Sony tidak membalas kata-kata Sienna. Dia berpikir jika Sienna bisa merasa kasihan pada Jacob, semua penderitaan yang dialami Jacob pun akan sepadan.Sienna masuk ke Vila Cahwana sendirian, sedangkan Sony mulai menghubungi orang-orang untuk membawa Snow dan Shiro.Saat melihat ada orang yang akan membawa Snow, Rina langsung panik.Sienna pun menjelaskan pada Rina, "Bi Rina, aku berencana untuk pindah ke Royal Estate dan tinggal bersama Jacob."Satu kalimat itu langsung membuat Rina tidak tahu harus mengatakan apa. Dia ingin membujuk Sienna, tetapi ini adalah masalah mereka berdua. Dia enggan melepaskan dan terus mengelus kepala Snow. Saat teringat kembali masa di mana Sienna menikah pada Jacob selama tiga tahun dan selalu diabaikan, matanya langsung memerah dan mulai meneteskan air mata."Nona Sienna, aku sudah menganggapmu sebagai cucuku sendiri, aku benar-benar nggak ingin kamu menderita di sisinya. Aku tahu bagaimana kehidupanmu selama tiga tahun ini. Tapi, kalau kamu merasa bahagia
Saat kembali ke kamar, Sienna melihat Jacob masih sedang mencoba mengenakan sepatu. Jelas sandalnya ada di samping kakinya, tetapi Jacob tetap mengenakannya secara terbalik dan berusaha pergi ke kamar mandi untuk mandi bersama Sienna.Sienna langsung memborgol pergelangan tangan Jacob dan ujung lainnya diborgol ke sisi tempat tidur. "Kamu istirahatlah dengan baik. Aku akan keluar setelah mandi."Jacob kembali duduk di tempat tidur. Melihat benda di pergelangan tangannya, matanya langsung bersinar. "Sienna, aku suka main ini."Sienna terdiam saat mendengar Jacob suka dengan benda nakal ini. Dia mengutuk Jacob dalam hati, lalu segera mengambil pakaian dan pergi mandi. Sekarang dia tidak perlu khawatir Jacob yang mabuk akan bergerak sembarangan di kamar dan terluka.Setelah mandi dengan cepat, Sienna keluar sambil membawa pengering rambut. Jacob duduk di tempat tidur dan menatapnya dengan tanpa mengedipkan mata. Setelah mengeringkan rambut, dia mendekat untuk membuka borgol Jacob.Begitu
Jacob berjalan mendekati Sienna dan melihat Sienna sedang melukis Shiro yang sedang berbaring di kursi dengan gagah. Dia merasa lebih lega, tetapi tetap duduk dengan cuek di samping Sienna. "Angin apa yang membawamu kemari?"Tangan Sienna yang sedang melukis berhenti karena merasa geli. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa dan terus melukis.Melihat Sienna tidak menjawab, Jacob mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menyalakan pemantik apinya karena berniat untuk menyalakannya. Sebelumnya, dia tidak pernah merokok di depan Sienna dan juga jarang merokok, tetapi belakangan ini dia makin sering merokok. Seolah-olah hanya nikotin yang bisa menghilangkan rasa emosional di hatinya."Jangan merokok di dalam rumah."Jacob mengangkat kepala dan melirik Sienna, lalu berkata dengan nada dingin, "Apa aku membuatmu kesal lagi? Benar juga, orang yang kamu suka itu harusnya nggak merokok."Tangan Sienna yang sedang melukis kembali berhenti. Dia menyadari semalam Jacob benar-benar mabuk dan lupa tentan
Sony memandang semua ini dari kejauhan. Dia merasa kedua insan ini benar-benar cocok. Sienna selalu berekspresi datar di hadapan orang luar, tetapi selalu memperlihatkan emosinya saat bersama Jacob.Sementara itu, Jacob juga sama. Dia hanya menjadi ekspresif saat berada di hadapan Sienna, bahkan bisa syok hanya karena sebuah ciuman.Jacob terperangah di tempatnya cukup lama, sampai-sampai kakinya terasa agak kebas. Sesudah itu, dia perlahan-lahan menghampiri Sienna.Sienna dan Shiro telah berkeliling cukup lama. Karena merasa lelah, keduanya pun beristirahat di pinggir kolam. Kolam di sini ada yang kecil dan besar. Yang kecil memiliki diameter sekitar 3 meter dan digunakan untuk memandikan hewan peliharaan. Itu sebabnya, air kolam ini diganti sekali sehari.Sienna mendorong Shiro ke dalam kolam, lalu menggunakan barang-barang yang disiapkan oleh para pelayan untuk memandikan Shiro.Jacob yang memakai setelan pun mendekat dan berpesan, "Jangan sampai matamu terkena sabun."Begitu Jacob
Di Armania, waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Omar yang mengenakan setelan hitam tampak duduk di ruang privat arena pertarungan bawah tanah.Di bawah sana, terlihat kerumunan yang bersorak dengan penuh semangat dan uang yang beterbangan. Tidak ada yang tahu betapa besar penghasilan arena pertarungan ini dalam sehari.Banyak keluarga kaya di Armania yang mencoba menjangkau tempat ini. Sayangnya, semua gagal. Hanya Jacob yang berhasil melakukannya.Arena pertarungan ini memiliki 7 lantai. Setiap lantai memiliki luas 3.000 meter persegi dan cara mainnya pun berbeda-beda. Banyak tokoh terkenal yang datang kemari di malam hari, menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya.Omar melipat tangannya di depan dada sambil menyaksikan pemandangan di bawah dengan tenang. Saat ini, pintu ruang privat dibuka seseorang. Terlihat Cleo yang memakai terusan bertali berwarna hitam berjalan masuk dengan berlenggak-lenggok."Pak Omar, lama nggak ketemu. Aku nggak nyangka kamu akan datang ke tempat kami
Cleo menyimpan kedua kartu itu dan cukup terkejut dengan kemurahan hati Omar. Keluarga Shankar memang kaya, tetapi nominal sebanyak ini tetap saja mengejutkan.Lagi pula, biasanya tidak ada yang namanya hubungan kekeluargaan dalam keluarga kaya. Bisa dilihat, Omar benar-benar peduli kepada putrinya sehingga berani mempertaruhkan nyawanya untuk datang ke arena pertarungan.Omar bangkit dan merapikan pakaiannya, lalu berujar, "Beri tahu Jacob kalau aku harus menstabilkan kelompok-kelompok besar di Armania untuk sementara ini, jadi nggak punya waktu. Dua puluh triliun itu cuma uang muka. Kalau putriku masih hidup, aku bersedia menyerahkan seluruh Keluarga Shankar kalau Jacob menginginkannya."Cleo terkekeh-kekeh dan menaruh kartu itu di dalam tas. Dia bertanya, "Bukannya kamu masih punya 2 putra? Gimana nasib mereka kalau kamu menyerahkan Keluarga Shankar kepada Jacob?"Alis Omar berkerut. Baginya, putrinya lebih penting daripada putranya. Apalagi, entah berapa banyak penderitaan yang tel
Pukul 11 malam, seorang wanita muncul di gedung S.M. Akan tetapi, wanita itu bukan Sienna, melainkan asistennya.Wind hanya bersembunyi di tengah-tengah kegelapan. Dia berencana untuk menunggu sampai targetnya benar-benar muncul.Wanda tentu tidak menyadari keberadaan Wind. Dia masuk ke sebuah mobil dan suasana seketika menjadi menegangkan.Terlihat pria itu duduk di jok belakang. Jari tangannya mengetuk buku yang berada di pangkuannya. Malam ini adalah jadwal Wanda melayani pria itu. Dia ingin sekali bekerja lembur, tetapi semua pekerjaannya sudah selesai.Pria itu memandang ke arah Wind, lalu mengalihkan pandangannya kembali. Setelah menelepon seseorang, dia menarik Wanda ke pelukannya."Kita ke tempatmu?" tanya pria itu. Meskipun demikian, nada bicaranya terdengar sangat tegas.Kini, Wanda tinggal di apartemen yang sama dengan para artis. Dia khawatir ada yang melihatnya sehingga buru-buru menggeleng dan menolak, "Jangan.""Kalau begitu, kita ke hotel," ujar pria itu dengan nada dat
