"Lily, nggak apa-apa," kata Arlo sambil memeluk Lily, lalu menepuk punggung Lily dengan lembut dan tatapannya terlihat kasihan.Lily yang bersandar di pelukan Arlo merasa api kebencian berkobar dengan liar. Ini adalah harga yang harus dia bayar untuk bekerja sama dengan pria itu. Jika membuat masalah yang lebih besar, Arlo akan terpaksa untuk berdiri di pihaknya sepenuhnya.Dia berpikir dengan penderitaannya yang begitu menyedihkan dan ditambah lagi sikap Sienna yang tidak menolong, sekarang Arlo pasti sangat membenci Sienna. Oleh karena itu, tujuannya tercapai. Dia tersenyum, tetapi mulutnya tetap terus meracau. Pengorbanannya kali ini begitu besar, dia tidak percaya Sienna tidak akan membayar harga apa pun.Perkiraan Lily memang benar. Tak lama kemudian, Yuna yang melihat video itu merasa pusing dan hampir saja pingsan. Dia segera pergi ke kamar Omar.Beberapa hari ini, Omar terus berbaring di tempat tidur dengan rambut yang memutih semuanya. Saat ini, dia tetap duduk di tempat tidur
Pertanyaan yang ingin ditanyakan termasuk siapa sebenarnya Luna ini. Apakah Luna ini adalah orang yang saat itu melarikan diri dari pernikahan? Namun, itu adalah kejadian bertahun-tahun yang lalu. Jika Omar tidak mencintai Yuna, mereka tidak mungkin bisa memiliki tiga anak."Uhuk uhuk uhuk." Omar masih terbatuk-batuk dan menatap ke luar jendela dengan tatapan yang kosong, seolah-olah sudah kehabisan energi dalam waktu singkat.Omar tiba-tiba berkata, "Jero, kamu pergi cari tahu tentang adik kandungmu. Kalau ... dia masih hidup, aku akan mewariskan seluruh saham Keluarga Shankar padanya. Aku ingin dia hidup dengan tenang, aku ingin dia .... Uhuk uhuk.""Ayah, jangan terlalu terbawa emosi," kata Jero.Omar mengangkat kepala dan menatap Jero. "Kamu nggak marah?"Kedua putranya tidak akan mendapatkan saham, mereka hanya mendapatkan harta lainnya. Sesuai peraturan dalam lingkaran ini, putri tidak bernilai dan kebanyakan keluarga besar membesarkan putri mereka untuk pernikahan aliansi. Sekar
Setelah mengatakan itu, Omar kembali batuk-batuk sampai memuntahkan darah dan terlihat sangat lemah seolah-olah akan pingsan.Yuna segera menghapus air matanya. Dia baru saja sadar dan mendengar berita ini begitu datang ke kamar utama. Lily ternyata akan mati, padahal Lily adalah orang yang disayangnya selama bertahun-tahun ini."Jero, cepat telepon kakakmu agar dia membawa Lily ke sini. Kalau melihat ayahmu, mungkin dia bisa lebih tenang dan punya keinginan untuk hidup lagi," perintah Yuna.Mendengar perkataan itu, ekspresi Jero menjadi muram. Hatinya merasa sakit karena melihat dari sudut pandang Omar. Jika Lily bisa selamat, bagaimana dengan adik kandungnya? Apakah adik kandungnya juga bisa selamat?Jero merasa tidak ada yang peduli dengan nasib adik kandungnya di keluarga ini, selain dia dan ayahnya. Namun, pada akhirnya, dia tetap menelepon Arlo.Arlo segera membawa Lily ke sana. Dia menggendong Lily karena sekarang Lily bahkan kesulitan untuk berjalan.Lily yang dibantu untuk dud
Sandiwara Lily benar-benar patut diacungi jempol. Apalagi, kesehatannya kurang baik. Dia terlihat seperti bisa mati kapan saja. Orang seperti ini tidak mungkin berani meracuni Omar, 'kan?Jero mengernyit. Dia tetap menyuruh orang memeriksa cangkir itu.Lily hanya bisa menangis terisak-isak di pelukan Arlo. Yuna pun menghibur dari samping, seolah-olah Lily yang tersakiti.Dokter segera memeriksa Omar. Jero berjaga di samping. "Gimana kondisi ayahku, Dokter?""Dia terlalu emosional. Dia butuh istirahat.""Nggak ada gejala lain?""Untuk sementara ... nggak ada."Setelah mendengarnya, Lily meraih lengan baju Arlo. "Kak, bawa aku pergi. Ayah cuma bakal marah kalau melihatku."Suara Lily terdengar serak dan diliputi kesedihan. Arlo mengembuskan napas panjang dan terpaksa menyuruh orang membawa Lily pergi. Bagaimanapun, Arlo adalah putra sulung. Dia tidak mungkin pergi saat ayahnya tidak sadarkan diri.Sesampainya di vila Arlo, tatapan Lily dipenuhi kebencian dan keangkuhan. Dia segera mengam
