Share

Terserah Kamu Mas

Penulis: Nabila Fahrezi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ngapain kamu pagi - pagi ngobrol di rumah tetangga. Punya anak nggak di urusin malah ganjen sama laki - laki!" bentak mas Arman saat aku sampai di rumah.

"Aku tadi mengantar bajunya udah disetrika ke rumah Mbak Rahmi mas, bukan sengaja ngobrol sama lelaki lain seperti yang kamu bilang." jawabku pelan karena tidak ingin pagi-pagi bertengkar dengannya.

"Itu urus anak kamu, dari tadi mandi tidak selesai. aku juga harus segera mandi dan pergi ke kantor." Aku berlalu tanpa menjawab kata-kata mas Arman.

"Sayang, sudah selesai belum mandinya?" tanya aku pada Nindy.

"Ma , Nindy pup. Nindy nggak bisa membersihkannya. Tadi Nindy sudah minta tolong papa tapi papa nggak mau." Kata Nindy dengan takut.

"Yuk , mama bantu bersihin. Kita harus segera berangkat ke sekolah." Aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mas Arman. Bisa-bisanya dia menolak membantu anaknya sendiri. Setelah memandikan Nindy, aku segera membawa Nindy ke kamar untuk membantunya memakai seragam.

"Horeee.. kita jadi beli buku kan ma?"katanya putriku penuh harap.

" Iya, nanti kita beli buku ya sayang." Aku tadi bahkan sampai lupa minta uangku pada Mbak Rahmi karena mas Arman buru-buru teriak-teriak marah tadi.Biarlah nanti aku akan mampir ke rumah Mbak Rahmi sebelum mengantar Nindy sekolah.

"Mama siapin bekal dulu ya sayang, lalu kita berangkat." kataku pada putriku setelah sarapan.

" Iya ma"

"Marni mana bekalku?" tanya mas Arman padaku.

"Iya mas bentar, aku siapkan dulu."

"Kamu dari tadi ngapain sih, ini udah jam berapa? Bisa telat nanti aku.Ngurus anak satu aja nggak becus." bentak mas Arman dengan keras. Seperti biasa aku hanya diam tanpa membalas perkataannya. Bukannya aku takut dengannya aku hanya menjaga perasaan putriku. Aku tidak mau membuat putriku mengalami trauma jika harus menyaksikan aku dan mas Arman bertengkar setiap hari.

"Ini bekalmu mas." kataku sambil menyodorkan bekal padanya.

"Ayo kita berangkat ma." kata putriku penuh semangat. Aku tahu apa yang membuatnya semangat, pasti karena buku yang akan dia beli.

"Yuk sayang, tapi nanti kita mampir ke rumah tante Rahmi dulu ya. Mama mau ambil uang upah mama untuk membayar buku kamu." kataku sambil melirik mas Arman. Dia hanya cuek sambil tetap menyantap sarapannya.

"Iya ma." seperti biasa Nindy mendekati mas Arman untuk mencium tangannya sebelum berangkat ke sekolah. Itu yang selalu aku ajarkan pada putriku.

"Aku berangkat dulu mas."kataku berpamitan pada mas Arman. Mas Arman hanya diam tanpa menjawab perkataanku.

Aku dan Nindy mampir ke rumah Mbak Rahmi karena aku ingin mengambil upahku.

"Assalamualaikum mbak Rahmi.." tadi aku pernah di dalam seperti tidak ada orang.

"Wa'alaikumusalam Marni. Ayo sini masuk, ada apa?Kok tumben pagi-pagi sudah ke sini?"katanya Mbak Rahmi penasaran.

"Jadi gini Mbak, aku ingin meminta upahku sekarang karena aku harus membayarkan uang buku pendamping Nindy. " jawabku hati-hati agar Mbak Rahmi tidak tersinggung.

"Oalah Jadi gitu. Tunggu sebentar ya aku ambilkan. "kata Mbak Rahmi kemudian berlalu masuk ke dalam rumah.

Aku dan Nindy melihat-lihat taman bunga Mbak Rahmi yang tampak asri. Banyak sekali bunga-bunga beraneka warna yang mengundang kupu-kupu untuk hinggap.Dan kupu-kupu itu menarik perhatian Nindy.

"Marni, ini upah kamu. Dan ini ada tambahan bonus buat kamu." kata Mbak Rahmi sambil tersenyum.

"Masya Allah mbak, beneran ini mbak? Tapi ini apa nggak kebanyakan Mbak?" tanyaku tidak percaya.

"Itu beneran Marni. Pelanggan yang tadi pagi itu yang memberikan bonus besar padaku karena puas dengan hasil jahitan dan kerapian packing kamu. Kata beliau, kalau packing dan jahitannya rapi harganya bisa naik dua kali lipat."tutur Mbak Rahmi padaku.

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Dulu ibuku sering mengajarkanku untuk selalu bersyukur. Dan aku sangat bersyukur di saat aku sangat membutuhkan uang ini untuk membayar buku Nindy. Allah memberikan mukjizatnya. Terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang kau beri. Maafkan hambamu ini yang kadang masih sering mengeluh tidak bisa mensyukuri nikmatmu.

Setelah berpamitan pada Mbak Rahmi aku dan Nindy langsung berangkat ke sekolah karena 15 menit lagi sekolah akan dimulai. Sesampainya di sekolah aku langsung ke kantor guru dan menemui wali kelas Nindy.

"Assalamualaikum selamat pagi Bu Anas."sapaku pada wali kelas Nindy.

"Wa'alaikumusalam bu Marni, mari silakan masuk."jawab bu Anas sopan.

"Begini bu saya ingin membayar buku pendamping Nindy."kataku pada bu Anas.

"Oh iya bu, silahkan. Saya kemarin sudah mengatakan pada Nindy untuk membawa buku itu dulu. Nanti masalah pembayaran gampang bisa diatur. Tapi kata Nindy mau tanya ibu dulu. Nindy tidak mau membebani ibu dengan masalah uang pembayaran. Terus terang saya kagum dengan pemikiran bijak Putri ibu. Pola pikirnya sangat dewasa. Di saat teman-temannya sudah mempunyai buku dia tidak bermasalahkan itu. Ibu sangat pandai mendidik Putri ibu." jawaban bu Anas membuatku terharu. Memang pola pikir putriku itu sangat dewasa. Dan yang pasti aku sangat bangga padanya.

"Terima kasih bu. Terima kasih sekali sudah sangat perhatian dengan putri saya. Saya sangat terharu dengan perhatian ibu. Tetapi hari ini saya sudah punya uang bu. Dan ini uangnya untuk membayar buku." ujarku sambil memberikan uang 150 ribu pada bu Anas. Tadi aku diberi uang 200 ribu oleh Mbak Rahmi. sebenarnya upahku hanya 100 ribu. Tapi tadi Mbak Rahmi memberikan bonus sebanyak 100 ribu. Aku sangat bersyukur.

"Baiklah Bu Marni, ini uangnya saya terima. Dan sudah lunas ya ibu."kata bu Anas dengan tersenyum.

"Baiklah bu Saya permisi." kataku pada bu guru.

"Iya bu, silahkan."

Aku segera pulang ke rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. membereskan tempat tidur mas Arman yang selalu berantakan. Memungut baju-baju kotor yang sering ia lempar sembarangan. Mengambil handuk basah mas Arman yang ia letakkan sembarangan. Aku sudah capek selalu mengingatkan padanya. Dia bukan anak kecil lagi yang harus diingatkan tentang pentingnya kebersihan.

Aku segera mencuci baju-baju kotor selalu menjemurnya. Setelahnya aku membereskan meja makan kemudian mencuci perkakas dapur yang kotor tadi pagi. Begitulah terus keseharianku. Sebentar lagi Nindy akan pulang sekolah dan aku harus segera menjemputnya.

Aku menunggu di depan pintu gerbang sekolah. Nindy melambaikan tangannya sambil memanggilku. Dia sangat senang saat melihatku sudah menunggunya di depan. Pernah sekali aku telat menjemputnya,dia sangat ketakutan tetapi untung saja ada seorang penjaga sekolah yang mengantarkan Nindy pulang. Saat itu aku sedang terlena mengerjakan pekerjaan rumah sehingga lupa waktu untuk menjemput putriku. Aku sangat menyesal melihat putriku ketakutan seperti itu.

