Dulu, Jacob tidak mau mengungkapkan perasaannya kepada Sienna sehingga membuat begitu banyak kesalahan.Insiden yang menimpa Nelson pun membuat kebencian Sienna terhadapnya menjadi makin besar. Tidak heran jika wanita ini menolak berbicara padanya.Sekujur tubuh Sienna pun menegang. Dia mendorong tangan Jacob, tetapi tidak berani terlalu kuat karena khawatir tinta di kuasnya jatuh. Jika ada kesalahan kecil, lukisan ini akan hancur."Jacob, kamu turun saja kalau merasa bosan. Jangan ganggu aku di sini," ucap Sienna. Jacob tidak berbicara, hanya merangkul pinggangnya dengan erat.Karena pria ini tidak mendengarkan ucapannya, Sienna pun malas meladeninya lagi. Dia melanjutkan lukisan tersebut. Jacob memanggil, "Nana ...."Saat ini, pintu tiba-tiba diketuk seseorang, seharusnya pelayan datang untuk mengantarkan sesuatu. Sienna langsung mendorong Jacob, tetapi pria ini masih tidak mau melepaskan pelukannya.Sejak dulu, Sienna sudah merasa Jacob sangat kekanak-kanakan. Bukan itu saja, pria i
Sienna menolak, "Nggak usah. Kamu temani Kakek Darwo saja." Selesai bicara, Sienna langsung berjalan keluar tanpa ragu sedikit pun.Jacob mengambil jaketnya dan mengejar Sienna. Sekarang, Sienna benar-benar tidak ingin duduk di mobil yang sama dengan Jacob. Namun, setelah keluar, Sienna baru teringat dirinya menaiki mobil Jacob untuk datang ke sini. Jadi, kalau mau pulang, Sienna hanya bisa meminta sopir di kediaman tua untuk mengantarnya atau jalan kaki. Di daerah ini sangat sulit mencari taksi.Sienna mendengar suara langkah kaki di belakang. Jacob menyampirkan jaketnya di bahu Sienna. Belakangan ini sering hujan sehingga cuacanya agak dingin. Jacob berucap dengan tegas, "Pakai jaketnya. Aku antar kamu pulang."Sienna juga tidak menolak lagi, lalu dia duduk di kursi penumpang. Jacob yang menyetir. Namun, tidak lama setelah mobil keluar dari halaman kediaman, ponsel Jacob berdering. Jacob tidak memperhatikan nomor teleponnya karena sedang fokus menyetir. Dia langsung menyalakan penger
Perasaan kecewa membuat Jacob kehilangan kendali. Sienna menjawab, "Nggak tahu."Jawaban Sienna membuat Jacob lebih tenang. Jacob memandang Sienna. Untung saja, Sienna tidak menyebut nama seorang pria. Jacob merasa lega, dia memeluk Sienna dan berujar, "Kalau begitu, kamu bisa mencoba berkencan denganku."Nada bicara Jacob terdengar lebih lembut karena sekarang dia merasa tenang. Sienna berkomentar, "Tuan Jacob, sebenarnya kamu nggak begitu menyukaiku."Kemudian, Sienna mendengar Jacob mendengus. Saat malam hari, cahaya lampu di jalan tidak terlalu terang. Dalam suasana remang-remang seperti ini, Jacob menatap Sienna lekat-lekat. Dia sama sekali tidak peduli dengan orang-orang yang lewat.Jacob menjelaskan, "Sienna, kamu sering bilang aku tidak benar-benar menyukaimu. Sebenarnya, kamu hanya tidak mau mengakuinya. Jadi, sejak awal, kamu terus menyangkal rasa sukaku kepadamu. Kamu tidak ingin menghadapiku dan bertanggung jawab atas semua yang terjadi di antara kita. Alasannya karena kamu