"Ayah bilang kalau adik kita masih hidup, semua saham bakal menjadi miliknya. Aset lainnya baru mungkin jadi milik kita," ujar Jero.Selama beberapa tahun ini, Arlo yang memegang kendali atas Grup Shankar. Saham perusahaan pun terus meningkat. Reputasinya di dunia bisnis Armania setara dengan reputasi Jacob di ibu kota.Arlo telah bersusah payah untuk Grup Shankar. Jika tidak bisa mendapat sepeser pun saham, seperti apa perasaannya?Untungnya, Arlo tidak keberatan dalam hal ini. Dia hanya mengiakan. "Ya, aku tahu."Jero berpesan, "Mulai hari ini, selain aku dan bawahanku, nggak boleh ada yang menjenguk Ayah. Tolong beri tahu Ibu soal ini."Arlo mengangguk dan mengiakan lagi. Jero menyuruh pengawalnya berjaga di rumah sakit, lalu menuju ke zona tak terawat di Armania.Wilayah itu agak jauh dari pusat kota. Jero berkemudi tiga jam sebelum tiba. Dia memakai topeng sebelum masuk. Begitu masuk, dia baru tahu semengerikan apa tempat ini.Dulu Jero pernah datang kemari. Dia mendengar ada bany
Jero awalnya ingin bertanya kenapa Sienna tidak menolong Lily. Namun, setelah teringat sesuatu, dia tidak jadi melontarkan apa pun.Bagaimanapun, sikap Lily terhadap Sienna sangat buruk. Lily bahkan menyebabkan Sienna kehilangan penglihatannya. Siapa yang berhak mengatur Sienna? Lily ditakdirkan berakhir seperti ini.Seperti merasakan tatapan Jero, Sienna mendongak dan bertatapan dengannya. Dia tersenyum, lalu menyapa, "Lama nggak ketemu, Tuan Jero."Jero termangu. Dia lagi-lagi merasa sangat akrab dengan Sienna. Sejak pertama kali melihat Sienna, Jero sangat suka melihatnya. Sekarang juga begitu.Ketika Jero hendak mengajak Sienna mengobrol, tiba-tiba ponsel Sienna berdering. Rowen yang meneleponnya.Setiap kali mencari inspirasi, Rowen akan mengurung diri. Setelah menghasilkan hasil karya yang memuaskan, Rowen baru akan berinteraksi kembali dengan dunia luar.Terakhir kali, mereka bertemu di ibu kota. Saat itu, Jacob masih belum mengetahui identitas Sienna. Tebersit kegembiraan pada
Sienna membawa kedua pengawal masuk. Keduanya adalah petarung hebat. Jacob tidak tenang membiarkan Sienna sendiri di luar. Itu sebabnya, dia berpesan kepada pengawalnya untuk harus melindungi Sienna dengan baik.Sienna juga sudah mengalami banyak kejadian. Dia tidak berani bersikap lalai. Ketika hendak memasuki lobi, detektor berdering. Staf tersenyum sopan kepada kedua pengawal dan berkata, "Maaf, di sini nggak memperbolehkan tamu membawa senjata."Kedua pengawal itu mengernyit. Namun, mereka tahu restoran ini memang memiliki peraturan seperti itu. Itu sebabnya, banyak bos besar di Armania yang datang kemari untuk membahas bisnis. Bahkan, bukan hanya senjata, tetapi ponsel juga tidak boleh dibawa masuk. Akan ada orang yang bertanggung jawab untuk menyimpan ponsel para tamu.Kedua pengawal itu menghalangi Sienna dan berkata, "Nona, gimana kalau buat janji dengan gurumu di tempat lain? Peraturan di restoran ini memang begitu. Mereka nggak mengizinkan para tamu membawa senjata dan ponsel
"Sienna, sekarang aku akan membawamu ke tempat Lily. Kamu harus minta maaf kepadanya. Dengan begini, jasadmu baru bisa utuh," ancam Arlo.Sienna tak kuasa tertawa. Saat berikutnya, lehernya dicengkeram oleh Arlo. "Lily jadi begini gara-gara kamu. Kamu masih bisa tertawa? Sepertinya kamu memang nggak punya hati nurani."Sienna menatap Arlo dengan dingin. Sudut bibirnya berkedut. "Pak Arlo, aku benar-benar kasihan pada adikmu. Untung dia nggak sempat pulang ke Keluarga Shankar. Kalau nggak, dia pasti merasa jijik melihatmu yang berkomplot dengan penjahat."Tangan Arlo sontak bergetar. Hatinya seolah-olah ditusuk jarum. Namun, dia berusaha menghibur diri sendiri bahwa semua itu hanya provokasi Sienna. Sienna sama sekali tidak menyesali perbuatannya."Kuharap kamu masih bisa bersikap sesombong ini nanti." Arlo melepaskan tangannya dan tidak berbicara lagi. Sienna juga malas meladeninya.Mobil segera tiba di rumah yang ditinggali Lily. Beberapa pengawal menahan Sienna dan membawanya turun d