Bab terkait

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Istri Nggak Becus

    Setelah menjemput Nindy aku segera pulang ke rumah karena nanti siang mbak Rahmi akan mengirimkan baju-baju yang harus aku setrika dan aku packing. Aku sangat senang bisa mendapat pekerjaan ini. Mungkin dengan ini nanti aku bisa memberikan uang jajan pada Nindy.Tepat jam 01.00 siang, sebuah mobil box berhenti di depan rumahku. lalu seorang lelaki turun dan menyapaku yang sedang berada di teras menyuapinya Nindy makan."Selamat siang, Apa benar ini rumah Mbak Marni?"katanya lelaki itu padaku."Oh iya mas kebetulan saya Marni."sahutku."Ini Mbak saya mengantarkan baju dari pelanggan mbak Rahmi.""Ma Nindy makan sendiri aja."kata Nindy lalu mengambil alih piring yang kupegang."Terima kasih ya sayang.""Sini mas taruh di sini saja."kataku pada lelaki yang mengantar pakaian itu."Kalau begitu saya permisi ya mbak harus mengantar baju yang lain. Oh ya ini bisa saya ambil kapan ya mbak?" tanya lelaki itu memastikan."Mungkin besok jam segini lagi ya mas. Soalnya itu banyak banget dan saya

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Pulangkan Aku

    Tak terasa sudah satu bulan aku bekerja sambilan pada pelanggan Mbak Rahmi. Hari ini aku akan menerima upahku selama 1 bulan. Memang di awal tidak pernah dijelaskan berapa upahku. Aku sudah sangat bersyukur mbak Rahmi mau memberiku pekerjaan ini. Sekarang aku sudah berhenti melaundry baju tetangga karena aku sudah tidak bisa lagi membagi waktu. Tepat pukul 01.00 siang mas Aris mengantarkan baju yang harus aku kerjakan hari ini sambil mengambil baju yang ia antar kemarin. Seperti biasa aku menyuruhnya untuk membantu mengangkat baju-baju itu ke ruang tv."Mbak ini ada titipan dari bos saya."kata mas Aris sambil menyerahkan amplop coklat padaku. aku yakin itu adalah amplop gajiku."Terima kasih ya mas, sampaikan juga terima kasihku pada beliau." kataku tersenyum.Setelah mas Aris pergi aku membuka amplop gajiku. Aku menghitung uang dalam amplop itu.Masya Allah, apa ini nggak salah. Aku kembali menghitung uang itu. Benar aku nggak salah ada 2 juta di dalam amplop itu. Ini benar-benar nil

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Mencari Pekerjaan

    Aku memutuskan untuk segera mencari pekerjaan karena aku yakin mas Arman tidak akan lagi memberikan nafkah untukku dan Nindy. aku harus kuat demi anakku. Aku pandangi wajah polos anakku yang sedang tertidur itu dengan hati yang pilu. Aku sudah menceritakan semua masalah kepada ayah dan ibu. Hebatnya mereka tidak menyalahkanku karena dulu sudah menolak pilihan mereka. Ayah dan ibuku yakin ini semua sudah digariskan oleh Allah dan kita sebagai hambanya harus bisa menjalani."Besok kamu jadi cari kerja Mar? Memangnya kamu sudah punya pandangan mau melamar kerja di mana?" tanya ibuku dengan lembut setelah aku keluar dari kamar Nindy."Kalau punya pandangan sih belum Bu. Tapi besok Marni akan coba melamar ke beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan sesuai kemampuan Marni. Tadi Marni sudah lihat beberapa iklan lowongan pekerjaan di web. Besok Marni akan coba ke sana untuk mencoba mengadu nasib." kataku yakin. "Semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan ya nak. Untuk masalah Nindy

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Teman Lama

    Pagi ini aku pergi untuk memberikan berkas lamaranku ke beberapa perusahaan. Rencananya setelah selesai memasukkan beberapa lamaran nanti aku akan segera ke sekolahan Nindy untuk meminta surat pindah. Karena akan memakan waktu jika harus berangkat dari rumah ibuku nanti jadi aku putuskan untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat."Kamu Marni kan?"tanya seseorang yang wajahnya tidak asing bagiku."Iya benar. Maaf anda siapa ya?" tanyaku karena benar-benar lupa siapa dia. Yang kuingat hanya wajahnya sangat familiar."Kamu lupa ya aku Mira." katanya dengan sedikitnya cemberut."Miraa.. kamu Mira Adelia bukan?" katanya aku memastikan penglihatanku. Karena di hadapanku sekarang adalah seorang gadis cantik yang sangat sempurna." Iya benar kamu masih ingat kan?" katanya sambil tersenyum." Iya aku ingat cuma aku tadi sedikit pangling karena kamu sekarang sangat cantik. Kamu sangat berbeda dengan yang dulu." kataku takjub."Iya dulu aku sangat gemuk dan juga cupu sehingga sering di bully b

