. Ditemani burung berkicau di pagi hari. Membuai Shelomitha untuk tetap semangat berjuang. Kembali mereka sampai rumah. "Bunda ini dompet siapa?" Raka menyerahkan dompet kepada Shelomitha."Dari mana sayang temukan dompetnya?" Shelomitha mencari tahu siapa pemilik dompet itu dan ternyata setelah di buka ada identitas Ammar."Tuh di dekat pintu depan, Bunda." Tunjuk Raka di dekat pintu. "Oh."Mungkin saja dompet ini perlu, Nanti Amar mencarinya, apa Shelomitha harus pergi keapartemennya saja. Sekalian Shelomitha berangkat kerja. Shelomitha siap-siap naik taxsi, sedangkan Raka dan Rania diantar Mbok Darmi kesekolah.Shelomitha berharap dapat menemukan apartemen Amar dari alamat dalam dompet tersebut.Ia menemui resepsionis dan bertanya. "Apartemen, Dokter Amar. Mbak.""Anda siapa?"
Amar melempar semua barang di dalam apartemen berhamburan ke lantai. Ammar tidak tahu jika ternyata Siska menjebaknya, Amar mengajak rambutnya dengan kasar. Sekarang ia benar-benar kehilangan Shelomitha untuk selamanya, Ammar tahu pasti jika Selomitha tidak akan pernah memaafkanya.Amar sudah lama mengenal Shelomitha, semakin ia meminta maaf semakin Shelomitha membencinya. Siska harus membayar semua yang ia lakukan padanya? Bahkan Shelomitha sudah menyetujui rencana untuk menikah dengan Amar. Amar kesal ia lalu membanting barang di depannya."Shelomitha.""Ya. Katakan padaku, kau tega."Namun, terdengar suara Shelomitha dari seberang sana sangat tegang."Sekar, menyerangku. Arrrghh! Semua ini tak seperti yang kau pikirkan, Tha.""Kenapa, bukankaj aku melihatnya dengan kedua mataku?""Shelomitha, please dengarkan aku.""Sudah, cukup."Terdengar tak puas memenuhi ruang pembicaraan antara Shelomitha dan Amar. Karena bagaimanapun Amar memang salah percaya pada Sekar. "Lalu langkah selan
Sampai di Kapolres, mereka masuk dan menyerahkan semua bukti, ada vidio bukti kejahatan di perusahaan. Visum dan juga pisau yang digunakan menusuk Arya."Baik, Pak kami akan proses kasusnya dan terima kasih untuk bukti-buktinya.""Terima kasih, Pak. Kami menyerahkan kasus ini. Semoga diproses dengan adil, Pak." Arya berkata pada petugas yang menagani."Baik serahkan pada kami, Pak. Kami akan mengusut tuntas kasus ini."Bramantyo dan Arya pergi meninggalkan Kapolres. Menuju rumah Mama Wulan yang telah melahirkan mereka berdua beberapa tahun yang lalu. Mama Wulan juga Amanda sudah menyambut kedatangan Arya."Mas, Arya. Sudah sembuh?"Arya hanya mengangguk. "Arya. Sini peluk, Mama." Arya memurut memeluk sang Mama. Sesaat Amanda berjalan mendekati Arya, ia ingin memeluknya. Namun Arya menolak. "Arya, Manda kan calon pendamping kamu sayang kenapa menolak untuk di peluk." "Mama lupa kita belum muhrim," jawab Arya pergi menuju kamar."Arya sejak kapan kamu membantah ucapan Mama! Arya
Tiga purnama berlalu, Mama Wulan bergegas menuju rumah Shelomitha sang menantu. Wanita paruh baya iyu sudah tak sabar untuk memberi tahu jika Shelomitha harus menjahui putranya Arya, bener kata Amanda waktu itu. Bauwa Shelomitha hanya seorang benalu saja. "Ma, selama Mitha masih ada disini, sepertinya pernikahan aku sama Mas Arya ngak mungkin terjadi deh, Ma." Amanda meracuni pikiran wanita paruh baya itu. Mama Wulan manggut-manggut." Iya kamu bener Manda, Mama akan buat perhitungan dengan Mitha." Mama Wulan terbakar emosi beliau masuk dalam perkataan kebencian Amanda."Bagus, Ma, jauhkan Mitha dari Arya." Amanda tertawa sinis, ia tahu jika Mama Wulan sudah teracuni oleh ucapannya. Amanda benar Wanita paruh baya itu ngak mau pernikahan anaknya batal. Mobil hitam itu terparkir di halaman rumah Shelomitha, Mama Wulan keluar dari mobil, berjalan mendekati pintu rumah yang sudah di belikan oleh Bramantyo. Ia lalu mengetuk pintu berapa kali, namun tidak ada jawaban, kemana kira-kira k
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny