Share

Bab 7

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2023-09-28 12:51:17

“Bu, aku menampar Vera karena dia telah menghinaku? merendahkanku, Bu!"

Jelas saja, Bang Dino tidak terima. Sambil berjongkok, aku terus menguping pembicaraan mereka.

“Kalau kamu dihina, ya hina balik! Bukan ditampar!” timpal ibu sengit. Aku menggelengkan kepala. Kucoba melihat raut wajah mereka masing-masih. Vera tersenyum licik. Dia pasti bahagia mendapat pembelaan dari Ibu mertua.

Bang Dino memalingkan wajah, memegang sebelah pipinya.

“Sekarang kita bahas masalah si Reni. Ibu gak mau ada dia di rumah ini! Kalian berdua harus bisa mengusir perempuan mandul itu!”

Enak saja mereka mau mengusirku! Aku gak mau mengulur waktu lagi. Sertifikat rumah dan tanah harus segera kualihkan namanya menjadi atas namaku.

Dulu, aku terlalu percaya bujuk rayu Bang Dino, mengiyakan saja usulannya ketika dia ingin rumah dan tanah atas nama Dino Saturus.

Sudahlah, percuma menyesal juga. Sekarang yang harus aku lakukan, mengganti nama kepemilikan, menggugat cerai Bang Dino, dan mengusir mereka.

“Iya, Bu. Aku juga lagi mikirin gimana caranya si Reni pergi dari rumah ini. Gak enak banget ada dia! Nyuruh-nyuruh mulu!” keluh Vera. Ibu Dewi membelai lembut rambut Vera. Perlakuan yang tak pernah aku dapatkan dari Ibu.

“Kalau begitu, Dino harus secepatnya menceraikan si Reni. Kalau si Reni kamu ceraikan, dia gak mungkin tinggal di rumah ini. Iya, kan?”

Aku tersenyum miring, menggelengkan kepala. Sakit sekali hati ini mendengarkan rencana licik ibu mertuaku. Setelah memiliki rumah ini, mereka ingin mengusirku tanpa ingat kalau uang membangun rumah dari keringatku.

Ya Tuhan, tolong hamba-Mu. Tolong aku menghadapi perbuatan jahat mereka.

“Benar tuh, Mas! Aku juga udah muak lihat tingkah si Reni. Sok cantik! Bu, Mas Dino juga sekarang panggil Reni, Sayang-sayang terus! Jijik aku dengarnya!”

Mulut Vera mulai bereaksi. Sahabat laknat! Sahabat pengkhianat! Sekarang kamu boleh sok berkuasa, sebentar lagi, kamu akan menderita.

“Apa benar, Dino?”

Bang Dino tak menjawab, ia justru memalingkan wajah ke arah lain. Seolah tak ingin membalas tatapan ibu dan Vera. Mungkin Bang Dino kecewa karena tadi Ibu telah menamparnya dan membela si Vera.

“Dino, kamu dengar Ibu gak?”

“Dengar, Bu. Sudahlah, aku mau nge-cat lagi!”

Waduh, tadi kenapa pintu kamar aku kunci, ya? Aku harus pura-pura sampai rumah. Hmm ... nah itu, ada jalan! Kayaknya aku sudahi dulu menguping obrolan mereka. Bang Dino harus bisa aku hasut. Harus kubuat dia berada di pihakku terlebih dahulu.

Berjalan mengendap-endap lewat belakang rumah. Lalu, belok kiri, melewati beberapa rumah, memasuki gang kecil dan berjalan cepat menuju gerbang rumah yang belum selesai.

“Assalamualaikum,” ucapku membuka pintu rumah. Bang Dino tengah berusaha membuka pintu kamar.

“Waalaikumsalam. Ren, kamu dari mana? Kok pintu kamarnya dikunci?” tanya Bang Dino.

Aku tersenyum, mengeluarkan kunci kamar.

"Maaf, Bang. Tadi aku ke depan sebentar. Pengen jajan bakso,” jawabku sekenanya. Untung aku ingat, di depan ada kedai bakso.

“Kamu nih ya, beli bakso gak ajak-ajak Abang. Abang gak dibeliin?” Bang Dino melihat kedua tanganku.

“Enggak! Aku pikir, sekarang Abang gak suka bakso!”

Kami pun masuk kamar beriringan. Sengaja, mengunci pintu kamar supaya Ibu dan Vera berpikir macam-macam.

“Sukalah. Tapi gak apa-apa, kalau emang kamu gak beliin Abang.”

Aku tersenyum manis mendengar jawabannya.

“Bang, Ibu masih ada?”

“Masih,” jawab Bang Dino malas. Tangannya mulai mengaduk-aduk cat.

Menghampirinya, pura-pura melihat pipi Bang Dino memerah.