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Hari Pertama Bekerja

    "Iya Bu benar. Mira menawarkan pekerjaan padaku. Kata Mira dulu dia mencari ke rumah kita yang lama beberapa kali tapi tidak pernah bertemu denganku. Dan tadi dia sangat bahagia bertemu denganku begitupun aku bahagia bertemu teman lama apalagi dia memberi ku kejutan besar seperti ini. Siapa yang tidak bahagia." kataku dengan mata berkaca-kaca."Kamu pantas mendapatkannya nak. Inilah jawaban doa-doa mu selama ini. Tuhan tidak tidur nak." kata ibuku sambil memelukku."Sebentar bu. Aku harus menghubungi Mira secepatnya agak posisi itu tidak terisi dengan yang lain." kataku cepat karena baru ingat kalau aku harus mengabari Mira secepatnya."Iya nak kabari Mira secepatnya sekarang." kata ibuku mendukungku."Baik bu." kataku segera masuk kamar karena ingin segera menghubungi Mira.***"Assalamualaikum.. Mira.. ini Marni. Apa pekerjaan yang kamu tawarkan tadi masih berlaku untukku?"kataku pada Mira begitu sambungan teleponku diangkat olehnya."Wa'alaikumsalam Marni. Iya kok masih. Besok kamu

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Mantan Suami

    "Marni, kita ke cafe yuk sudah lama kita tidak nongkrong bareng." kata Mira padaku."Boleh Mir. Aku juga kangen banget sama kamu. Banyak yang pengen aku obrolin sama kamu." kataku sambil tersenyum pada Mira."Aku tunggu di mobil ya. Kamu siap-siap aja dulu. Jangan lupa dandan yang cantik sekalian nanti kita jalan-jalan ke mall. Aku mau beli hadiah untuk anak kamu itung-itung dulu aku nggak datang pas acara kamu nikahan dan lahiran anak kamu." kata Mira sambil tersenyum."Nggak usah repot-repot Mir. Aku jadi nggak enak sama kamu. Sudah diberi kerjaan aja aku sudah sangat bahagia." aku tidak enak badan Mira karena selalu merepotkannya."Ehh ini untuk anakmu lho bukan untuk kamu Kamu jangan ge er dulu. Aku mau kenalan sama Nindy, masa iya sebagai Tante aku nggak bawa apa-apa. Apa nanti kata Nindy kalau tahu tantenya datang dengan tangan kosong. Sebentar aku mau ambil tasku dulu aku tunggu di mobil ya." kata Mira sambil bergegas pergi tanpa menggubris kata-kataku."Mira kamu selalu saja se

  • Suamiku Sangat Perhitungan    POV Arman

    "Sebentar lagi aku akan mengirimkan surat dari pengadilan agama untuk mu mas. Jadi jangan pernah ikut campur lagi urusanku." kata-kata dari Marni masih terngiang-ngiang di kepalaku.Brengsek aku salah perhitungan. Sudah berani dia padaku. Tidak bisa di biarkan. Aku kira dengan mengancam Marni memulangkan dia pada ibunya dia akan takut padaku. Tapi nyatanya sekarang dia malah mempunyai pekerjaan yang mapan. Bahkan aku melihatnya semakin cantik saja dengan pakaian kerjanya.Kalau dibilang menyesal ya aku memang menyesal membiarkan Marni pergi ke rumah ibunya. Aku memang sengaja tidak menjemputnya aku ingin dia memohon padaku agar dijemput. Sejak kepergian Marni rumah jadi berantakan. Pakaian dan piring kotor di mana-mana. Bahkan sekarang pakaian kerja aku juga tidak pernah disetrika.Beberapa teman kerjaku bahkan mengejekku tidak becus jadi suami hingga ditinggal istri pergi ke rumah orang tuanya. Tapi aku menyangkal karena memang aku tidak bersalah. Marni saja yang terlalu boros tidak