Jacob mengakhiri panggilan. Saat berikutnya, terdengar dering ponsel Wanda. Wanita itu terlihat seperti anak ayam yang ketakutan. Dia terus berdempetan dengan Sienna seperti hendak meminta perlindungan.Sienna tentu merasakan keanehan ini. Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu kenapa? Kecapekan ya? Apa aku perlu menyuruh Sony mengantarmu pulang?""Jangan!" Wanda segera mengambil dokumen di samping dan berkata, "Bu, aku ingin menemanimu lembur."Wajah Wanda terlihat pucat. Jelas, dia belum sempat beristirahat dengan baik. Sienna pun menghela napas dan berujar, "Ponselmu terus berdering."Wanda tidak berani menolak panggilan sehingga hanya menekan mode hening. Kemudian, Wanda mendapati pesan yang dikirim pria itu.[ Apa aku perlu masuk untuk mencarimu? ]Sekujur tubuh Wanda menegang. Pada akhirnya, dia bangkit dan berkata dengan terbata-bata, "Bu, a ... aku sudah ngantuk. Aku ... pulang dulu. Kamu ... istirahat lebih awal."Sienna bangkit dan hendak mengantar Wanda keluar, te
"Aku memang menginginkannya, tapi saran ketua belum diterima," sahut Ed. Jika dia memiliki senjata mematikan ini, menghabisi Jacob dan lainnya sangat mudah.Hans juga berdiri di depan dinding kaca yang tebal. Dinding kaca ini tidak bisa ditembus peluru. Segala sesuatu yang berada di dalam ruangan bisa diamati dari setiap sisi.Bahkan, para staf langsung mengamati proses perkembangbiakan antara 2 manusia. Semua manusia yang berada di dalam ruangan tidak mempunyai harga diri lagi. Mereka bagaikan hewan yang dikurung di dalam kandang.Bisa dibilang, mereka lebih rendahan daripada hewan. Mereka hanya bahan eksperimen.Ed datang melihat senjata mematikan ini beberapa jam sekali. Setiap kali, keinginan Ed untuk memiliki senjata mematikan ini makin besar.Senjata mematikan ini memakai kalung giok kecil. Katanya, dia sudah memakai kalung itu selama bertahun-tahun. Itu adalah giok biasa, jadi para staf tidak mengambil kalung itu.Kalung tersebut membuat senjata mematikan ini berbeda dengan yang
Anak buah yang mengikuti Jacob adalah ahli. Mereka bisa melewati tes bakat dengan mudah. Akhirnya, ada 14 orang yang melewati tes. Mereka disuruh masuk ke sebuah mobil dan staf mengatakan mereka akan dibawa ke tempat pelatihan.Jacob memandang ke luar jendela sambil mendengar percakapan orang-orang di dalam mobil."Aku nggak menyangka bisa melewati tes. Kali ini, aku harus menghasilkan banyak uang.""Setelah menghasilkan banyak uang, aku nggak akan hidup susah lagi. Orang tuaku juga akan merasa bangga.""Apa aku bisa membeli mobil setelah kembali? Jalan Wally itu tempat yang sangat terkenal di dunia."Jacob bersandar di kursi. Tatapannya menjadi muram. Orang-orang ini tidak tahu mereka akan dibawa ke tempat yang mengerikan.Mobil terus melaju. Selain Jacob dan anak buahnya, tidak ada yang tahu lokasi pelatihan yang disebutkan staf.Empat jam kemudian, mobil berhenti di daerah pedalaman gunung. Sopir menyuruh semua orang turun dari mobil dan menunggu di luar dengan bahasa lokal.Jacob t