“Pipi Abang kenapa merah begitu? Kayak ... habis ditampar?”

Bang Dino menoleh, memegang pipinya.

“Abang ditampar Ibu.”

“Apa? Kok bisa?”

Bang Dino menghela napas berat.

“Gara-gara si Vera.”

“Maksudnya?” Aku menatap lekat Bang Dino, seolah peduli keadaannya.

“Si Vera ngadu sama Ibu, kalau aku menamparnya. Eh, Ibu malah tampar aku! Katanya, balasan karena aku udah tampar si Vera!”

Manggut-manggut, mendengar cerita Dinosaurus. Aku berjalan menuju tempat tidur, duduk di sisi.

“Aneh banget, kenapa Ibu sampai segitu ya? Padahal kan ... si Vera bukan siapa-siapa Ibu. Bukan anak Ibu, bukan menantu Ibu! Tapi, kok ... sampai segitunya? Rela menampar anaknya sendiri demi si Vera?” selorohku, berusaha membuat suasana hati Bang Dino memanas. Bodo amat, ah! Aku sudah muak dengan mereka. Biarlah, mereka hancur dengan sendirinya.

Bang Dino berpikir, ia tercenung sejenak.

“Kamu benar, Sayang. Tapi ya udah, Abang gak apa-apa. Sayang, bisa gak, kamu buatin Abang jus apa ke? Abang haus!”

Kalau bukan karena rencana yang sudah aku susun, rasanya malas mengabulkan keinginannya.

“Iya, Bang.”

Bang Dino mulai mengecet.

Sebuah ide melintas. Sengaja, membuat rambutku acak-acakkan, lipstik aku hapus berantakan, dan juga membuka dua kancing kemeja bagian atas. Aku yakin, jika Ibu dan Vera melihatku, mereka akan berpikir kalau kami memadu kasih di dalam kamar.

Keluar, berjalan santai menuju dapur.

“Reni!”

Kebetulan sekali, Ibu mertua memanggil. Aku membalikkan badan sambil tersenyum. Kedua mata Ibu dan Vera membulat melihat penampilanku. Mereka menatapku dari atas sampai bawah.

“Ada apa, Bu?”

Kedua tangan Vera mengepal. Aku tahu, dia pasti mulai emosi dan cemburu.

“Kenapa penampilanmu jadi berantakan begitu?” Jari telunjuk Ibu mengarah padaku. Sedangkan Vera, memalingkan wajah, bibirnya mengerucut beberapa centi.

“Memangnya penampilanku kenapa?” Aku pura-pura tak mengerti.

“Masih nanya? Kamu ini ... itu lihat lisptik kamu, sampai blepotan! Kemeja kamu, bukannya dikancingin! Malah dibiarkan terbuka!”

Aku memandang penampilan sendiri.

“Ya ampun, aku gak sadar lho, Bu. Ya ... gimana dong! Bang Dino tadi ... mainnya kayak bringas gitu. Lipstikku belepotan ya, Bu? Gimana gak blepotan kalau tadi ... dah, ah! Jangan dibahas! Aku kan jadi malu!”

Membalikkan badan, berjalan cepat ke dapur.

“Sialan! Mas Dino sialan!”

Samar-samar kudengar Vera mengumpat. Aku hanya tersenyum manis.

Setelah membuatkan jus Mangga, aku hendak kembali masuk kamar, memberikan jus Mangga untuk Bang Dino. Tetapi, di depan pintu kamar, berdiri Ibu dan Vera. Untung saja, tadi aku sempat menguncinya! Aku kunci, supaya rencanaku berhasil.

“Dino, buka pintunya! Buka! Tuh anak, tuli apa? Dari tadi teriak-teriak, bukanya dibukain pintunya! Dinooo ....”

“Bu ... Ibu dan Vera ngapain berdiri di depan kamarku?” tanyaku lembut. Ibu dan Vera mendengkus kesal.

“Ibu mau bicara sama si Dino!”

Aku kembali mengulas senyum. Tetap tenang.

“Maaf, Bu. Kayaknya Bang Dino gak bisa diganggu dulu. Kami kan baru bertemu lagi setelah bertahun-tahun berpisah. Jadi ... tolong pengertiannya, ya?”

Kulihat raut wajah Vera memerah, seperti menahan amarah.

“Eh, Reni! Kamu ini gak sopan banget, ya? Ibu adalah ibu kandungnya Mas Dino! Kamu jangan sok menguasai dong! Suruh Mas Dino keluar kamar! Cepetan!”

Jujur, aku sangat tersinggung diperintah si Vera. Memangnya dia siapa? Sudah dikasih tempat tinggal, malah ngelunjak. Aku menarik napas panjang, menatap mereka bergantian.