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Di Usir

    "Wa'alaikumsalam." terdengar suara jawaban dari dalam rumah.Tak berapa lama pintu dibuka terlihat ibu mertua kaget melihatku di sini. Aku tersenyum menatap ibu mertua dan mengambil punggung tangannya untuk aku cium. "Apa kabar bu?Saya ke sini mau menjemput Marni dan Nindy. Dan ini saya membawa martabak kesukaan ayah. Oh ya bu, di mana Nindy?" pura-pura mencari Nindy padahal tidak pernah sekalipun aku memperhatikan anakku itu."Lebih baik kamu pulang sekarang. Dan jangan pernah lupa ingat ini baik-baik. Saya dan ayahnya Marni masih sanggup membiayai hidup Marni dan Nindy jadi kamu tidak perlu repot-repot membawa mereka pulang ke rumahmu kalau hanya kamu jadikan sebagai pembantu. Kamu bisa mencari pembantu di luar sana. Kami masih bisa memberi makan yang layak pada anak dan cucu kami." kata ibu mertuaku tegas padahal selama ini dia tidak pernah menjauhi urusanku dengan Marni."Ada siapa bu?"terdengar suara ayah mertua dari dalam."Tidak ada siapa-siapa yah. Ini hanya ada yang orang ya

Bab terbaru

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Di Usir

    "Wa'alaikumsalam." terdengar suara jawaban dari dalam rumah.Tak berapa lama pintu dibuka terlihat ibu mertua kaget melihatku di sini. Aku tersenyum menatap ibu mertua dan mengambil punggung tangannya untuk aku cium. "Apa kabar bu?Saya ke sini mau menjemput Marni dan Nindy. Dan ini saya membawa martabak kesukaan ayah. Oh ya bu, di mana Nindy?" pura-pura mencari Nindy padahal tidak pernah sekalipun aku memperhatikan anakku itu."Lebih baik kamu pulang sekarang. Dan jangan pernah lupa ingat ini baik-baik. Saya dan ayahnya Marni masih sanggup membiayai hidup Marni dan Nindy jadi kamu tidak perlu repot-repot membawa mereka pulang ke rumahmu kalau hanya kamu jadikan sebagai pembantu. Kamu bisa mencari pembantu di luar sana. Kami masih bisa memberi makan yang layak pada anak dan cucu kami." kata ibu mertuaku tegas padahal selama ini dia tidak pernah menjauhi urusanku dengan Marni."Ada siapa bu?"terdengar suara ayah mertua dari dalam."Tidak ada siapa-siapa yah. Ini hanya ada yang orang ya

  • Suamiku Sangat Perhitungan    POV Arman

    "Sebentar lagi aku akan mengirimkan surat dari pengadilan agama untuk mu mas. Jadi jangan pernah ikut campur lagi urusanku." kata-kata dari Marni masih terngiang-ngiang di kepalaku.Brengsek aku salah perhitungan. Sudah berani dia padaku. Tidak bisa di biarkan. Aku kira dengan mengancam Marni memulangkan dia pada ibunya dia akan takut padaku. Tapi nyatanya sekarang dia malah mempunyai pekerjaan yang mapan. Bahkan aku melihatnya semakin cantik saja dengan pakaian kerjanya.Kalau dibilang menyesal ya aku memang menyesal membiarkan Marni pergi ke rumah ibunya. Aku memang sengaja tidak menjemputnya aku ingin dia memohon padaku agar dijemput. Sejak kepergian Marni rumah jadi berantakan. Pakaian dan piring kotor di mana-mana. Bahkan sekarang pakaian kerja aku juga tidak pernah disetrika.Beberapa teman kerjaku bahkan mengejekku tidak becus jadi suami hingga ditinggal istri pergi ke rumah orang tuanya. Tapi aku menyangkal karena memang aku tidak bersalah. Marni saja yang terlalu boros tidak

