Share

Bab 16

Penulis: Hana Floris
Tubuh Vianie bergetar, dia akhirnya tak bisa tahan air matanya lagi, dan menangis tersedu-sedu, berlari keluar sambil menutupi wajahnya.

Sementara Hendra tetap berdiri kaku di sana, menatap ponselnya, tidak mengangkat kepalanya.

Setelah kembali ke rumah, wajah Hendra muram dan suaranya galak, “Caroline, sudah kubilang, syaratku untuk pulang adalah lupakan masalah ini, tapi kamu nggak tepati janji!”

Aku tersenyum dan berkata, “Ya, aku sudah ingkar janji. Kamu mau gimana?”

Hendra terdiam cukup lama, menatapku dan berkata dengan nada yang penuh kesedihan, seolah hatinya telah mati.

“Kita terpaksa cerai.”

Aku mengangguk. “Oke.”

Dia tertegun, ekspresi tidak percaya tampak jelas di wajahnya.

Aku masuk ke kamar, mengambil sebuah dokumen dan serahkan padanya.

“Ini surat cerai. Coba cek apa ada masalah.”

Matanya terbuka lebar, mengambilnya dengan kaku dan bertanya sambil menggertakkan giginya, “Kapan… Kamu siapkan ini?”

Aku menyipitkan mataku sambil memiringkan kepala dan berpikir.

“Kapan ya? O
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 17

    Keduanya menunjukkan ekspresi tidak rela dan tak puas di wajah mereka.Vianie tiba-tiba berteriak, “Kak”, kemudian memeluknya.Keduanya berpelukan erat.Melisa menggigit bibirnya dan menatap mereka, air mata mengalir tak terkendali.Aku menghela napas dalam hati.Aku awalnya tidak bermaksud menyeret anakku ke dalam kesalahan orang dewasa.Tapi ketika Melisa menangis dan berteriak padaku: “Aku pilih ayah” hari itu, aku tiba-tiba sadar bahwa dia sudah berada di dalamnya.Perkataan Melisa tentu saja menyakiti hatiku, tapi saat aku tanya pada diriku sendiri, aku tahu aku benar-benar tidak tega tinggalkan putri yang telah aku besarkan sendiri.Sejak kecil dia dekat dan bergantung padaku serta ayahnya.Hanya saja dia dituntun ke arah yang salah oleh orang lain yang punya niat buruk.Dia butuh aku dan aku butuh dia.Jadi aku biarkan dia menyaksikan kekejaman hidup sejak dini.Tak apa, asal aku di sampingnya, aku akan ajari dia jadi anak yang pintar, jadi orang yang cerdas, dan mampu hadapi ke

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 18

    Aku tidak tahan lagi, sungguh tak bisa dipercaya. Aku pun berteriak, “Vianie itu satu-satunya istrimu, Hendra! Gimana bisa kamu bilang nggak pernah berpikir untuk bersamanya? Lalu apa gunanya ratusan dokumen itu? Untuk apa kalian berlagak mesra gitu?”‘Apa gunanya rencana perceraianku yang sudah aku rencanakan selangkah demi selangkah selama ini!’Hendra adalah orang yang keras kepala.Dia tampaknya siap membuktikan kata-katanya dengan tindakan.Sejak saat itu, dia bangun pagi tiap hari untuk buat sarapan, tapi aku dan Melisa bahkan tidak mau memandangnya. Aku pergi bekerja dan Melisa pergi sekolah, kami tidak banyak berkomunikasi dengannya.Siang harinya, dia juga kirimkan berbagai pesan padaku, seperti: [daun gugur indah yang jatuh di jalan], [makan siangnya] dan [teori apa yang dia temukan hari ini].Pada malam hari, dia cuci piring dan kerjakan pekerjaan rumah, mengucapkan selamat malam pada kami berulang kali sebelum tidur, begitu sabar dan gigih.Aku tidak tahan lagi dan pergi me

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 19

    “Semua orang nggak percaya dan bilang apa ada salah paham. Tapi Vianie malah bilang dengan keras bahwa itu benar, bayi dalam perutnya adalah anak Pak Hendra!”“Setelah dengar itu, Pak Hendra tiba-tiba marahi Vianie dengan keras, dia bilang Vianie yang sengaja goda dan bius dia, Vianie yang jebak dia tidur dengannya. Vianie juga nggak mau kalah, dia tanya balik, untuk pertama kali, aku emang bius kamu, tapi gimana dengan kedua kalinya? Ketiga kalinya? Apa itu juga dibius?”Setelah menutup telepon, aku terdiam cukup lama.Hari itu aku bilang pada Vianie ada cara lain agar dia tidak perlu kembalikan uang itu.Dia bertanya apa yang bisa dilakukan.Kataku, “Rebut Hendra pergi.”Niatku awalnya adalah minta bantuannya untuk lancarkan perceraianku, tapi aku tak menyangka dia bakal ambil tindakan ekstrem seperti itu.Aku sempat tidak percaya.Kalau teringat kata-kata penuh gairah dan membekas di folder [Kesayangan] itu, aku merasa sungguh ironis.Hendra dengan jelas bilang padaku dengan suara l