“Vera ... kamu mesti ingat, siapa kamu di sini? Memangnya kamu yang punya rumah ini? Memangnya kamu istri Bang Dino? Bukan ‘kan? Jadi orang tuh mesti tahu diri! Menumpang kok kurang ajar! Ingat, aku adalah pemilik rumah ini! Aku adalah istri sah Bang Dino. Sedangkan kamu? Cuma me-num-pang! Gak berhak memerintahku! Paham? Minggir!”

Related chapters

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 8

    Kudorong bahu Vera agar menjauh dari depan pintu kamar. “Eh, kamu jangan kurang ajar, Reni! Jaga sikapmu!” Beuh, lagi-lagi Ibu mertua membela Vera. Mungkin bagi Ibu Dewi, Vera adalah menantu idaman. Aku sudah terbiasa diabaikan, apalagi jika berkumpul dengan kedua kakak Bang Dino, Bang Doni dan Bang Dodi, keberadaanku sangat tidak dianggap. Ibu lebih senang mengajak dua menantunya yakni Mbak Sarah dan Mbak Tina untuk berbincang. Tak kuhiraukan bentakan Ibu Dewi, memilih masuk ke dalam kamar dan membanting pintu, menguncinya.“Astaga, Sayang! Abang sampe kaget. Kamu kenapa?” tanya Bang Dino menoleh ke belakang. Bajuku yang agak basah karena sewaktu di dapur membasuh wajah, langsung mengambil pakaian ganti setelah meletakkan segelas jus Mangga. “Aku kesal sama Ibu dan si Vera, Bang! Masa dia bentak-bentak aku gak jelas! ngatain Bang Dino gak punya sopan santun karena ninggalin mereka dan memilih diam di kamar bersamaku!” Lebih baik aku adukan saja sikap Ibu dan Vera. Bang Dino menat

    Last Updated : 2023-09-29
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 9

    “Kurang ajar!!”“Stop, Vera!” Wow, Bang Dino mencekal pergelangan tangan Vera. Tangan Vera yang hendak menamparku. Cekalan yang kuat membuat si Vera meringis kesakitan. “Lepasin, Bang! Lepasin! Dia sudah keterlaluan! Dia nuduh aku punya suami dua! Padahal suami aku cuma ka---“Mulut Vera langsung dibekap Bang Dino. Kedua matanya melotot.“Aku dan Reni gak peduli siapa suami kamu! Lebih baik kamu diam saja! Jangan mencoba menampar istriku!” Bang Dino terlihat sangat geram. Melihat pembelaan Bang Dino, hatiku tak lantas tersentuh. Mungkin Bang Dino bersikap demikian karena dia sudah dihina Vera. Aku tahu betul sikapnya, Bang Dino paling tak suka ada wanita yang merendahkannya apalagi wanita itu adalah istri sendiri."Dino, lepaskan Vera! Dia lagi hamil besar, Dino! Lepaskan!”Ibu Dewi berusaha melepaskan tangan Bang Dino dari mulut Vera. “Sudahlah, aku malas menghadapi kalian. Bang, berangkat yuk! Jangan lupa, kamar Abang dikunci soalnya ... aku gak mau, ada barang berharga yang hila

    Last Updated : 2023-09-29
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 10

    “Dino, Reni! Dari mana saja kalian? Jam segini baru pulang!”Lho kok, Ibu mertuaku masih ada di rumah? Duh, pasti karena belum dapat jatah bulanan, makanya Ibu masih ada di rumahku. Wanita itu berjalan ke arah kami.“Mereka habis belanja, Bu.” Vera menjawab, menoleh sinis padaku.“Belanja? Kalian habis belanja?” Kedua mata Ibu Dewi melotot padaku dan Bang Dino. Aku menghela napas berat, membalas tatapannya.“Kalau aku habis belanja memangnya kenapa? belanja juga pake uang aku!” tandasku hendak beranjak, malas meladeni ocehan Ibu.“Eh, kamu mau kemana? Ibu belum selesai bicara!” tukas Ibu. Aku kembali duduk, ibu duduk di sofa satunya bersama Vera. “Kamu dibeliin apa itu, Ver?” tanya Ibu melongok ke dalam isi goodie bag yang dipegang Vera.“Daster doang, Bu! Cuma dua!” jawab Vera acuh tak acuh.“Reni, kamu beliin si Vera daster, ibu mertua sendiri gak dibeliin apa-apa? Gimana sih? Dasar menantu pelit!”Belum apa-apa udah menghakimi.“Memangnya aku tahu kalau Ibu belum pulang? Kalau Ibu

    Last Updated : 2023-09-29
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 11