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Mantan Suami

    "Marni, kita ke cafe yuk sudah lama kita tidak nongkrong bareng." kata Mira padaku."Boleh Mir. Aku juga kangen banget sama kamu. Banyak yang pengen aku obrolin sama kamu." kataku sambil tersenyum pada Mira."Aku tunggu di mobil ya. Kamu siap-siap aja dulu. Jangan lupa dandan yang cantik sekalian nanti kita jalan-jalan ke mall. Aku mau beli hadiah untuk anak kamu itung-itung dulu aku nggak datang pas acara kamu nikahan dan lahiran anak kamu." kata Mira sambil tersenyum."Nggak usah repot-repot Mir. Aku jadi nggak enak sama kamu. Sudah diberi kerjaan aja aku sudah sangat bahagia." aku tidak enak badan Mira karena selalu merepotkannya."Ehh ini untuk anakmu lho bukan untuk kamu Kamu jangan ge er dulu. Aku mau kenalan sama Nindy, masa iya sebagai Tante aku nggak bawa apa-apa. Apa nanti kata Nindy kalau tahu tantenya datang dengan tangan kosong. Sebentar aku mau ambil tasku dulu aku tunggu di mobil ya." kata Mira sambil bergegas pergi tanpa menggubris kata-kataku."Mira kamu selalu saja se

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Hari Pertama Bekerja

    "Iya Bu benar. Mira menawarkan pekerjaan padaku. Kata Mira dulu dia mencari ke rumah kita yang lama beberapa kali tapi tidak pernah bertemu denganku. Dan tadi dia sangat bahagia bertemu denganku begitupun aku bahagia bertemu teman lama apalagi dia memberi ku kejutan besar seperti ini. Siapa yang tidak bahagia." kataku dengan mata berkaca-kaca."Kamu pantas mendapatkannya nak. Inilah jawaban doa-doa mu selama ini. Tuhan tidak tidur nak." kata ibuku sambil memelukku."Sebentar bu. Aku harus menghubungi Mira secepatnya agak posisi itu tidak terisi dengan yang lain." kataku cepat karena baru ingat kalau aku harus mengabari Mira secepatnya."Iya nak kabari Mira secepatnya sekarang." kata ibuku mendukungku."Baik bu." kataku segera masuk kamar karena ingin segera menghubungi Mira.***"Assalamualaikum.. Mira.. ini Marni. Apa pekerjaan yang kamu tawarkan tadi masih berlaku untukku?"kataku pada Mira begitu sambungan teleponku diangkat olehnya."Wa'alaikumsalam Marni. Iya kok masih. Besok kamu

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Teman Lama

    Pagi ini aku pergi untuk memberikan berkas lamaranku ke beberapa perusahaan. Rencananya setelah selesai memasukkan beberapa lamaran nanti aku akan segera ke sekolahan Nindy untuk meminta surat pindah. Karena akan memakan waktu jika harus berangkat dari rumah ibuku nanti jadi aku putuskan untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat."Kamu Marni kan?"tanya seseorang yang wajahnya tidak asing bagiku."Iya benar. Maaf anda siapa ya?" tanyaku karena benar-benar lupa siapa dia. Yang kuingat hanya wajahnya sangat familiar."Kamu lupa ya aku Mira." katanya dengan sedikitnya cemberut."Miraa.. kamu Mira Adelia bukan?" katanya aku memastikan penglihatanku. Karena di hadapanku sekarang adalah seorang gadis cantik yang sangat sempurna." Iya benar kamu masih ingat kan?" katanya sambil tersenyum." Iya aku ingat cuma aku tadi sedikit pangling karena kamu sekarang sangat cantik. Kamu sangat berbeda dengan yang dulu." kataku takjub."Iya dulu aku sangat gemuk dan juga cupu sehingga sering di bully b

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Mencari Pekerjaan

    Aku memutuskan untuk segera mencari pekerjaan karena aku yakin mas Arman tidak akan lagi memberikan nafkah untukku dan Nindy. aku harus kuat demi anakku. Aku pandangi wajah polos anakku yang sedang tertidur itu dengan hati yang pilu. Aku sudah menceritakan semua masalah kepada ayah dan ibu. Hebatnya mereka tidak menyalahkanku karena dulu sudah menolak pilihan mereka. Ayah dan ibuku yakin ini semua sudah digariskan oleh Allah dan kita sebagai hambanya harus bisa menjalani."Besok kamu jadi cari kerja Mar? Memangnya kamu sudah punya pandangan mau melamar kerja di mana?" tanya ibuku dengan lembut setelah aku keluar dari kamar Nindy."Kalau punya pandangan sih belum Bu. Tapi besok Marni akan coba melamar ke beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan sesuai kemampuan Marni. Tadi Marni sudah lihat beberapa iklan lowongan pekerjaan di web. Besok Marni akan coba ke sana untuk mencoba mengadu nasib." kataku yakin. "Semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan ya nak. Untuk masalah Nindy