Saat terdengar suara di luar pintu, wanita itu pun bangkit karena sepertinya Jacob sudah kembali. "Malam ini aku akan mulai bertindak, sepertinya nanti nggak akan datang mencarimu lagi. Jaga dirimu baik-baik."Wanita berbicara dengan cepat dan langsung keluar sambil menundukkan kepalanya saat Jacob membuka pintu.Jacob sempat melihat wanita itu. Setelah wanita itu keluar, dia baru menutup pintu dan menatap Sienna. "Kenapa dia datang ke sini lagi?""Mengantarkan makanan untukku. Kenapa ada ledakan di luar?" kata Sienna."Aku yang membuatnya. Arlo dan Bakti sudah pergi ke sana. Malam ini mereka akan menyamar sebagai mayat-mayat orang dari Negara Deslandia yang tewas akibat ledakan dan akan dibawa ke rumah sakit," jelas Jacob.Jantung Sienna langsung berhenti sejenak saat mendengar mereka sudah mulai bertindak."Sienna, aku juga harus pergi ke pusat kesejahteraan sekarang," lanjut Jacob.Setelah menjelaskan situasi di pusat kesejahteraan secara singkat, Jacob mengangkat tangan dan mengelu
Bakti yang menopang dagunya menatap Jacob, lalu menatap Arlo dan akhirnya melihat ke arah Sienna yang duduk di sofa. Dia merasa suasana di antara ketiga orang ini terasa aneh, tetapi sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal ini. Jacob sudah bilang mereka akan bertindak malam ini, sehingga dia harus bersiap-siap sekarang.Di dalam kamar, Arlo menatap Bakti dan berkata, "Kamu akan bergerak bersamaku, kamu harus berhati-hati."Bakti yang merasa lucu langsung tersenyum. "Tenang saja."Saat ini, Jacob sudah keluar. Sebelum pergi, dia menggendong Sienna ke dalam kamar untuk tidur.Sienna tidur dengan nyenyak, sehingga dia tidak terbangun. Saat mendengar suara ledakan di luar pada malam harinya, dia baru terbangun karena terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur untuk pergi ke ruang tamu. Dia merasa gelisah saat melihat ketiga pria itu tidak ada di sana, lalu menemukan selembar kertas yang ditinggalkan Jacob di saklar lampu di dekat pintu.[ Jangan keluar, aku akan segera kembali. ]M
Sienna segera berbalik dan membuka pintu kamar tidurnya. Kamar hotel yang dipesannya adalah tipe suite, sehingga di luar adalah ruang tamu saat dia membuka pintunya.Jacob, Arlo, dan Bakti sedang duduk di sofa di ruang tamu itu. Ruang tamu di sini tidak luas dan sofanya juga kecil, sehingga tiga pria itu duduk dengan agak berdesakan.Melihat Sienna yang keluar dengan hanya mengenakan piama, Jacob yang awalnya sedang menunjukkan beberapa titik di peta langsung tertegun sejenak.Sienna baru menyadari dirinya masih mengenakan piama saat melihat ekspresi Jacob. Namun, selain piama yang semalam sudah dikeluarkannya sebelumnya, saat ini dia tidak memiliki pakaian lain karena kopernya sudah dibawa pergi.Jacob juga tidak melihat ada koper Sienna di sana. Dia mengira Sienna datang terburu-buru, sehingga tidak membawa apa-apa. "Kamu istirahat saja lagi, aku akan pergi membelikan pakaian untukmu.""Ya," jawab Sienna, lalu menutup pintu dengan wajah yang memerah.Jacob meletakkan peta di depan ke
Sienna juga tahu pertemuannya dengan wanita itu terlalu kebetulan. Selain itu, saat mereka di negara asing ini, wanita itu sepertinya sama sekali tidak panik.Namun, Sienna ingin memercayai wanita itu karena tatapan wanita itu sangat penuh dengan emosi saat berbicara tentang mencari adiknya. Perasaan seperti itu tidak mungkin pura-pura, mungkin benar-benar datang mencari adiknya. Saat keduanya masuk ke hotel ini dan melihat wajah masing-masing, wanita juga tidak terlihat terkejut. Ini membuktikan wanita itu tidak mengenalinya.Sienna melihat sup di dalam mangkuk dan meminumnya sedikit. "Sepertinya dia memang datang untuk mencari orang."Jacob mengangkat tangannya dan mengelus kepala Sienna. Dia sangat memahami kepribadian Sienna yang terlihat dingin, tetapi sebenarnya hati Sienna sangat lembut. Dia sering kali tidak tega terhadap siapa pun dan sangat bertanggung jawab. Meskipun kepribadian ini entah membawa berkah atau bencana, dia tidak akan memaksa Sienna untuk berubah.Setelah seles
