Tidur Selena terusik karena bunyi pagar dibuka. Terlihat angka 21.10 di jam digital di kamar Cheryl. Merapatkan tubuhnya ke Cheryl yang sudah terlelap.
"Biar mama di sini dulu, nak" ucapnya seolah Cherly menyuruhnya mendatangi Roy.
Hatinya sakit tak terbilang, malu bukan kepalang. Hari ini bak petaka besar untuknya. Roy tega meninggalkannya dan Cheryl di restoran, tidak sedikitpun peduli saat ia tertatih menyusul ke parkiran, bahkan saat air mata mengalir deras di pipinya.
Entah kenapa ia tidak bisa menguasai diri. Tak kuasa menahan emosi saat mengetahui panggilan dari nomor yang sama. Nomor itu bisa membuat Roy pergi begitu saja. Ia menyesal tidak bisa lebih tenang. Seandainya Roy tidak ia kejar, tak akan ada wajah kacau dengan air mata, tidak juga terdengar lengkingan tangis dari mulut Cheryl karena ketakutan ditinggal mamanya.
Ia malah melanjutkan drama menangis di toilet, semakin konyol dengan membiarkan Cheryl turut serta. Ahh ... ibu macam apa aku i
Selena terjaga karena gerakan Cheryl di pelukannya. Gerakan kepala ke kiri dan ke kanan, seperti tak nyaman dengan posisinya. Ia dengan perlahan memindahkan Cheryl ke kasur dan ikut merebahkan diri.Ingin rasanya ia berlama-lama di tempat tidur, membiarkan hati dan pikiran disiksa luka, hingga air mata mengering. Namun itu tak adil untuk Cheryl yang memerlukan makanan sehat dan cinta dari orangtuanya.Seringkali anak menjadi korban karena pertengkaran orangtuanya. Tidak sedikit yang secara sadar mempertontonkan adu mulut, adu gengsi di depan anak. Mereka tidak menyadari hati sang anak terluka.Bahkan ada pula terbaru mengungkapkan bahwa pertengkaran orang tua yang disaksikan oleh anak bisa menyebabkan peningkatan produksi hormonstres anak. Balita pun bisa terkena efeknya.Bila terus menerus menyaksikan orangtuanya bertengkar, maka sangat mungkin muncul dampak negatif dialami anak. Rasa trauma, ingatan buruk, hingga gangguan kecemasan dapat dialami o
Deg!"Mungkin dia kecarian semalam" jawab Selena sedikit gugup."Nih, angkat! Pakai loud speaker" suruh Roy masih berdiri di tempatnya.Selena berpikir keras, ia harus memilih kata yang tepat agar Delia tidak bicara tentang pesannya."Selena! Lama amat diangkatnya! Kamu kemana aja, sih?" omel Delia panjang."Del, aku sibuk di dapur, ini lagi di kamar Cheryl dengan Roy, mau sarapan bareng" sahut Selena berusaha keras untuk tidak terlihat gugup."Oh ... ya sudah!", Delia terdiam sebentar, "nanti ku hubungi lagi"Delia memutuskan panggilan. Selena lega.Roy seperti tidak puas dengan percakapan pendek itu. Matanya masih tertuju ke wajah Selena. Seolah memindai setiap sudut wajah istrinya itu."Cheryl sudah lapar? Makan, yuk!" ajak Selena mengurai jengah akibat pandangan menyelidik Roy. Tangannya hendak meraih Cheryl."Biar denganku saja" ujar Roy membalikkan badan, berjalan menuju pintu.Cheryl terlihat antusia
[Mas, pemotretannya di perpanjang 3 hari ke depan. Aku gak jadi pulang hari ini.]Hatiku mendadak kacau membaca pesan Kirana, istriku. Sudah dua minggu di Singapura untuk pekerjaan. Pesan yang baru saja ku terima adalah kabar pertama sejak dia pergi.Kadang muncul rasa curiga setiap kali Kirana bepergian berdua dengan managernya ke luar kota atau ke luar negeri. Iya, managernya laki-laki begitupun pemilik agency-nya. Biasanya selalu berakhir dengan pertengkaran jika aku mengingatkan memberi kabar."Aku kerja, mas. Bukan jalan-jalan. Sibuk sepanjang waktu, kadang bikin lupa kasih kabar"Alasan yang sama setiap kali aku tanya kenapa jarang kasih kabar."Memangnya waktu baru bangun pagi, kamu gak bisa sempatin video call? Sebelum tidur? Aku suamimu, Kirana!"Bukannya melunak, Kirana semakin marah. Menuduhku tidak mendukung karirnya sebagai model juga tidak mempercayainya. Pernah terucap bahwa ia menyesal menikahi pria tua sepertiku dan ingin be
Delia pamit pulang lebih dulu. Ia berpesan agar tidak sungkan jika memburuh bantuan. Selena memeluknya dan mengucap terimakasih karena selalu ada untuknya. "Titip ini untuk Cheryl, ya!" Delia menyodorkan satu set bandana dan jepit rambut yang dikemas dalam kotak lucu. "Lucunya ... terimakasih banyak aunty!" Selena berbicara menirukan gaya anak kecil. Sebuah pesan masuk dari Roy memberi tahu akan tiba dalam 20 menit. Rupanya treatment mobil sudah selesai. Selena berniat menunggu di pintu masuk supermarket dengan troli berisi belanjaan. Matanya menangkap sosok yang sepertinya ia kenal, tapi ia kurang yakin. Mengurungkan niat menyapa lebih dulu, Selena memilih berdiri di sebelah sosok itu. "Mba Selena!" Ternyata ingatannya tidak salah. "Hei ... kamu Lala 'kan? Apa kabar?" Telapak kanannya terjulur untuk bersalaman. "Aku kabar baik, mba. Dari tadi aku udah lihat, mba. Sendirian aja, mba?" Lala menautkan jari bersala
"Roy, ponselmu tertinggal di meja teras," panggil Selena, "ada pesan balasan dari Mel."Akhirnya Selena menemukan Roy di ruang kerjanya. Memanfaatkan ruang kosong di sudut lantai 2 dekat jendela, Roy menata dengan penambahan meja dan lemari kerja. Jadilah tempat kerja yang nyaman untuknya.Roy yang didapatinya sedang fokus ke monitor laptop tiba-tiba menoleh cepat saat mendengar kalimat terakhir Selena."Kamu mulai lancang dengan ponselku?" Roy sudah beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Selena. Hanya butuh dua langkah saja."Siapa Mel, Roy?" Selena tidak merasa lancang jika membuka ponsel suami sendiri."Bukan urusanmu, sini!" Roy terlihat mulai emosi. Bola matanya tampak membulat sempurna.Selena berkelit dengan cepat, "Tidak! Sebelum kamu jujur tentang nomor ini dan siapa Mel."Dengan suara bergetar menepis tangan Roy yang hendak mengambil ponsel. Ia mengambil jarak lebih lebar ke belakang Roy. Ponsel masih dalam genggamann
"Selena ...."Panggilan Harris menghentikan gerakan jemari Selena di laptopnya."Saya, pak" jawab Selena yang sudah berdiri di pintu ruangan."Janji dengan restoran The Traders jam 11.00 'kan?" tanya Harris masih sibuk dengan ponselnya."Betul, pak. Rencana berangkat dari kantor 10.20, pak" jelas Selena terus menatap Harris."Saya dipanggil direktur, nih ...," Harris menempelkan ponsel ke telinganya dan menatap lawan bicaranya, " ... kamu kenapa?"Pertanyaan Harris diluar dugaan Selena. Padahal ia sudah berusaha menyamarkan mata bengkak dan wajah sembabnya dengan make up."Saya, pak?" tanya Selena kikuk.Harris mengangkat telunjuknya ke hidung."Halo, bu ... iya ... saya ketemu customer 10.20. Oke! I'm on my way!"Harris berbicara dengan direktur keuangan sambil terus menatap wajah Selena. Seperti memindai sesuatu."Emm ... saya meeting dengan direktur dulu, nanti kamu tunggu saya di lobby!" Harris beranjak
'Melissa''Mel''Roy dan Melissa'Tubuh Selena masih berdiri kaku di balik dinding yang tingginya tidak lebih dari 2 meter. Kedua tangannya masih memegang erat ponsel di dada. Hidungnya mulai kembang kempis. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Mendatangi Roy dan menyapa Melissa? Memaki keduanya dan mempermalukan dirinya sendiri?Masuk ke toilet menjadi pilihan Selena. Ia sudah tak sanggup menahan desakan air mata yang sejak tadi menggantung di sudut matanya. Isak tangisnya tertahan, ia tak ingin menjadi tontonan pengguna toilet.'Selena, kau belum kalah. Roy hanya butuh sedikit hiburan'Mengulang-ulang kalimat itu di pikirannya sambil mematut pantulan dirinya di cermin.'Kau cantik, body masih ramping meski anak satu, kau punya pekerjaan yang kau banggakan, kau berharga!'Sekeras apapun ia mencoba, sakit hati dan rendah diri itu semakin kuat menguasai perasannya. Menyeka ingus di hidung merahnya lalu membasuh pipinya yang sudah
"Selena ...." panggil Harris bersamaan saat baru tiba di ruangan. Tangannya melambai ke arah Selena meminta ikut dengannya ke ruang kerja."Duduk ...."Selena menarik kursi dan duduk sesuai perintah Harris. Ia tak bisa menebak apa yang akan disampaikan Harris sesore ini. Sepuluh menit lagi pukul 18.00. Bukan menolak penugasan mendadak, tapi ia belum berbagi kabar dengan Kak Ipah."Tolong pulang lebih awal, Lena. Ada tetangga yang menikah, seberang rumah. Seenggaknya aku bisa mampir sebentar setelah magrib"Pesan Kak Ipah sebelum ia berangkat kerja pagi tadi. Semoga Harris tidak membuatnya pulang terlambat."Selena, saya minta data customer yang pembeliannya diatas lima 3 juta dalam seminggu. Berikan keterangan apakah customer bayar cash atau kredit, lalu ... saya minta dibuatkan riwayat pembayarannya selama jadi customer kita""Baik, pak. Kapan bapak butuh data ini?" tanya Selena meminta penjelasan lanjut.""Rabu pagi, ya! Untuk riway