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Pulangkan Aku

    Tak terasa sudah satu bulan aku bekerja sambilan pada pelanggan Mbak Rahmi. Hari ini aku akan menerima upahku selama 1 bulan. Memang di awal tidak pernah dijelaskan berapa upahku. Aku sudah sangat bersyukur mbak Rahmi mau memberiku pekerjaan ini. Sekarang aku sudah berhenti melaundry baju tetangga karena aku sudah tidak bisa lagi membagi waktu. Tepat pukul 01.00 siang mas Aris mengantarkan baju yang harus aku kerjakan hari ini sambil mengambil baju yang ia antar kemarin. Seperti biasa aku menyuruhnya untuk membantu mengangkat baju-baju itu ke ruang tv."Mbak ini ada titipan dari bos saya."kata mas Aris sambil menyerahkan amplop coklat padaku. aku yakin itu adalah amplop gajiku."Terima kasih ya mas, sampaikan juga terima kasihku pada beliau." kataku tersenyum.Setelah mas Aris pergi aku membuka amplop gajiku. Aku menghitung uang dalam amplop itu.Masya Allah, apa ini nggak salah. Aku kembali menghitung uang itu. Benar aku nggak salah ada 2 juta di dalam amplop itu. Ini benar-benar nil

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Istri Nggak Becus

    Setelah menjemput Nindy aku segera pulang ke rumah karena nanti siang mbak Rahmi akan mengirimkan baju-baju yang harus aku setrika dan aku packing. Aku sangat senang bisa mendapat pekerjaan ini. Mungkin dengan ini nanti aku bisa memberikan uang jajan pada Nindy.Tepat jam 01.00 siang, sebuah mobil box berhenti di depan rumahku. lalu seorang lelaki turun dan menyapaku yang sedang berada di teras menyuapinya Nindy makan."Selamat siang, Apa benar ini rumah Mbak Marni?"katanya lelaki itu padaku."Oh iya mas kebetulan saya Marni."sahutku."Ini Mbak saya mengantarkan baju dari pelanggan mbak Rahmi.""Ma Nindy makan sendiri aja."kata Nindy lalu mengambil alih piring yang kupegang."Terima kasih ya sayang.""Sini mas taruh di sini saja."kataku pada lelaki yang mengantar pakaian itu."Kalau begitu saya permisi ya mbak harus mengantar baju yang lain. Oh ya ini bisa saya ambil kapan ya mbak?" tanya lelaki itu memastikan."Mungkin besok jam segini lagi ya mas. Soalnya itu banyak banget dan saya

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Terserah Kamu Mas

    "Ngapain kamu pagi - pagi ngobrol di rumah tetangga. Punya anak nggak di urusin malah ganjen sama laki - laki!" bentak mas Arman saat aku sampai di rumah."Aku tadi mengantar bajunya udah disetrika ke rumah Mbak Rahmi mas, bukan sengaja ngobrol sama lelaki lain seperti yang kamu bilang." jawabku pelan karena tidak ingin pagi-pagi bertengkar dengannya."Itu urus anak kamu, dari tadi mandi tidak selesai. aku juga harus segera mandi dan pergi ke kantor." Aku berlalu tanpa menjawab kata-kata mas Arman."Sayang, sudah selesai belum mandinya?" tanya aku pada Nindy."Ma , Nindy pup. Nindy nggak bisa membersihkannya. Tadi Nindy sudah minta tolong papa tapi papa nggak mau." Kata Nindy dengan takut."Yuk , mama bantu bersihin. Kita harus segera berangkat ke sekolah." Aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mas Arman. Bisa-bisanya dia menolak membantu anaknya sendiri. Setelah memandikan Nindy, aku segera membawa Nindy ke kamar untuk membantunya memakai seragam. "Horeee.. kita jadi beli buku

DMCA.com Protection Status