Sienna tiba-tiba mendorong tangan Jacob, karena sebelumnya ada seseorang yang mengatakan perkataan yang serupa kepadanya. Pria itu berkata kelak hanya akan baik kepadanya saja, tetapi akhirnya? Sejak kecil hingga dewasa, dia hanya pernah sekali memberontak dan saat itu karena dia ingin menjalin sebuah hubungan. Pria itu adalah alasan pemberontakannya yang diam-diam meresap ke dalam masa mudanya.Saat Jacob mengatakan hal yang sama sekarang, Sienna tiba-tiba merasa ada sesuatu yang aneh. Dia secara refleks melihat ke sekitarnya."Tuan Jacob, sudah larut, sebaiknya kamu pulang lebih awal."Setelah ditolak, Jacob menundukkan kepalanya dengan santai dan menyalakan sebatang rokok."Ya, aku akan merokok sebatang lagi."Sienna tidak mengatakan apa pun lagi dan segera masuk ke dalam rumah sakit. Saat akan memasuki pintu utama, dia menoleh dan melihat Jacob sebentar lagi. Jacob bersandar di mobil dan berdiri di posisi yang pas di mana setengah tubuhnya di tempat terang dan setengah lagi tersemb
Manfred tidak ingin ikut campur dalam urusan keluarga ini. Tidak peduli bagaimana karakter ibu Poppy, tidak ada hubungannya dengannya. Namun saat ditanya Poppy seperti ini, dia tiba-tiba merasa agak gelisah. Dia bahkan ingin waktu berputar mundur agar dia bisa menasihati ibu Poppy yang waktu itu.Jika tahu hal seperti ini bisa menyakiti anak, mengapa ibu Poppy harus terus berbuat kesalahan? Tidak peduli ayah atau ibu yang berselingkuh, akan sangat menyakiti anaknya. Jika tidak bisa setia pada pernikahan, jangan begitu mudah masuk ke dalam hubungan pernikahan. Manfred mengira dia sudah melihat hal ini dengan jelas, sehingga dia merasa pernikahan adalah sesuatu yang sangat khayalan."Paman, kamu juga percaya pada perkataan orang-orang itu?"Poppy terdengar agak panik, berharap saat ini Manfred akan membantahnya. Dia meraih pakaian Manfred dengan kedua matanya membelalak.Manfred melepaskan genggaman Poppy. "Ibumu adalah seorang ibu yang baik, jadi nggak perlu peduli apa pendapat orang te
Sienna terdiam, dia tahu Manfred membuat lukanya sendiri karena kenangannya. Dia akhirnya mengerti mengapa Manfred tidak ingin menikah, karena semua pemahamannya tentang pernikahan, hampir semuanya dipenuhi dengan pengkhianatan."Manfred, sekarang Poppy adalah seorang artis, kelak aku akan mengaturnya membuat skandal dengan orang lain. Kamu nggak keberatan, 'kan?"Manfred berkata dengan nada yang tenang, "Ini adalah hal yang harus dialami oleh setiap artis. Kalau dia nggak bisa menahan ini, dia sebaiknya lebih awal meninggalkan industri ini."Perkataan ini kebetulan terdengar oleh Poppy yang kembali. Tangannya menggenggam gagang pintu dengan sekujur tubuh yang menjadi kaku. Dia segera bersembunyi ke dinding di samping karena khawatir ketahuan mereka. Setelah hatinya yang bergejolak mereda, dia baru membuka pintu sambil tersenyum."Paman, Bu Sienna, kalian sudah selesai membahasnya? Barangku ketinggalan."Setelah menunjuk ponselnya, Poppy segera mengambil ponselnya, lalu melambaikan tan
Semua orang pasti akan merasa tidak senang saat membaca komentar negatif tentang dirinya sendiri. Namun, Sienna hanya melihatnya sekilas. Setelah memastikan tidak ada informasi lainnya, dia baru berbaring di tempat tidur dengan tenang.....Di sisi lain, di bar. Sudah berbaris beberapa botol kosong di depan Jacob. Dia sudah minum hingga wajahnya agak memerah.Wiandro sedang memegang mikrofon dan menyanyi di panggung. Saat meletakkan mikrofonnya, dia menyadari Jacob sudah menghabiskan sebotol vodka. "Aku mengajakmu keluar untuk menemaniku karaoke, bukan untuk minum sendirian."Wiandro mengambil gelas di tangan Jacob dan meletakkannya ke meja. "Kenapa? Kamu disakiti habis-habisan oleh Sienna-mu ya?"Perkataan Wiandro itu langsung membuat Benny dan Ethan juga melihat ke arah mereka. Di antara mereka, Ethan paling jarang memiliki waktu senggang, karena kebanyakan waktunya dihabiskan di rumah sakit. Malam ini dia kebetulan memiliki waktu senggang.Jacob melepaskan kancing di kerah bajunya d