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 20

    Saat itu aku dan Melisa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Nia yang kakinya terkilir. Ketika kami keluar, kami bertemu mereka.Keduanya sedang berdebat hebat di aula rawat jalan.Aku menggandeng Melisa dan berdiri di tengah kerumunan, aku terkejut oleh perubahan besar penampilan mereka.Vianie jadi keriput dan lusuh, mulutnya menjadi setipis garis, sudut bibirnya terkulai ke bawah dan dia mengutuk, “Omong kosong! Keluargamu nggak berguna. Orang tuaku yang harus kerja keras untuk urus anak kita. Beraninya mereka remehkan keluargaku? Beraninya mereka marahi aku, dasar jalang tua!”Hendra berwajah muram dan mengenakan jaket yang aku belikan untuknya beberapa tahun lalu. Pada usia 35 tahun, rambutnya sudah beruban dan dia tampak lelah dan tua.Bibirnya juga bergerak, sama sekali tidak mau mengalah.“Kamu yang sampah! Seluruh keluargamu sampah! Dasar benalu! Setelah sedot uangku, kamu masih mau targetkan keluargaku! Biaya pengobatan anak kita sangat mahal, keluargamu pun makan dan ting

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 1

    Hendra Prananta mengerutkan keningnya, berdiri dan pergi ke balkon untuk merokok.Aku menatapnya.Punggungnya yang disinari cahaya, sosoknya yang tinggi dan kurus menyatu dengan asap tipis, tampak kesepian.Setengah jam kemudian, dia masuk dengan senyum paksa.“Ayo ikut aku ke acara Hari Keluarga perusahaan kali ini. Kebetulan minggu ini aku nggak kerja, jadi bisa temani kamu beli beberapa baju.”Perusahaan Hendra sering adakan acara Hari Keluarga. Dulu dia tidak pernah mengajakku pergi. Kadang-kadang, ketika aku bertanya padanya karena penasaran, dia akan mengerutkan kening dan tampak tak sabar.“Itu kegiatan kesejahteraan yang diadakan untuk karyawan biasa, undangannya terbatas. Sebagai eksekutif senior, aku harus mengalah, nggak usah berebut sama mereka.”Saat ini aku ingin sekali tanya padanya.‘Jadi kali ini kita nggak perlu mengalah lagi?’Tapi aku urungkan niatku.Sejak Hendra pindah kembali, ada perasaan berat dan tidak nyaman yang sulit diungkapkan di antara kami.Ya, perasaan

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 2

    Pria di belakangku berteriak dengan marah dalam kegelapan, suaranya melengking.“Untuk apa ungkit dia? Untuk apa?”“Aku sudah kembali! Aku dan dia telah terima hukuman yang pantas kami terima! Kamu sudah dapat apa yang kamu inginkan!”“Caroline, kamu mau apa lagi?!”Aku tidak ingin apa pun.Aku cuma tidak tahan dan merasa sedih.Aku cuma ingin merobek topeng palsu yang menutupi hidupku.Aku dan Hendra adalah teman sekelas saat kuliah.Kami bertemu dan jatuh cinta di sebuah acara sekolah, menikah setahun setelah wisuda dan melahirkan putri kami, Melisa Prananta di tahun berikutnya.Semuanya berjalan lancar dan alami.Aku ekstrovert, lincah, ceria dan suka berinteraksi dengan orang lain.Dia introvert dan kemampuan risetnya berada pada level teratas dalam industri ini, tapi karena dia tidak pandai bersosialisasi, kariernya tidak mengalami kemajuan.Aku merasa bakatnya sangat disia-siakan, jadi dengan keterampilanku, aku berhasil mengenal pimpinannya yang bernama Stev Lorenzo, tentu saja

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 3

    Setengah tahun kemudian, aku baru melihat nama “Vianie” lagi.Saat itu aku mau buat PPT pidato perwakilan untuk Melisa, tapi laptopku kehabisan baterai. Kebetulan Hendra belum pulang karena ada makan bersama rekan satu departemen, jadi aku nyalakan komputer di ruang kerjanya.Ketika aku lagi cari materi, aku tidak sengaja mengklik folder bersama dan melihat folder bernama [Kesayangan].Hendra adalah orang yang sangat rapi.Di dalam folder tersebut, semua dokumen disusun berdasarkan tahun dan bulan, totalnya 27 dokumen.Intuisiku mulai bergejolak.Sebelum aku lihat folder ini, aku tidak pernah nyangka Hendra bakal diam-diam berselingkuh.Sama sekali tidak pernah.Tapi pada saat itu, saat aku menggerakkan mouse ke salah satu dokumen, bersiap untuk mengkliknya, tanganku bergemetar tanpa sadar.Aku pun duduk diam sambil melihat selama dua jam.Folder [Kesayangan] itu mencatat kisah cinta yang samar, tapi penuh gairah antara seorang pria dan seorang wanita selama dua tahun tiga bulan.Merek

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 4

    Bulan September baru saja lewat, tapi hawa panas akhir musim kemarau masih terasa di bumi.Tapi aku malah duduk di ruang kerja, merasa kedinginan di sekujur tubuh, seakan-akan berada di ruang bawah tanah yang terbuat dari es.Aku bergegas keluar dalam keadaan linglung.Aku masih tidak percaya Hendra akan mengkhianatiku. Aku masih merasa semua yang ada di komputer itu palsu.Pasti ada orang dengan rencana jahat yang mau memfitnah!Aku meneleponnya, tapi tidak diangkat.Dia bilang, ada acara makan bersama rekan, jadi aku pergi mencarinya di setiap restoran.Aku bersikeras mau tanya pada Hendra saat itu juga.Meminta kejelasan.Kemudian aku temukan Hendra di sebuah restoran daging panggang. Di mejanya, sekumpulan orang tampak ngobrol dengan senang.Sementara dia duduk di ujung meja dengan senyum tipis di bibirnya, tampak seperti pria sukses yang selalu lembut, anggun dan ramah.Di sebelah kanannya duduk seorang wanita berambut panjang dan mengenakan gaun putih.Matanya sebening air, tampa

Bab terbaru

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 20

    Saat itu aku dan Melisa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Nia yang kakinya terkilir. Ketika kami keluar, kami bertemu mereka.Keduanya sedang berdebat hebat di aula rawat jalan.Aku menggandeng Melisa dan berdiri di tengah kerumunan, aku terkejut oleh perubahan besar penampilan mereka.Vianie jadi keriput dan lusuh, mulutnya menjadi setipis garis, sudut bibirnya terkulai ke bawah dan dia mengutuk, “Omong kosong! Keluargamu nggak berguna. Orang tuaku yang harus kerja keras untuk urus anak kita. Beraninya mereka remehkan keluargaku? Beraninya mereka marahi aku, dasar jalang tua!”Hendra berwajah muram dan mengenakan jaket yang aku belikan untuknya beberapa tahun lalu. Pada usia 35 tahun, rambutnya sudah beruban dan dia tampak lelah dan tua.Bibirnya juga bergerak, sama sekali tidak mau mengalah.“Kamu yang sampah! Seluruh keluargamu sampah! Dasar benalu! Setelah sedot uangku, kamu masih mau targetkan keluargaku! Biaya pengobatan anak kita sangat mahal, keluargamu pun makan dan ting

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 19

    “Semua orang nggak percaya dan bilang apa ada salah paham. Tapi Vianie malah bilang dengan keras bahwa itu benar, bayi dalam perutnya adalah anak Pak Hendra!”“Setelah dengar itu, Pak Hendra tiba-tiba marahi Vianie dengan keras, dia bilang Vianie yang sengaja goda dan bius dia, Vianie yang jebak dia tidur dengannya. Vianie juga nggak mau kalah, dia tanya balik, untuk pertama kali, aku emang bius kamu, tapi gimana dengan kedua kalinya? Ketiga kalinya? Apa itu juga dibius?”Setelah menutup telepon, aku terdiam cukup lama.Hari itu aku bilang pada Vianie ada cara lain agar dia tidak perlu kembalikan uang itu.Dia bertanya apa yang bisa dilakukan.Kataku, “Rebut Hendra pergi.”Niatku awalnya adalah minta bantuannya untuk lancarkan perceraianku, tapi aku tak menyangka dia bakal ambil tindakan ekstrem seperti itu.Aku sempat tidak percaya.Kalau teringat kata-kata penuh gairah dan membekas di folder [Kesayangan] itu, aku merasa sungguh ironis.Hendra dengan jelas bilang padaku dengan suara l

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 18

    Aku tidak tahan lagi, sungguh tak bisa dipercaya. Aku pun berteriak, “Vianie itu satu-satunya istrimu, Hendra! Gimana bisa kamu bilang nggak pernah berpikir untuk bersamanya? Lalu apa gunanya ratusan dokumen itu? Untuk apa kalian berlagak mesra gitu?”‘Apa gunanya rencana perceraianku yang sudah aku rencanakan selangkah demi selangkah selama ini!’Hendra adalah orang yang keras kepala.Dia tampaknya siap membuktikan kata-katanya dengan tindakan.Sejak saat itu, dia bangun pagi tiap hari untuk buat sarapan, tapi aku dan Melisa bahkan tidak mau memandangnya. Aku pergi bekerja dan Melisa pergi sekolah, kami tidak banyak berkomunikasi dengannya.Siang harinya, dia juga kirimkan berbagai pesan padaku, seperti: [daun gugur indah yang jatuh di jalan], [makan siangnya] dan [teori apa yang dia temukan hari ini].Pada malam hari, dia cuci piring dan kerjakan pekerjaan rumah, mengucapkan selamat malam pada kami berulang kali sebelum tidur, begitu sabar dan gigih.Aku tidak tahan lagi dan pergi me

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 17

    Keduanya menunjukkan ekspresi tidak rela dan tak puas di wajah mereka.Vianie tiba-tiba berteriak, “Kak”, kemudian memeluknya.Keduanya berpelukan erat.Melisa menggigit bibirnya dan menatap mereka, air mata mengalir tak terkendali.Aku menghela napas dalam hati.Aku awalnya tidak bermaksud menyeret anakku ke dalam kesalahan orang dewasa.Tapi ketika Melisa menangis dan berteriak padaku: “Aku pilih ayah” hari itu, aku tiba-tiba sadar bahwa dia sudah berada di dalamnya.Perkataan Melisa tentu saja menyakiti hatiku, tapi saat aku tanya pada diriku sendiri, aku tahu aku benar-benar tidak tega tinggalkan putri yang telah aku besarkan sendiri.Sejak kecil dia dekat dan bergantung padaku serta ayahnya.Hanya saja dia dituntun ke arah yang salah oleh orang lain yang punya niat buruk.Dia butuh aku dan aku butuh dia.Jadi aku biarkan dia menyaksikan kekejaman hidup sejak dini.Tak apa, asal aku di sampingnya, aku akan ajari dia jadi anak yang pintar, jadi orang yang cerdas, dan mampu hadapi ke

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 16

    Tubuh Vianie bergetar, dia akhirnya tak bisa tahan air matanya lagi, dan menangis tersedu-sedu, berlari keluar sambil menutupi wajahnya.Sementara Hendra tetap berdiri kaku di sana, menatap ponselnya, tidak mengangkat kepalanya.Setelah kembali ke rumah, wajah Hendra muram dan suaranya galak, “Caroline, sudah kubilang, syaratku untuk pulang adalah lupakan masalah ini, tapi kamu nggak tepati janji!”Aku tersenyum dan berkata, “Ya, aku sudah ingkar janji. Kamu mau gimana?”Hendra terdiam cukup lama, menatapku dan berkata dengan nada yang penuh kesedihan, seolah hatinya telah mati.“Kita terpaksa cerai.”Aku mengangguk. “Oke.”Dia tertegun, ekspresi tidak percaya tampak jelas di wajahnya.Aku masuk ke kamar, mengambil sebuah dokumen dan serahkan padanya.“Ini surat cerai. Coba cek apa ada masalah.”Matanya terbuka lebar, mengambilnya dengan kaku dan bertanya sambil menggertakkan giginya, “Kapan… Kamu siapkan ini?”Aku menyipitkan mataku sambil memiringkan kepala dan berpikir.“Kapan ya? O

