"Apa ini tidak terlalu cepat, Mas? Apa ngak dipikirkan dulu soal pernikahan kita?" tanya Syerli bimbang. "Sudah terlalu banyak kesalahan yang kulakukan padamu, Syerli! Aku harus menebus kesalahanku bantu aku untuk bisa berubah," jawab Bramantyo sambil memegang tangan Syerli."Apa, Mas tidak minta persetujuan dari anak-anak, Mas dulu? Ini soal pernikahan lo Mas. Mas juga harus menjaga perasaan mereka kan." Syerli berusaha bicara menginggatkan Bramantyo."Baiklah nanti aku minta izin sama Raka dan Rania. Aku juga sudah lama tak bertemu mereka, aku sibuk dengan urusanku sendiri." Bramantyo merasa bersalah. Papa macam apa Bramantyo, hingga melupakan kewajiban menjenguk anak-anak. Bukankah Bramantyo sangat dan begitu egois, bagaimana jika kedua anaknya itu membencinya, sejak perpisahan itu Bramantyo belum pernah sekalipun menemui kedua anaknya."Baiklah, aku akan ke sana. Syerli.""Iya, hati-hati. Mas."Bramantyo tersenyum. "Iya."Mobil Bramantyo melaju ke rumah yang ia beli untuk Shelo
Amanda memandang pantulan diri di depan cermin. Kebaya putih tulang nan indah ini sempurna membalut tubuh. Berhias asesoris di dada itu amatlah menawan dan indah. Kebaya modern yang membuatnya tampil manis layaknya putri solo. Ditambah mahkota yang terdapat di atas riasan rambutnya dengan sentuhan bunga. Membuat penampilannya terlihat tampak sempurna setidaknya menurutnya.Saat ini adalah hari membahagiakan untuk Amanda, seperti layaknya yang diimpikan para gadis di luar sana. Membuat dada terasa berdebar tak menentu karena kaan menikah dengan Arya lelaki baik dan tampan itu. Selesai Amanda dirias oleh seorang MUA dari tim EOnya juga. "Wah cantik sekali, Manda." Mama Wulan lagi-lagi menggoda. Amanda tersenyum. " Cantik lah, wanita, Ma.""Serius, cocok dengan Arya.""Hhmm makasih, Ma."Pertunagan dilaksanakan dengan sangat meriah, tukar cincin pun sudah dilakukan. Arya terliat biasa tak terliat senyum di wajah tampannya. Mama Wulan melihat dari kejauhan, jika semua ini tetap diteru
Motor Arya terparkir di depan rumah Shelomitha, ia mencari ternyata benar semuanya telah pergi kemana lagi Arya mencari, Arya menyesal tidak memperjuangkan cintanya untuk Shelomitha ia hanya bisa menyesalinya.Perjalanan yang selama ini Arya lalui itu sama, hanya berbeda jalur yang akan mengantarkan ia menuju kepastian untuk berpisah. Rasa yang ia rasakan sesungguhnya sama. Ada getir, ada pahit, ada manis, ada bahagia, ada duka lara, ada pilu, ada syahdu dan masih banyak lagi rasa yang hadir dalam hidup ini. Arya membanting tangan ke pintu.Arya Sadar bahwa roda takdir akan berputar untuk manusia. Ia ingat akan ada saatnya air mata hadir dalam hidup. Dan hal yang penting disadari ketika rasa di hati tiba kita sama-sama tak bisa menolak. Rasa itu anugrah kenapa ia menyerah sebelum berperang. Arya mengambil ponsel, nomer sang kakak sudah tidak aktif lagi, kemana lagi ia harus mencari? Arya mencari di Butik milik Shelomitha namun Butik juga telah kosong, apa Shelomitha pergi ke rumah ay
Kadang hidup seperti cakrawala dibasahi hujan dan dikeringkan oleh sinar matahari. Tapi apapun yang memberi warna hidup adalah senyum terindahnya, begitulah ungkapan perasaan Shelomitha pada sang hati yang merindukannya. Shelomitha berada di rumah baru di kota Bali yang sangat jauh dari kota surabaya.Orang baru, suasana baru, semoga saja Raka juga Rania betah tinggal disini, Butik yang dirintisnya tiga bulan yang lalu melaju sangat pesat, dengan bantuan saudara rekan kerjanya Ana. Membuat cabang di Surabaya dan Bali. Shelomitha dengan cepat bisa meraih keuntungan. Rumah yang sederhana yang Shelomitha tempati mungkin akan menjadi tempat yang baru, tempat yang bisa membuatnya nyaman dan bahagia, saat sedang sendiriRaka menghampiri dan duduk di sebelah Shelomitha. "Bunda!" "Iya sayang, gimana selama beberapa bulan disini, Raka betah tidak?" tanya Shelomitha pada Raka, sesungguhnya ia sangat cemas akan keadaan kedua putra-putrinya. "Alhamdulillah, Bunda, Raka betah kok," jawab raka