"Jacob, jangan minum lagi. Kalau minum lagi, kamu akan mabuk."Wiandro yang ingin menghentikan Jacob, menatap ke arah Benny dan Ethan yang tenang."Kalian berdua juga berbicaralah, jangan aku saja yang menasihatinya."Benny sibuk memilih lagu dan berkata dengan nada yang sangat dingin. "Aku nggak pernah patah hati, nggak mengerti perasaannya. Biarkan saja dia minum beberapa gelas lagi, mungkin mabuk akan membuatnya merasa lebih baik."Dari keempat pria di ruangan itu, tidak ada satu pun yang pernah berpacaran, terutama Ethan yang sangat sibuk. Sementara Wiandro sendiri, saat bertemu wanita yang cantik dan bersih, akan langsung mendekatinya. Dia tidak peduli wanita itu suka atau tidak, mereka hanya saling memanfaatkan. Hanya Jacob yang tampaknya paling cuek, malah langsung terjerumus begitu dalam dengan perasaannya.Oleh karena itu, Wiandro juga tidak peduli lagi dan hanya membiarkan Jacob untuk terus minum. Setelah selesai, dia yang bertanggung jawab untuk mengantar Jacob pulang."Aku
Setiap kali bertemu, Sherly selalu menuangkan minuman ke tubuh Wanda. "Wanda, aku rasa kamu masih belum mengerti apa yang sudah kukatakan sebelumnya, kamu dan kakakku dari dunia yang berbeda. Kamu nggak tahu malu ya? Kamu ingin kakakku bertindak sekejam apa baru kamu mau menyerah?"Kata-kata ini membuat Wanda merasa malu. Malam ini dia bukan datang untuk mencari Benny dan dia memang tidak tahu Benny ada di sini.Pada saat itu, Sherly mendekat untuk menjambak rambut Wanda dan langsung menamparnya. Dia ingin menghindar, tetapi dua pengawal Sherly mendekat dan langsung menekan bahunya dengan kuat.Plak!Sherly merasa masih belum puas setelah menampar Wanda sekali, sehingga dia menampar dua kali lagi. Wajah Wanda pun langsung membengkak, tetapi Wanda sudah terbiasa dengan perlakuan ini."Cepat pergi. Dengar baik-baik. Malam ini adalah kencan pertama Kak Cristin dan kakakku. Kalau kamu berani mengganggu mereka, aku akan langsung mengulitimu," kata Sherly. Namun, setelah mengatakan itu, pand
[ Kalau kami ingin pergi berjalan-jalan, aku bisa menemanimu. ]Wanda mengirim pesan itu lagi, tetapi dia tahu Willow pasti akan menolaknya.[ Nggak perlu, aku benar-benar baik-baik saja. Sienna juga baru saja meneleponku, tapi dia sangat sibuk. Nggak usah dibicarakan lagi, aku juga ada urusan di sini. ][ Baiklah, kamu sibuk saja dulu. ]Wanda meletakkan ponselnya dan melihat kantor di depannya. Dia sudah lembur selama dua hari berturut-turut dan tidak pulang sama sekali. Yang dilakukannya hanya mencuci muka dan mengganti pakaian di ruang istirahat di kantor, lalu langsung kembali bekerja tanpa membuang waktu sedikit pun. Setelah sekarang memiliki sedikit waktu untuk bersantai, matanya terasa pedih.Pada saat itu, ada seseorang yang mengetuk pintu kantor dan yang masuk adalah Manfred dengan sebuah berkas di tangannya. Melihat Wanda masih berada di sana, dia tercengang. "Kamu nggak pulang selama dua hari ini?""Ya, aku ingin menyelesaikan berkas-berkas selama sebulan ini," jawab Wanda.
