Jacob berjalan mendekati Sienna dan melihat Sienna sedang melukis Shiro yang sedang berbaring di kursi dengan gagah. Dia merasa lebih lega, tetapi tetap duduk dengan cuek di samping Sienna. "Angin apa yang membawamu kemari?"Tangan Sienna yang sedang melukis berhenti karena merasa geli. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa dan terus melukis.Melihat Sienna tidak menjawab, Jacob mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menyalakan pemantik apinya karena berniat untuk menyalakannya. Sebelumnya, dia tidak pernah merokok di depan Sienna dan juga jarang merokok, tetapi belakangan ini dia makin sering merokok. Seolah-olah hanya nikotin yang bisa menghilangkan rasa emosional di hatinya."Jangan merokok di dalam rumah."Jacob mengangkat kepala dan melirik Sienna, lalu berkata dengan nada dingin, "Apa aku membuatmu kesal lagi? Benar juga, orang yang kamu suka itu harusnya nggak merokok."Tangan Sienna yang sedang melukis kembali berhenti. Dia menyadari semalam Jacob benar-benar mabuk dan lupa tentan
Sony memandang semua ini dari kejauhan. Dia merasa kedua insan ini benar-benar cocok. Sienna selalu berekspresi datar di hadapan orang luar, tetapi selalu memperlihatkan emosinya saat bersama Jacob.Sementara itu, Jacob juga sama. Dia hanya menjadi ekspresif saat berada di hadapan Sienna, bahkan bisa syok hanya karena sebuah ciuman.Jacob terperangah di tempatnya cukup lama, sampai-sampai kakinya terasa agak kebas. Sesudah itu, dia perlahan-lahan menghampiri Sienna.Sienna dan Shiro telah berkeliling cukup lama. Karena merasa lelah, keduanya pun beristirahat di pinggir kolam. Kolam di sini ada yang kecil dan besar. Yang kecil memiliki diameter sekitar 3 meter dan digunakan untuk memandikan hewan peliharaan. Itu sebabnya, air kolam ini diganti sekali sehari.Sienna mendorong Shiro ke dalam kolam, lalu menggunakan barang-barang yang disiapkan oleh para pelayan untuk memandikan Shiro.Jacob yang memakai setelan pun mendekat dan berpesan, "Jangan sampai matamu terkena sabun."Begitu Jacob
Di Armania, waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Omar yang mengenakan setelan hitam tampak duduk di ruang privat arena pertarungan bawah tanah.Di bawah sana, terlihat kerumunan yang bersorak dengan penuh semangat dan uang yang beterbangan. Tidak ada yang tahu betapa besar penghasilan arena pertarungan ini dalam sehari.Banyak keluarga kaya di Armania yang mencoba menjangkau tempat ini. Sayangnya, semua gagal. Hanya Jacob yang berhasil melakukannya.Arena pertarungan ini memiliki 7 lantai. Setiap lantai memiliki luas 3.000 meter persegi dan cara mainnya pun berbeda-beda. Banyak tokoh terkenal yang datang kemari di malam hari, menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya.Omar melipat tangannya di depan dada sambil menyaksikan pemandangan di bawah dengan tenang. Saat ini, pintu ruang privat dibuka seseorang. Terlihat Cleo yang memakai terusan bertali berwarna hitam berjalan masuk dengan berlenggak-lenggok."Pak Omar, lama nggak ketemu. Aku nggak nyangka kamu akan datang ke tempat kami
Cleo menyimpan kedua kartu itu dan cukup terkejut dengan kemurahan hati Omar. Keluarga Shankar memang kaya, tetapi nominal sebanyak ini tetap saja mengejutkan.Lagi pula, biasanya tidak ada yang namanya hubungan kekeluargaan dalam keluarga kaya. Bisa dilihat, Omar benar-benar peduli kepada putrinya sehingga berani mempertaruhkan nyawanya untuk datang ke arena pertarungan.Omar bangkit dan merapikan pakaiannya, lalu berujar, "Beri tahu Jacob kalau aku harus menstabilkan kelompok-kelompok besar di Armania untuk sementara ini, jadi nggak punya waktu. Dua puluh triliun itu cuma uang muka. Kalau putriku masih hidup, aku bersedia menyerahkan seluruh Keluarga Shankar kalau Jacob menginginkannya."Cleo terkekeh-kekeh dan menaruh kartu itu di dalam tas. Dia bertanya, "Bukannya kamu masih punya 2 putra? Gimana nasib mereka kalau kamu menyerahkan Keluarga Shankar kepada Jacob?"Alis Omar berkerut. Baginya, putrinya lebih penting daripada putranya. Apalagi, entah berapa banyak penderitaan yang tel