"Kenapa?''"Karena aku tak mau menyakiti seorang wanita, Ma.""Lo, bukannya kamu sukanya sama, Mitha. Mama sudah merestui hubungan kalian lo." "Mama lupa, Mama yang mati-matian menjodohkan, Arya dengan Amanda, lagian Arya sudah janji Mama, janji sama Manda sama saja janji sama Allah." "Hmm iya maafin Mama. Mama memang egois, mama pikir, Masmu Bram masih menyukai, Mitha. Nyatanya tahu sendiri kan?" "Meskipun aku harus menderita ngak papa, Ma. Asal Arya ngak menyakiti hati wanita, itu prinsip, Kecuali, jika, Manda sendiri yang memintanya membatalkan pernikahan kami." "Fiko kamu memang anak Mama yang berhati baik, Mama bangga sama kamu." Tanpa mereka sadari ada yang mendengarkan ucapan Arya dari balik pintu. Menjelaskan apa? Menjelaskan bahwa Arya tak mau menikah dengannya? Semuanya sudah selesai. Amanda tak akan sanngup bermain api jika tidak pernikahan itu tak akan bahagia satu sama lain. Yang sangat Amanda sukai akan dipertatuhkan, jika pernikahan ini akan berlanjut apakah Amand
Menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain bukanlah perkara mudah, banyak hal yang akan kita persiapkan untuk bekal menjalaninya. Salah satunya adalah belajar bagaimana memahami, menerima, masalah yang akan kita berikan solusi dan memilih cara yang tepat untuk mengatasinya. Arya menikmati perjalanan menuju kota Nganjuk di mana Pak Ferdi orang tua Shelomitha tinggal, Arya berharap bisa menemukan titik terang, di mana tempat tinggal Shelomitha sekarang berada. Setelah perjalanan lebih dari dua jam akhirnya mobil Arya sudah terparkir di halaman depan rumah Pak Ferdi Ayahnya Shelomitha. Arya dan Mang Usep turun dan masuk ke dalam rumah besar itu."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam, Eh nak, Arya. Ayo silahkan masuk."Pak Ferdi mempersilahkan Arya masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. "Injih, Pak.""Ada apa, Nak. Shelomitha baik-baik saja kan?"Deg. Arya merasa sulit untuk menelan ludah, padahal dia kesini ingin mencari keberadaan Shelomitha."Iya, Pak. Emm sebenarnya saya senga
Keadaan Siska di rumah sakit, semakin hari semakin membaik. Siska sudah mulai bisa berbicara dan tersenyum. Amar tak tega melihat Siska yang sedikit depresi, Amar tahu jika Siska sudah tidak mempunyai saudara lagi. Amar yang sedari tadi memperhatikan di depan pintu kini berjalan mendekati Siska. "Siska, gimana keadaanmu sekarang sudah membaik kah?" tanya dokter Amar pada Siska."Siska baik, dokter Amar. Terima kasih sudah menolong dan merawatku selama ini," jawab Siska pada dokter Amar.Amar mengangguk pelan. "Iya.""Maaf, dokter merepotkan.""Tak apa. Aku yakin kamu bisa berubah Siska, bukannya dulu kita juga sering bermain bersama, itu artinya kamu juga sahabatku sama seperti, Mitha." Amar menginggatkan masa indah waktu itu bersama Shelomitha."Dokter Amar, Siska minta maaf karena telah menjebak Dokter Amar, padahal Mbak Mitha sudah mau menerima Anda. Semua salahku, Siska mohon ampun." Siska menangis di hadapan Amar. "Semua sudah terjadi dan sudah takdir-Nya, Siska. Sudahlah jan
Shelomitha sibuk dengan pekerjaan, seharian berkutat dengan laptop membuatnya sampai lupa untuk makan. Namun merevisi pekerjaan tinggal sedikit lagi, Shelomitha berusaha menyelesaikan tugasnya. Selesai ia berjalan di warung sebelah dan membeli nasi di dekat Butik. Kali ini Shelomitha ingin sekali makan masakan nasi padang. Pramusaji datang membawakan seporsi nasi padang dengan ayam goreng juga teh manis sudah berada di depannya. Makanan yang sangat menggugah selera, Shelomitha tersenyum berdo'a dan memulai makan. "Mbak Mitha, lagi makan siang kah?" tanya lelaki yang berada di depan Shelomitha."Iya, Mas Bima. Mas Bima juga makan di sini?" tanya Shelomitha pada Bima yang tak lain adalah tetangga sebelah rumahnya."Iya. Bagaimana kabar, Raka juga Rania, Mbak Mitha."Shelomitha tersenyum dan mengangguk. "Alhamdulillah baik, Mas Bima." Shelomitha kembali makan. "Mas Bima kerja di mana?""Aku mengajar, Mbak.""Ohya. Bagus dong."Bima tersenyum ke arah Shelomitha. Selesai makan Shelomit
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny