Share

Keterlaluan

Penulis: Nabila Fahrezi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mas.." aku langsung melotot pada mas Arman. "sayang kamu masih kamar dulu ya Mama dan papa mau bicara dulu." kataku beralih pada Nindy.

"iya ma." kata Nindy sambil menatapku dan berbalik masuk ke kamarnya.

"Mas, sudah berapa kali aku bilang jangan pernah mengajakku bertengkar di depan Nindy. Dia itu anakmu mas. Apa kamu tidak khawatir kalau kita bertengkar di depannya itu bisa membunuh mental Nindy."Itulah yang pernah aku baca dalam sebuah artikel. Pertengkaran orang tua bisa merusak mental anak. Dan aku sudah mengatakan itu berulang kali pada mas Arman. Tapi mas Arman seakan tidak peduli dia tetap memulai pertengkaran tanpa mengenal tempat dan waktu.

Sebenarnya aku sudah jenuh menghadapi mas Arman. Tetapi aku sadar, mas Arman adalah pria pilihanku sendiri. Aku malu pada orang tuaku jika harus meninggalkan mas Arman. Dulu aku di jodoh dengan putra teman baik ayah. Sayangnya saat itu aku sudah menjalin kasih dengan mas Arman. Jadi aku menolak lelaki pilihan Ayahku itu.

Hidup selama 6 tahun bersama mas Arman membuatku banyak belajar bersabar. Aku selalu mengalah karena aku tidak mau terlibat pertengkaran dengan mas Arman. Aku tidak mau Putriku Nindy merasa sedih setiap kali melihat aku dan papanya bertengkar.

Ingin rasanya aku berpisah dengan mas Arman.Bukan masalah nafkah yang ia berikan padaku kurang, tetapi sikap keterlaluannya itu yang membuatku tidak betah. Dia selalu menuduhku hambur-hamburkan uangnya. Padahal ia hanya memberiku uang satu juta rupiah itu pun harus bertahan satu bulan belum lagi kalau beras habis, gas habis atau listrik habis. Bukannya aku tidak bersyukur atas naskah pemberian mas Arman. Tapi cara dia memperlakukan aku udah Nindy sangat membekas di hatiku.

Jujur aku tidak akan pernah mengeluh andai saja mas Arman menghargaiku. Aku selalu salah di matanya. Bahkan Nindy pun kadang menjadi bahan amukan suamiku.Aku selalu meminta di setiap sujudku agar suamiku segera diberi kesadaran dan bisa menyayangi Nindy seperti layaknya seorang ayah yang menyayangi anaknya.

Aku meninggalkan mas Arman dan menuju kamar Nindy. Aku sudah 2 bulan ini tidur bersama Nindy. Aku merasa muak dengan mas Arman, setiap kali bersamanya pasti ada saja yang membuatku terlihat salah di matanya.

"Ma, Nindy nggak usah beli buku aja ya.Nindy nggak mau mama dan papa bertengkar gara-gara Nindy. "kata Nindy anakku dengan suara bergetar menahan tangis. Aku langsung memerlukan aku untuk menenangkannya.

"Sayang, buku itu penting untuk kegiatan belajar mengajar. Jadi memang mama harus beliin itu buat kamu. Jangan khawatir Mama akan membelikannya dengan uang mama sendiri."kataku dengan mata berkaca-kaca. Aku Aku sungguh terharu dengan pemikiran putriku. Bagaimana anak sekecil itu bisa mempunyai pemikiran yang sangat bijak. Mungkin anak seusianya belum tentu bisa mempunyai pemikiran sebijak Nindy.

"Beneran ma?" tanya Nindy dengan wajah yang berbinar.

"Iya sayang, mama janji akan belikan buku itu untuk Nindy." aku kembali memeluk Nindy untuk menyembunyikan air mataku yang mulai merembes dari pelupuk mata. Aku tidak ingin putriku melihat aku menangis. Aku selalu mengajarkan Nindy untuk menjadi wanita yang hebat , kuat dan tabah.

"Ma, sudah lama Mama tidak mendongeng. Nindy pengen sekali mendengar dengan Mama. Kangen.."kata Nindy sambil tersenyum.

"Iya yuk dirapikan dulu. Setelah itu baru Mama akan mendongengkan kamu." aku selalu mengajarkan kebersihan kepada Nindy. Makanya dia selalu membereskan apa saja yang ada di dekat dan kelihatan berantakan.

Aku menceritakan kisah kancil hingga Nindy tertidur. Setelah itu aku menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mungilnya. Kasihan Nindy sejak kecil iya sering menyaksikan aku dan mas Arman bertengkar. Aku segera keluar dan menyelesaikan laundry-an baju tetangga yang akan diambil besok pagi. Rencananya dengan uang itulah aku akan mencicil buku pendamping Nindy.

"Marni, sudah lama kita tidak bersama. "mas Arman mendekatiku dan mengelus punggungku. Aku apa yang akan dia katakan. Aku diam sambil tetap menyetika baju tetanggaku.

"Marni, aku tunggu di kamar." kata mas Arman berbisik di telingaku. Aku mendengus kesal, bisa-bisanya dia memperlakukanku seperti itu. Baru saja tadi dia marah-marah dan sekarang dia merayuku. Dia anggap apa aku. Daripada terlibat pertengkaran aku menyusulnya ke kamar dan melakukan kewajibanku. Setelah selesai aku kembali menyetrika baju Mbak Rahmi,tetangga sebelah rumah.

Mbak Rahmi ini mempunyai konveksi kecil. Aku selalu diminta untuk menyetrika baju-baju pelanggan Mbak Rahmi. Kata Mbak Rahmi hasil kerjaku rapi dan wangi. Aku pun senang jadi punya penghasilan. Ya.. bisa dikatakan lumayan untuk menambah uang dapur yang seharusnya menjadi tanggung jawab mas Arman.

Aku sangat ingat, dulu ayahku seorang perokok berat. Tapi ayahku mau berhenti merokok demi ibuku. Ayahku tidak tega akan merokok uang untuk kebutuhan dapur sangat mepet. Hingga akhirnya Ayahku memutuskan untuk berhenti merokok dan uang yang seharusnya dibelikan rokok bisa membantu kebutuhan dapur ibu.

Coba mas Arman seperti ayah.Dia bahkan tetap merokok dengan santai di teras saat aku harus bingung memutar otak karena beras dan gas bersamaan habis. Mau ngomong sama mas Arman pun percuma. Dia hanya akan menyalahkanku, tidak becus ngatur uang lah, membeli barang yang tidak perlu lah. Padahal untuk sekedar membeli daster saja aku tidak bisa, sampai daster yang aku pakai sudah penuh tambalan sana-sini.

Aku memutar video saat seorang ustadz kondang berceramah tentang kewajiban suami. Suami bisa disebut dzalim jika dia hanya memikirkan kesenangannya sendiri sedangkan kebutuhan anak dan istrinya tidak ia penuhi. mas Arman malah marah dia menuduhku menyindirnya. Maksudku agar mas Arman tahu bagaimana kewajiban seorang suami yang sebenarnya.

Aku baru bisa menyelesaikan pekerjaanku pukul 12.00 malam. Aku langsung tidur karena sudah mengantuk. Aku terbangun karena mendengar kumandang adzan subuh. Aku segera mandi dan segera berwudhu. Aku membangunkan Nindy agar segera menunaikan sholat subuh bersamaku. Setelah salat subuh aku segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Nindy, mandi dulu nak terus nanti langsung ke meja makan. Mama mau antar baju Mbak Rahmi dulu. Sekalian mau ambil upah Mama untuk membayar bukumu nanti. " kataku pada Nindy.

" Iya mah nanti mandi dulu." Nindy berlari ke kamarnya.

"Hati-hati sayang,jangan lari-lari" kataku berteriak pada Nindy.

Aku pun segera mengantar baju milik Mbak Rahmi. Katanya pagi ini akan diambil yang punya. Sekalian aku mau minta upahku yang selama seminggu ini belum aku ambil. Saat memasuki rumah Mbak Rahmi aku terkejut melihat seseorang yang sangat familiar di mataku.

" Loh, ini Marni kan?" kata pria itu.

" Iya mas , assalamualaikum." kataku memberi salam kepada pria yang pernah ayah jodohkan padaku.

"Waalaikumsalam Marni. Bagaimana kabarmu?" tanya mas Ilham.

"Alhamdulillah mas, kabarku baik. Bagaimana kabar umi dan abah? " tanyakan menanyakan ayah dan ibu mas Ilham.

"Alhamdulillah umi sehat, tapi abah sedang sakit." kata mas Ilham dengan tatapan sendu.

"Marni!! ngapain pagi-pagi di situ. pulang!! " terdengar suara mas Arman berteriak memanggilku. Aku menjadi sangat malu pada mas Ilham.

"Maafkan Marni mas, Marni permisi dulu assalamualaikum. " segera kerja tanpa menunggu jawaban dari mas Ilham.

"waalaikumsalam." terdengar suara jawaban dari Ilham.

Bab terkait

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Terserah Kamu Mas

    "Ngapain kamu pagi - pagi ngobrol di rumah tetangga. Punya anak nggak di urusin malah ganjen sama laki - laki!" bentak mas Arman saat aku sampai di rumah."Aku tadi mengantar bajunya udah disetrika ke rumah Mbak Rahmi mas, bukan sengaja ngobrol sama lelaki lain seperti yang kamu bilang." jawabku pelan karena tidak ingin pagi-pagi bertengkar dengannya."Itu urus anak kamu, dari tadi mandi tidak selesai. aku juga harus segera mandi dan pergi ke kantor." Aku berlalu tanpa menjawab kata-kata mas Arman."Sayang, sudah selesai belum mandinya?" tanya aku pada Nindy."Ma , Nindy pup. Nindy nggak bisa membersihkannya. Tadi Nindy sudah minta tolong papa tapi papa nggak mau." Kata Nindy dengan takut."Yuk , mama bantu bersihin. Kita harus segera berangkat ke sekolah." Aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mas Arman. Bisa-bisanya dia menolak membantu anaknya sendiri. Setelah memandikan Nindy, aku segera membawa Nindy ke kamar untuk membantunya memakai seragam. "Horeee.. kita jadi beli buku

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Istri Nggak Becus

    Setelah menjemput Nindy aku segera pulang ke rumah karena nanti siang mbak Rahmi akan mengirimkan baju-baju yang harus aku setrika dan aku packing. Aku sangat senang bisa mendapat pekerjaan ini. Mungkin dengan ini nanti aku bisa memberikan uang jajan pada Nindy.Tepat jam 01.00 siang, sebuah mobil box berhenti di depan rumahku. lalu seorang lelaki turun dan menyapaku yang sedang berada di teras menyuapinya Nindy makan."Selamat siang, Apa benar ini rumah Mbak Marni?"katanya lelaki itu padaku."Oh iya mas kebetulan saya Marni."sahutku."Ini Mbak saya mengantarkan baju dari pelanggan mbak Rahmi.""Ma Nindy makan sendiri aja."kata Nindy lalu mengambil alih piring yang kupegang."Terima kasih ya sayang.""Sini mas taruh di sini saja."kataku pada lelaki yang mengantar pakaian itu."Kalau begitu saya permisi ya mbak harus mengantar baju yang lain. Oh ya ini bisa saya ambil kapan ya mbak?" tanya lelaki itu memastikan."Mungkin besok jam segini lagi ya mas. Soalnya itu banyak banget dan saya

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Pulangkan Aku

    Tak terasa sudah satu bulan aku bekerja sambilan pada pelanggan Mbak Rahmi. Hari ini aku akan menerima upahku selama 1 bulan. Memang di awal tidak pernah dijelaskan berapa upahku. Aku sudah sangat bersyukur mbak Rahmi mau memberiku pekerjaan ini. Sekarang aku sudah berhenti melaundry baju tetangga karena aku sudah tidak bisa lagi membagi waktu. Tepat pukul 01.00 siang mas Aris mengantarkan baju yang harus aku kerjakan hari ini sambil mengambil baju yang ia antar kemarin. Seperti biasa aku menyuruhnya untuk membantu mengangkat baju-baju itu ke ruang tv."Mbak ini ada titipan dari bos saya."kata mas Aris sambil menyerahkan amplop coklat padaku. aku yakin itu adalah amplop gajiku."Terima kasih ya mas, sampaikan juga terima kasihku pada beliau." kataku tersenyum.Setelah mas Aris pergi aku membuka amplop gajiku. Aku menghitung uang dalam amplop itu.Masya Allah, apa ini nggak salah. Aku kembali menghitung uang itu. Benar aku nggak salah ada 2 juta di dalam amplop itu. Ini benar-benar nil

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Mencari Pekerjaan

    Aku memutuskan untuk segera mencari pekerjaan karena aku yakin mas Arman tidak akan lagi memberikan nafkah untukku dan Nindy. aku harus kuat demi anakku. Aku pandangi wajah polos anakku yang sedang tertidur itu dengan hati yang pilu. Aku sudah menceritakan semua masalah kepada ayah dan ibu. Hebatnya mereka tidak menyalahkanku karena dulu sudah menolak pilihan mereka. Ayah dan ibuku yakin ini semua sudah digariskan oleh Allah dan kita sebagai hambanya harus bisa menjalani."Besok kamu jadi cari kerja Mar? Memangnya kamu sudah punya pandangan mau melamar kerja di mana?" tanya ibuku dengan lembut setelah aku keluar dari kamar Nindy."Kalau punya pandangan sih belum Bu. Tapi besok Marni akan coba melamar ke beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan sesuai kemampuan Marni. Tadi Marni sudah lihat beberapa iklan lowongan pekerjaan di web. Besok Marni akan coba ke sana untuk mencoba mengadu nasib." kataku yakin. "Semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan ya nak. Untuk masalah Nindy

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Teman Lama

    Pagi ini aku pergi untuk memberikan berkas lamaranku ke beberapa perusahaan. Rencananya setelah selesai memasukkan beberapa lamaran nanti aku akan segera ke sekolahan Nindy untuk meminta surat pindah. Karena akan memakan waktu jika harus berangkat dari rumah ibuku nanti jadi aku putuskan untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat."Kamu Marni kan?"tanya seseorang yang wajahnya tidak asing bagiku."Iya benar. Maaf anda siapa ya?" tanyaku karena benar-benar lupa siapa dia. Yang kuingat hanya wajahnya sangat familiar."Kamu lupa ya aku Mira." katanya dengan sedikitnya cemberut."Miraa.. kamu Mira Adelia bukan?" katanya aku memastikan penglihatanku. Karena di hadapanku sekarang adalah seorang gadis cantik yang sangat sempurna." Iya benar kamu masih ingat kan?" katanya sambil tersenyum." Iya aku ingat cuma aku tadi sedikit pangling karena kamu sekarang sangat cantik. Kamu sangat berbeda dengan yang dulu." kataku takjub."Iya dulu aku sangat gemuk dan juga cupu sehingga sering di bully b

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Hari Pertama Bekerja

    "Iya Bu benar. Mira menawarkan pekerjaan padaku. Kata Mira dulu dia mencari ke rumah kita yang lama beberapa kali tapi tidak pernah bertemu denganku. Dan tadi dia sangat bahagia bertemu denganku begitupun aku bahagia bertemu teman lama apalagi dia memberi ku kejutan besar seperti ini. Siapa yang tidak bahagia." kataku dengan mata berkaca-kaca."Kamu pantas mendapatkannya nak. Inilah jawaban doa-doa mu selama ini. Tuhan tidak tidur nak." kata ibuku sambil memelukku."Sebentar bu. Aku harus menghubungi Mira secepatnya agak posisi itu tidak terisi dengan yang lain." kataku cepat karena baru ingat kalau aku harus mengabari Mira secepatnya."Iya nak kabari Mira secepatnya sekarang." kata ibuku mendukungku."Baik bu." kataku segera masuk kamar karena ingin segera menghubungi Mira.***"Assalamualaikum.. Mira.. ini Marni. Apa pekerjaan yang kamu tawarkan tadi masih berlaku untukku?"kataku pada Mira begitu sambungan teleponku diangkat olehnya."Wa'alaikumsalam Marni. Iya kok masih. Besok kamu

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Mantan Suami

    "Marni, kita ke cafe yuk sudah lama kita tidak nongkrong bareng." kata Mira padaku."Boleh Mir. Aku juga kangen banget sama kamu. Banyak yang pengen aku obrolin sama kamu." kataku sambil tersenyum pada Mira."Aku tunggu di mobil ya. Kamu siap-siap aja dulu. Jangan lupa dandan yang cantik sekalian nanti kita jalan-jalan ke mall. Aku mau beli hadiah untuk anak kamu itung-itung dulu aku nggak datang pas acara kamu nikahan dan lahiran anak kamu." kata Mira sambil tersenyum."Nggak usah repot-repot Mir. Aku jadi nggak enak sama kamu. Sudah diberi kerjaan aja aku sudah sangat bahagia." aku tidak enak badan Mira karena selalu merepotkannya."Ehh ini untuk anakmu lho bukan untuk kamu Kamu jangan ge er dulu. Aku mau kenalan sama Nindy, masa iya sebagai Tante aku nggak bawa apa-apa. Apa nanti kata Nindy kalau tahu tantenya datang dengan tangan kosong. Sebentar aku mau ambil tasku dulu aku tunggu di mobil ya." kata Mira sambil bergegas pergi tanpa menggubris kata-kataku."Mira kamu selalu saja se

  • Suamiku Sangat Perhitungan    POV Arman

    "Sebentar lagi aku akan mengirimkan surat dari pengadilan agama untuk mu mas. Jadi jangan pernah ikut campur lagi urusanku." kata-kata dari Marni masih terngiang-ngiang di kepalaku.Brengsek aku salah perhitungan. Sudah berani dia padaku. Tidak bisa di biarkan. Aku kira dengan mengancam Marni memulangkan dia pada ibunya dia akan takut padaku. Tapi nyatanya sekarang dia malah mempunyai pekerjaan yang mapan. Bahkan aku melihatnya semakin cantik saja dengan pakaian kerjanya.Kalau dibilang menyesal ya aku memang menyesal membiarkan Marni pergi ke rumah ibunya. Aku memang sengaja tidak menjemputnya aku ingin dia memohon padaku agar dijemput. Sejak kepergian Marni rumah jadi berantakan. Pakaian dan piring kotor di mana-mana. Bahkan sekarang pakaian kerja aku juga tidak pernah disetrika.Beberapa teman kerjaku bahkan mengejekku tidak becus jadi suami hingga ditinggal istri pergi ke rumah orang tuanya. Tapi aku menyangkal karena memang aku tidak bersalah. Marni saja yang terlalu boros tidak

Bab terbaru

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Di Usir

    "Wa'alaikumsalam." terdengar suara jawaban dari dalam rumah.Tak berapa lama pintu dibuka terlihat ibu mertua kaget melihatku di sini. Aku tersenyum menatap ibu mertua dan mengambil punggung tangannya untuk aku cium. "Apa kabar bu?Saya ke sini mau menjemput Marni dan Nindy. Dan ini saya membawa martabak kesukaan ayah. Oh ya bu, di mana Nindy?" pura-pura mencari Nindy padahal tidak pernah sekalipun aku memperhatikan anakku itu."Lebih baik kamu pulang sekarang. Dan jangan pernah lupa ingat ini baik-baik. Saya dan ayahnya Marni masih sanggup membiayai hidup Marni dan Nindy jadi kamu tidak perlu repot-repot membawa mereka pulang ke rumahmu kalau hanya kamu jadikan sebagai pembantu. Kamu bisa mencari pembantu di luar sana. Kami masih bisa memberi makan yang layak pada anak dan cucu kami." kata ibu mertuaku tegas padahal selama ini dia tidak pernah menjauhi urusanku dengan Marni."Ada siapa bu?"terdengar suara ayah mertua dari dalam."Tidak ada siapa-siapa yah. Ini hanya ada yang orang ya

  • Suamiku Sangat Perhitungan    POV Arman

    "Sebentar lagi aku akan mengirimkan surat dari pengadilan agama untuk mu mas. Jadi jangan pernah ikut campur lagi urusanku." kata-kata dari Marni masih terngiang-ngiang di kepalaku.Brengsek aku salah perhitungan. Sudah berani dia padaku. Tidak bisa di biarkan. Aku kira dengan mengancam Marni memulangkan dia pada ibunya dia akan takut padaku. Tapi nyatanya sekarang dia malah mempunyai pekerjaan yang mapan. Bahkan aku melihatnya semakin cantik saja dengan pakaian kerjanya.Kalau dibilang menyesal ya aku memang menyesal membiarkan Marni pergi ke rumah ibunya. Aku memang sengaja tidak menjemputnya aku ingin dia memohon padaku agar dijemput. Sejak kepergian Marni rumah jadi berantakan. Pakaian dan piring kotor di mana-mana. Bahkan sekarang pakaian kerja aku juga tidak pernah disetrika.Beberapa teman kerjaku bahkan mengejekku tidak becus jadi suami hingga ditinggal istri pergi ke rumah orang tuanya. Tapi aku menyangkal karena memang aku tidak bersalah. Marni saja yang terlalu boros tidak

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Mantan Suami

    "Marni, kita ke cafe yuk sudah lama kita tidak nongkrong bareng." kata Mira padaku."Boleh Mir. Aku juga kangen banget sama kamu. Banyak yang pengen aku obrolin sama kamu." kataku sambil tersenyum pada Mira."Aku tunggu di mobil ya. Kamu siap-siap aja dulu. Jangan lupa dandan yang cantik sekalian nanti kita jalan-jalan ke mall. Aku mau beli hadiah untuk anak kamu itung-itung dulu aku nggak datang pas acara kamu nikahan dan lahiran anak kamu." kata Mira sambil tersenyum."Nggak usah repot-repot Mir. Aku jadi nggak enak sama kamu. Sudah diberi kerjaan aja aku sudah sangat bahagia." aku tidak enak badan Mira karena selalu merepotkannya."Ehh ini untuk anakmu lho bukan untuk kamu Kamu jangan ge er dulu. Aku mau kenalan sama Nindy, masa iya sebagai Tante aku nggak bawa apa-apa. Apa nanti kata Nindy kalau tahu tantenya datang dengan tangan kosong. Sebentar aku mau ambil tasku dulu aku tunggu di mobil ya." kata Mira sambil bergegas pergi tanpa menggubris kata-kataku."Mira kamu selalu saja se

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Hari Pertama Bekerja

    "Iya Bu benar. Mira menawarkan pekerjaan padaku. Kata Mira dulu dia mencari ke rumah kita yang lama beberapa kali tapi tidak pernah bertemu denganku. Dan tadi dia sangat bahagia bertemu denganku begitupun aku bahagia bertemu teman lama apalagi dia memberi ku kejutan besar seperti ini. Siapa yang tidak bahagia." kataku dengan mata berkaca-kaca."Kamu pantas mendapatkannya nak. Inilah jawaban doa-doa mu selama ini. Tuhan tidak tidur nak." kata ibuku sambil memelukku."Sebentar bu. Aku harus menghubungi Mira secepatnya agak posisi itu tidak terisi dengan yang lain." kataku cepat karena baru ingat kalau aku harus mengabari Mira secepatnya."Iya nak kabari Mira secepatnya sekarang." kata ibuku mendukungku."Baik bu." kataku segera masuk kamar karena ingin segera menghubungi Mira.***"Assalamualaikum.. Mira.. ini Marni. Apa pekerjaan yang kamu tawarkan tadi masih berlaku untukku?"kataku pada Mira begitu sambungan teleponku diangkat olehnya."Wa'alaikumsalam Marni. Iya kok masih. Besok kamu

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Bertemu Teman Lama

    Pagi ini aku pergi untuk memberikan berkas lamaranku ke beberapa perusahaan. Rencananya setelah selesai memasukkan beberapa lamaran nanti aku akan segera ke sekolahan Nindy untuk meminta surat pindah. Karena akan memakan waktu jika harus berangkat dari rumah ibuku nanti jadi aku putuskan untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat."Kamu Marni kan?"tanya seseorang yang wajahnya tidak asing bagiku."Iya benar. Maaf anda siapa ya?" tanyaku karena benar-benar lupa siapa dia. Yang kuingat hanya wajahnya sangat familiar."Kamu lupa ya aku Mira." katanya dengan sedikitnya cemberut."Miraa.. kamu Mira Adelia bukan?" katanya aku memastikan penglihatanku. Karena di hadapanku sekarang adalah seorang gadis cantik yang sangat sempurna." Iya benar kamu masih ingat kan?" katanya sambil tersenyum." Iya aku ingat cuma aku tadi sedikit pangling karena kamu sekarang sangat cantik. Kamu sangat berbeda dengan yang dulu." kataku takjub."Iya dulu aku sangat gemuk dan juga cupu sehingga sering di bully b

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Mencari Pekerjaan

    Aku memutuskan untuk segera mencari pekerjaan karena aku yakin mas Arman tidak akan lagi memberikan nafkah untukku dan Nindy. aku harus kuat demi anakku. Aku pandangi wajah polos anakku yang sedang tertidur itu dengan hati yang pilu. Aku sudah menceritakan semua masalah kepada ayah dan ibu. Hebatnya mereka tidak menyalahkanku karena dulu sudah menolak pilihan mereka. Ayah dan ibuku yakin ini semua sudah digariskan oleh Allah dan kita sebagai hambanya harus bisa menjalani."Besok kamu jadi cari kerja Mar? Memangnya kamu sudah punya pandangan mau melamar kerja di mana?" tanya ibuku dengan lembut setelah aku keluar dari kamar Nindy."Kalau punya pandangan sih belum Bu. Tapi besok Marni akan coba melamar ke beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan sesuai kemampuan Marni. Tadi Marni sudah lihat beberapa iklan lowongan pekerjaan di web. Besok Marni akan coba ke sana untuk mencoba mengadu nasib." kataku yakin. "Semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan ya nak. Untuk masalah Nindy

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Pulangkan Aku

    Tak terasa sudah satu bulan aku bekerja sambilan pada pelanggan Mbak Rahmi. Hari ini aku akan menerima upahku selama 1 bulan. Memang di awal tidak pernah dijelaskan berapa upahku. Aku sudah sangat bersyukur mbak Rahmi mau memberiku pekerjaan ini. Sekarang aku sudah berhenti melaundry baju tetangga karena aku sudah tidak bisa lagi membagi waktu. Tepat pukul 01.00 siang mas Aris mengantarkan baju yang harus aku kerjakan hari ini sambil mengambil baju yang ia antar kemarin. Seperti biasa aku menyuruhnya untuk membantu mengangkat baju-baju itu ke ruang tv."Mbak ini ada titipan dari bos saya."kata mas Aris sambil menyerahkan amplop coklat padaku. aku yakin itu adalah amplop gajiku."Terima kasih ya mas, sampaikan juga terima kasihku pada beliau." kataku tersenyum.Setelah mas Aris pergi aku membuka amplop gajiku. Aku menghitung uang dalam amplop itu.Masya Allah, apa ini nggak salah. Aku kembali menghitung uang itu. Benar aku nggak salah ada 2 juta di dalam amplop itu. Ini benar-benar nil

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Istri Nggak Becus

    Setelah menjemput Nindy aku segera pulang ke rumah karena nanti siang mbak Rahmi akan mengirimkan baju-baju yang harus aku setrika dan aku packing. Aku sangat senang bisa mendapat pekerjaan ini. Mungkin dengan ini nanti aku bisa memberikan uang jajan pada Nindy.Tepat jam 01.00 siang, sebuah mobil box berhenti di depan rumahku. lalu seorang lelaki turun dan menyapaku yang sedang berada di teras menyuapinya Nindy makan."Selamat siang, Apa benar ini rumah Mbak Marni?"katanya lelaki itu padaku."Oh iya mas kebetulan saya Marni."sahutku."Ini Mbak saya mengantarkan baju dari pelanggan mbak Rahmi.""Ma Nindy makan sendiri aja."kata Nindy lalu mengambil alih piring yang kupegang."Terima kasih ya sayang.""Sini mas taruh di sini saja."kataku pada lelaki yang mengantar pakaian itu."Kalau begitu saya permisi ya mbak harus mengantar baju yang lain. Oh ya ini bisa saya ambil kapan ya mbak?" tanya lelaki itu memastikan."Mungkin besok jam segini lagi ya mas. Soalnya itu banyak banget dan saya

  • Suamiku Sangat Perhitungan    Terserah Kamu Mas

    "Ngapain kamu pagi - pagi ngobrol di rumah tetangga. Punya anak nggak di urusin malah ganjen sama laki - laki!" bentak mas Arman saat aku sampai di rumah."Aku tadi mengantar bajunya udah disetrika ke rumah Mbak Rahmi mas, bukan sengaja ngobrol sama lelaki lain seperti yang kamu bilang." jawabku pelan karena tidak ingin pagi-pagi bertengkar dengannya."Itu urus anak kamu, dari tadi mandi tidak selesai. aku juga harus segera mandi dan pergi ke kantor." Aku berlalu tanpa menjawab kata-kata mas Arman."Sayang, sudah selesai belum mandinya?" tanya aku pada Nindy."Ma , Nindy pup. Nindy nggak bisa membersihkannya. Tadi Nindy sudah minta tolong papa tapi papa nggak mau." Kata Nindy dengan takut."Yuk , mama bantu bersihin. Kita harus segera berangkat ke sekolah." Aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mas Arman. Bisa-bisanya dia menolak membantu anaknya sendiri. Setelah memandikan Nindy, aku segera membawa Nindy ke kamar untuk membantunya memakai seragam. "Horeee.. kita jadi beli buku

DMCA.com Protection Status