Pukul 11 malam, seorang wanita muncul di gedung S.M. Akan tetapi, wanita itu bukan Sienna, melainkan asistennya.Wind hanya bersembunyi di tengah-tengah kegelapan. Dia berencana untuk menunggu sampai targetnya benar-benar muncul.Wanda tentu tidak menyadari keberadaan Wind. Dia masuk ke sebuah mobil dan suasana seketika menjadi menegangkan.Terlihat pria itu duduk di jok belakang. Jari tangannya mengetuk buku yang berada di pangkuannya. Malam ini adalah jadwal Wanda melayani pria itu. Dia ingin sekali bekerja lembur, tetapi semua pekerjaannya sudah selesai.Pria itu memandang ke arah Wind, lalu mengalihkan pandangannya kembali. Setelah menelepon seseorang, dia menarik Wanda ke pelukannya."Kita ke tempatmu?" tanya pria itu. Meskipun demikian, nada bicaranya terdengar sangat tegas.Kini, Wanda tinggal di apartemen yang sama dengan para artis. Dia khawatir ada yang melihatnya sehingga buru-buru menggeleng dan menolak, "Jangan.""Kalau begitu, kita ke hotel," ujar pria itu dengan nada dat
Jacob mengakhiri panggilan. Saat berikutnya, terdengar dering ponsel Wanda. Wanita itu terlihat seperti anak ayam yang ketakutan. Dia terus berdempetan dengan Sienna seperti hendak meminta perlindungan.Sienna tentu merasakan keanehan ini. Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu kenapa? Kecapekan ya? Apa aku perlu menyuruh Sony mengantarmu pulang?""Jangan!" Wanda segera mengambil dokumen di samping dan berkata, "Bu, aku ingin menemanimu lembur."Wajah Wanda terlihat pucat. Jelas, dia belum sempat beristirahat dengan baik. Sienna pun menghela napas dan berujar, "Ponselmu terus berdering."Wanda tidak berani menolak panggilan sehingga hanya menekan mode hening. Kemudian, Wanda mendapati pesan yang dikirim pria itu.[ Apa aku perlu masuk untuk mencarimu? ]Sekujur tubuh Wanda menegang. Pada akhirnya, dia bangkit dan berkata dengan terbata-bata, "Bu, a ... aku sudah ngantuk. Aku ... pulang dulu. Kamu ... istirahat lebih awal."Sienna bangkit dan hendak mengantar Wanda keluar, te
Jacob mengerahkan tenaga yang cukup besar sehingga membuat Sienna merasa agak sakit. Akan tetapi, Sienna mengerti bahwa Jacob ingin memberitahunya untuk tidak perlu takut pada insiden malam itu.Sienna memeluk Jacob dengan mata memerah dan berkaca-kaca. Sesaat kemudian, gerakan Jacob menjadi lebih lembut. Dia berucap dengan suara serak, "Maafkan aku."Sienna menggeleng dengan perlahan dan membiarkan Jacob bertindak sesuka hati.Keesokan pagi ketika Sienna dan Jacob hendak pergi, terlihat makin banyak mobil terparkir di luar. Orang yang memimpin tidak lain adalah Deshton. Dia diikuti oleh orang-orang itu.Deshton berdiri di barisan paling depan dengan ekspresi lugu. Dia bersandar di mobil dan menatap mobil yang ditumpangi Sienna dengan tersenyum.Saat berikutnya, terlihat beberapa pria itu menghampiri mobil Jacob dan Sienna. Entah apa yang dikatakan orang-orang itu kepada Jacob, tetapi ekspresi mereka terlihat sangat serius.Jacob melambaikan tangannya dengan ringan, lalu membungkuk dan
Deshton berdiri di tempatnya dengan ekspresi suram. Sambil memandang mobil Sienna pergi, dia mengepalkan tangannya dengan erat. Pada akhirnya, dia menggigit bibirnya dan tersenyum dingin.Sienna tidak tahu yang dikatakan Deshton benar atau tidak. Steven jelas-jelas berdiri di pihak putra pertamanya. Sekarang Jacob sudah dibawa pergi. Orang-orang itu pasti akan mencari alasan untuk menahannya dalam jangka waktu tertentu.Namun, Jacob sangat cerdas. Sienna yakin Jacob tidak akan disulitkan oleh masalah seperti ini. Selain itu, Jacob pasti memiliki keyakinan karena berani mengikuti orang-orang itu begitu saja. Jadi, yang harus dilakukan Sienna untuk sekarang hanya menunggu Jacob pulang.Setelah keluar sebentar dan kembali ke Royal Estate, Sienna menerima pesan dari Jacob.[ Jaga dirimu baik-baik. Serahkan semuanya padaku. ]Pesan ini langsung membuat hati Sienna tenang. Di sisi lain, Jacob sedang berada di sebuah ruangan dan terlihat beberapa orang duduk di depannya. Orang-orang ini memil