Jacob tidak mengatakan apa-apa. Dia langsung masuk dan mengambil koper Sienna yang berada di dalam kamar, lalu menggenggam tangan Sienna dan menariknya keluar.Pada saat itu, ponsel Sienna kembali berdering, tetapi dia tidak memperhatikannya karena yang ada di pikirannya hanya mengapa Jacob bisa begitu cepat tiba. Pikirannya agak kacau dan Jacob juga tidak mengatakan apa-apa, sehingga dia merasa bersalah dan memilih untuk diam. Selain itu, dia juga merasa agak lemas karena sakit di lambungnya tadi.Saat hendak masuk ke dalam mobil, ponsel Sienna kembali berbunyi. Kopernya sudah dimasukkan ke dalam bagasi dan Jacob ke kursi depan untuk menyalakan mobilnya, sedangkan dia berdiri di luar untuk menerima panggilan."Sienna, kamu di mana? Bukankah aku sudah bilang jangan berkeliaran?" tanya Jacob.Mendengar pertanyaan itu, seluruh tubuh Sienna langsung menjadi kaku dan pikirannya segera menjadi jernih. Apa maksudnya ini? "Jacob?""Ya."Jacob bertanya dengan nada yang sangat cemas, "Kenapa ka
Motor pun berhenti di pusat kota. Tidak ada begitu banyak gedung tinggi di Kango dan gedung yang tertinggi di sana pun hanya sekitar puluhan lantai saja. Yang tidak diketahui Sienna adalah daerah itu adalah tempat yang dihuni Jacob saat ini. Gedung tertinggi yang dilihatnya itu kebetulan adalah pusat kesejahteraan sosial.Sementara itu, saat ini Jacob sudah berada di bandara untuk menjemput Sienna. Sebelumnya, jadwal penerbangan pesawat sempat tertunda, tetapi sekarang tiba-tiba tidak ada informasi tentang penerbangan itu lagi. Setelah bertanya-tanya, dia baru tahu Sienna sudah meninggalkan bandara.Jacob hanya bisa melihat Sienna mengendarai motor bersama seorang wanita karena jumlah kamera pengawas di sepanjang jalan di Kango sangat sedikit. Namun, ke mana mereka pergi, tidak ada yang tahu. Dia yang merasa panik pun meminta timnya untuk memeriksa kembali kamera di sepanjang jalan dan akhirnya menemukan jejak Sienna di sebuah jalan.Mengetahui Sienna menuju kota yang dihuninya sekaran
Namun, Arlo dan yang lainnya tidak menyangka kota tempat Jacob berada tiba-tiba dilanda kepanikan pada siang harinya.Tepat pada pukul tujuh paginya, seorang pasien yang sudah terinfeksi penyakit ditemukan berada di pusat kota yang paling ramai. Ini berarti penyakit itu sudah menyebar ke pusat kota. Pusat perbelanjaan tempat ditemukan pasien itu sudah diisolasi dan semua orang di dalamnya ditahan untuk diperiksa, sedangkan orang yang berada di luar merasa ketakutan.Jacob berdiri di balkon hotel dan melihat orang-orang yang berada di jalanan bergerak dengan tergesa-gesa. Semua orang beramai-ramai pergi ke supermarket untuk membeli barang karena kota ini akan segera kacau. Oleh karena itu, dia langsung mengernyitkan alis saat menerima telepon dari Jero dan jantungnya berdebar. "Menjaga satu orang pun kamu tidak becus!"Jero yang sadar dengan kesalahannya tidak berani membantah.Jacob berusaha untuk menahan emosinya, lalu segera mencoba menelepon Sienna setelah menutup teleponnya, tetapi