Wanita itu merasa sangat benci. Dia bertanya-tanya mengapa ada perdagangan manusia di dunia ini, ada orang yang menculik anak-anak di jalanan, dan dia yang harus mengalami semua ini.Dia tidak bisa keluar dari trauma itu dan terus mimpi buruk selama bertahun-tahun ini, sehingga dia berusaha melatih dirinya dan menjadi lebih kuat. Di dalam mimpinya, dia sudah berkali-kali mencegah bencana itu terjadi dan memegang tangan adiknya. Oleh karena itu, dia merasa dunia terasa begitu tidak nyata setiap kali terbangun."Sienna, kamu percaya dia masih hidup dan sedang menungguku, 'kan? Kadang-kadang, aku bahkan bisa mendengarnya memanggilku kakak."Sienna mengambil tisu dari samping dan memberikannya pada wanita itu.Wanita itu tidak mengambil tisunya, melainkan berbaring dan perlahan-lahan menutup matanya yang terus berlinang air mata.Sienna juga tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa pergi dengan diam-diam agar wanita itu bisa menenangkan diri sejenak. Dia masih tidak merasa mengantuk setela
Meskipun kaca dari lemari itu bukan kaca biasa, kacanya tetap retak dan pecah menjadi serpihan yang jatuh ke lantai. Serpihan itu melukai punggung tangan Ed sampai berdarah, tetapi dia tidak peduli. Dia bahkan tidak membalut tangannya, malahan langsung berbalik dan kembali ke kamarnya untuk tidur.Jacob yang melihat pemandangan itu masih tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Ed. Hingga dia melewati kamar lainnya dan mendengar suara-suara yang tidak senonoh sampai dia berharap tidak memiliki telinga. Dia tidak percaya suara yang berasal dari wanita berusia 50 tahun itu bisa begitu dibuat-buat dan manja sampai membuat orang merinding.Dia yang tahu apa yang sedang terjadi di bawah sana dan juga mendengar nama yang dipanggil wanita itu, akhirnya mengerti mengapa Ethan bisa begitu gila. Demi menyenangkan wanita itu, Ethan rela mengorbankan saudara kembarnya untuk melayani wanita tua yang licik itu. Bagaimana mungkin Ethan tidak menjadi gila? Bagaimanapun juga, Ethan adalah orang yang s
Di ruangan lain, Jacob kembali menyelinap ke dalam saluran ventilasi. Dia terus menjelajahi area itu, tetapi dia menyadari tempat itu hanya memiliki tiga titik yang tersambung tidak peduli seberapa keras pun dia mencarinya. Sharon selalu mengawasinya saat pagi hari, sehingga dia tidak masuk ke saluran ventilasi saat hari masih terang.Sekarang, Jacob kembali menjelajahi setiap area dan akhirnya menemukan Bukti. Kamar yang dihuni Bakti berada tepat di bawahnya, sepertinya Bakti juga menyamar sebagai salah satu pegawai tingkat bawah. Memang paling mudah untuk menyamar sebagai pegawai tingkat bawah di sini karena semuanya mengenakan pakaian pelindung yang tebal.Saat ini, Bakti sudah melepaskan pakaian pelindungnya. Meskipun tidak ada lubang yang tersambung di sana, dia bisa mendengar suara Jacob yang mengetuk bagian atas saluran ventilasi karena ada beberapa celah kecil. Dia pun mengangkat kepala dan melihat ke arah datangnya suara itu.Jacob bertanya, "Mana Arlo?"Jika bukan karena memi
Ed mengepalkan tangannya yang terkulai di samping dengan makin erat. Jika sesuai dengan pemikirannya yang sebelumnya, dia akan langsung menyetujui permintaan Mae. Pentingnya posisi ketua ini setara dengan kekayaan sebuah negara dan dia bisa bebas menggunakan obat-obat dari markas penelitian untuk mencapai tujuannya.Ini adalah ambisi yang selalu diinginkan Ed, tetapi sekarang dia malah ragu selama beberapa detik. Sepuluh detik kemudian, dia baru mengangkat kepalanya dengan lembut dan menatap Mae. "Guru, aku mengerti."Mae pun tersenyum. Dia tahu Ed adalah orang yang selalu tidak segan untuk melakukan apa pun demi mencapai tujuannya. Lagi pula, Hans ini hanya seorang kerabat saja. Keberadaan Hans juga tidak begitu penting, sama sekali tidak perlu dipikirkan.Dia mengangkat tangan dan menepuk bahu Ed. "Pergi lanjutkan pekerjaanmu."Ed berbalik, tetapi ekspresinya masih agak muram. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba tertuju pada Jacob.Namun, Jacob tidak menatap Ed, melainkan berjalan
Setelah memastikan beberapa titik yang terhubung dan perkiraan lokasinya, Jacob kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Saat membuka lemari, dia menemukan beberapa set pakaian pelindung yang baru di dalamnya. Dia langsung mengernyitkan alis dan secara refleks melihat ke sekeliling kamar.Saat tadi baru masuk ke kamar, Jacob tidak membuka lemari itu. Oleh karena itu, dia tidak tahu apakah pakaian itu memang sudah ada di dalam lemari sejak awal atau doktor wanita itu masuk ke kamarnya saat dia pergi. Meskipun pintu kamar terkunci dari dalam, wanita itu pasti memiliki kunci juga. Namun, dia tetap merebahkan diri di atas tempat tidur dan memejamkan mata untuk istirahat.Keesokan paginya, Jacob mengenakan pakaian dan kacamata pelindung sebelum keluar.Sharon sudah berdiri di depan meja penelitian dengan berbagai macam reagen di tangannya. Dia menyodorkan salah satu nampan dan berkata dengan nada yang datar, "Antarkan semua ini ke luar dan serahkan pada orang yang ada di de
Jacob mengalihkan pandangannya, lalu lanjut berjalan. Akhirnya, dia berhenti di aula yang terletak di bagian tengah.Jacob bisa melihat kondisi di aula itu dari beberapa celah. Sekelompok staf penelitian sedang mengurus berbagai data."Mana data fisik monster itu?""Bagaimana kondisi objek di kamar nomor 1? Apa perkembangbiakan hari ini berhasil?""Objek di kamar nomor 3 sudah mati. Suruh orang bereskan mayatnya."Bagi para staf penelitian, orang-orang yang dikurung bukan manusia, melainkan bahan eksperimen. Mereka melanjutkan pembahasan."Kulit objek di kamar nomor 5 sudah membusuk. Virus kali ini sangat berhasil. Selanjutnya, kita bisa menyebarkan virus ini.""Ah! Aku nggak tahan lagi! Biarkan aku mati! Aku nggak mau menggunakan manusia sebagai bahan eksperimen lagi! Tuhan, aku memang manusia berdosa! Aku pantas masuk neraka setelah mati!"Setelah itu, tidak terdengar suara lagi. Suasana di aula menjadi tegang. Kemudian, pintu terbuka. Seorang pria yang memakai seragam berjalan masuk
Jacob mengernyit. Suara pria ini sedikit familier, mirip Ethan. Namun, seharusnya dia bukan Ethan, melainkan saudara kembarnya.Apa mereka juga datang ke markas penelitian? Jacob tidak berlama-lama di tempat itu. Meskipun bisa mendengar suara, dia tidak bisa melihat situasi di dalam ruangan dengan jelas.Sebagian besar tempat tertutup rapat. Jacob hanya bisa melihat ke luar dari celah. Selain itu, dia tidak menemukan titik penghubung di tempat ini sehingga tidak ada jalan keluar. Dia hanya menemukan titik penghubung di kamar yang ditempatinya.Jacob terus berjalan. Akhirnya, dia menemukan titik penghubung lain yang bisa dibuka. Namun, Jacob tidak langsung membukanya. Dia melihat ke bawah.Jacob melihat kamar yang dikelilingi dinding kaca. Seorang pemuda yang berusia sekitar 18 tahun berbaring di lantai kamar itu.Rambut pemuda itu agak panjang sehingga menutupi sebagian wajahnya. Jacob tidak bisa melihat wajah pemuda itu dengan jelas. Namun, Jacob bisa melihat kalung giok di lehernya.