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 15

    Dia terbata-bata, “Aku nggak mengenalimu saat itu, aku nggak tahan lihat kamu lukai orang lain. Lagian aku sudah minta maaf pada Pak Hendra.”“Minta maaf pada Pak Hendra? Emangnya dia yang terluka?”Tanyaku dingin sambil melihat ke arahnya.Mereka yang berdiri di tengah kerumunan itu semuanya adalah mantan bawahan Hendra. Mereka semua tampak geram dan merasa kasihan pada Vianie. Tampak jelas mereka anggap aku bersikap tidak masuk akal.Aku menatap Hendra lagi.Wajahnya sedikit miring, menatap Vianie yang berusaha keras menahan air matanya, masih terlihat kasihan dan sedih.Aku tersenyum, mengeluarkan ponsel dari tas dan menyerahkannya pada Hendra.“Tadi ponselmu ketinggalan di mobil, jadi aku bawakan. Aku juga sudah kirim rekaman video CCTV restoran daging panggang hari itu ke grup kalian.”Seketika tempat itu menjadi heboh, semua orang menunduk menatap ponsel mereka.“Video itu sangat jelas dan dapat membuktikan dua hal. Pertama, aku sama sekali nggak sentuh Vianie. Dia juga harusnya

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 14

    Lembaga penelitian ini diinvestasikan oleh modal swasta dan Pak Stev adalah pemegang saham utama.Jadi Bu Nia setara dengan ratu.Mataku tiba-tiba terasa hangat.Hendra berdiri di samping dengan canggung.Dia sebenarnya tidak pandai bersosialisasi, tapi Pak Stev bilang dia hanya akan pertimbangkan untuk kembalikan dia ke jabatan semula jika Hendra bisa pastikan keluarganya harmonis dan tidak ada masalah. Jadi Hendra terpaksa berdiri di sampingku.Tiba-tiba mataku tertuju pada Vianie.Dia berjalan lurus ke arahku sambil bawa sepiring kue. Ekspresinya rapuh, tapi tetap tampak sombong, punggungnya tegak, di dahinya masih ada plester luka.“Bibi, ini kue yang kusiapkan khusus untukmu, mewakili departemen logistik,” katanya lembut.Aku menatapnya dengan tenang.Dia menurunkan alisnya dan berdiri tepat di sebelah Hendra. Entah itu suatu kebetulan atau suatu provokasi diam-diam dari seorang wanita lembut.Bu Nia mengerutkan dahi dan berkata, “Aku menderita diabetes, nggak boleh makan ini.”Vi

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 13

    Aku tersenyum tipis. “Sudah selesai ujian setengah bulan yang lalu.”“Jadi, punya waktu untuk hadiri acara Hari Keluarga perusahaan?”“Ya.”Pada acara Hari Keluarga.Ketika aku dan Hendra muncul, seketika suasananya menjadi sunyi. Semua mata tertuju padaku, menatapku tanpa ekspresi apa pun.Aku jelas sadar, itu bukan tatapan bersahabat. Hendra telah membangun citra yang sangat baik di lembaga penelitian dalam beberapa tahun terakhir.Tentu saja dia itu baik.Dia tampak anggun dan sopan serta tidak banyak menuntut bawahannya, jadi sekumpulan anak muda itu sangat memujinya.Setelah sumpah Hendra di rumah sakit tersebar di lembaga penelitian, semua orang sangat tersentuh oleh perselingkuhannya dengan Vianie.“Dia memang salah, tapi nggak apa-apa. Ada banyak orang yang telantarkan anak dan istrinya, tapi mereka tetap baik-baik saja kok. Jadi kelakuan mereka ini masih termasuk biasa saja.”“Mereka berdua emang saling suka, tapi tetap nggak lewat batas. Aku nggak setuju sih, tapi masih bisa

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 12

    Mata Melisa tampak merah dan bengkak, dia berteriak: “Ayah sama sekali nggak ada hubungan dengan Bibi itu! Ibulah yang licik! Ibu mau ganti ayah baru!”“Ada lagi?”Suaraku terdengar makin suram.Melisa mungkin belum pernah lihat aku seperti ini sebelumnya. Dia terdiam sejenak, lalu tidak nangis lagi dan menjawab pertanyaanku dengan patuh.“Lalu... Bibi tanya aku, apa Bibi Vianie cantik. Dia tanya aku, mau nggak Bibi Vianie jadi ibuku.”Kuku tanganku menancap kuat di telapak tanganku.“Melisa, kapan kamu ketemu Bibi Vianie?”“Aku sudah sering ketemu dia. Kadang saat Ayah datang jemput aku, dia ada di dalam mobil dan tanya apa dia boleh ikut pulang numpang mobil Ayah. Lalu aku bilang ya.”“Saat bibimu tanya apa kamu mau Bibi Vianie jadi ibumu, apa Ayah ada di sana?”“Ada.”“Apa dia bilang sesuatu?”“Nggak, dia nggak bilang apa-apa.”Aku pejamkan mataku dan biarkan darah yang mengalir deras di tubuhku perlahan jadi tenang.“Melisa, kalau ayah dan ibu pisah, kamu mau pilih siapa?”Air mata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status