    “Gak mau! Enak saja aku disuruh bantuin bikin cilok. Ibu aja yang bantu, kan Ibu yang dapat tiga puluh persen dari hasil penjualan rumah ini!” Aku tersenyum mendengar jawaban Vera. Cerdas juga dia. Tapi, aku harus lebih cerdas. Gak boleh kalah sama mereka. Aku harus mencari tahu keberadaan surat-surat itu sekarang. Pembicaraan mereka tampaknya masih lama. Pintu dapur kukunci. Membiarkan mereka ada di halaman belakang. Paling tidak sampai sore nanti. Tak lupa, mengunci jendela supaya mereka tidak bisa masuk ke dalam rumah. Setelahnya masuk ke dalam kamar yang biasa ditempati Bang Dino. Mencari surat-surat tersebut. Seingatku, Bang Dino selalu menyimpan barang-barang yang menurutnya berharga di bawah tempat tidur. Tidak berpikir lama, mtersebu ke kolong ranjang. Benar, ada tas kantor yang berada di sana. Merayap masuk ke dalam kolong ranjang, mengambil tas tersebut. Tas ini harus dipindahkan ke dalam kamarku. Setelah itu, mengunci pintu kamar. Bergegas keluar rumah, mengunci pintu de

    Last Updated : 2023-09-30
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 12

    “Aku juga gak tahu, Ren. Berarti selama ini suami kamu udah dijebak sama si Vera. Ih, aku gak nyangka kalau Vera sejahat itu.”Sepemikiran denganku. Aku juga gak nyangka kalau Vera tega berbohong pada Bang Dino. “Kalau Bang Dino sudah mau tanggung jawab apalagi sampai menikahinya, ya berarti dia sudah melakukan hubungan suami istri. Makanya Bang Dino merasa menghamili si Vera.”Meskipun ingin menggugat cerai Bang Dino, tetapi jujur saja masih ada rasa cemburu. Ah, aku ini apa? Sudah disakiti masih saja bucin. Aku harus berpikir jernih. Lelaki yang telah mengkhianati cintaku tak sepantasnya dipertahankan.“Sabar, Ren. Suatu saat kamu pasti akan menemukan kebahagiaanmu. Terus, rencana kamu selanjutnya bagaimana?”Windy mengelus punggungku, aku menganggukkan kepala.“Ya itu, Win. Aku ingin mencari pengacara yang mau membantuku mengubah nama kepemilikan sertifikat rumah dan tanah. Paling gak, kalau aku sudah resmi jadi janda nanti, aku masih punya aset yang nantinya bisa dijual buat modal

    Last Updated : 2023-09-30
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 13

    “Kamu jahat banget sih, Ren? Masa aku tinggal di kontrakan petak? Aku kan lagi hamil ....” Idih, memangnya aku peduli? Mengingat kehamilan Vera, aku jadi penasaran sebenarnya siapa laki-laki yang menghamilinya? Bang Dino jelas bukan! karena ia sudah divonis mandul. Kalau begitu, kemungkinan besar lelaki lain, Bang Dino hanya jadi tumbalnya saja. Kasihan .... “Itu urusanmu! Bukan urusanku!” kataku membuka pintu rumah, masuk lebih dulu dari mereka.“Sayang, memangnya kamu mau beli apartemen di mana? Nanti kalau uangnya masih ada sisa, kita beli mobil, ya?” Percaya diri sekali si Dinosaurus. Dia pikir, aku masih mau menjadi istrinya? Oh tidak. Aku tak Sudi menjalani rumah tangga yang dipenuhi kebohongan.“Gimana nanti aja, Bang!” jawabku sambil membuka kunci pintu kamar, lalu menutupnya kembali.Brukh!Aku menghela napas berat, melihat ketiga manusia tak tahu diri itu masih ada di rumah ini. Aku pikir, Ibu akan pulang. Ternyata ....Sudahlah, lebih baik sekarang aku mandi, lalu memerik

    Last Updated : 2023-10-01
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 14

    “Gak mungkin, Sayang ... gak mungkin Abang melakukan itu. Cinta Abang Cuma buat kamu, sayang Abang Cuma buat kamu, istri Abang ya Cuma kamu, Sayang ....”Ck, dasar buaya! Pembohong! Mulut ini rasanya sudah sangat gatal ingin memberitahu mereka kalau aku sudah tahu pengkhianatan Dinosaurus dan si Vera.“Sorry, Bang. Aku gak percaya. Oh ya, Bu ... Ibu malam ini mau nginap di sini? Mau tidur di mana? Mau tidur di kamar pembantu bareng si Vera?” Kedua tangan Vera mengepal kuat. Sorot matanya dipenuhi kemarahan. Aku tahu, dia pasti sangat marah mendengar gombalan cinta Dinosaurus. Ditambah aku yang sengaja menyindirnya.“Ibu gak akan pulang kalau kamu belum memberikan jatah bulanan ibu tiga juta!” tandas ibu tanpa tahu malu. Aku mencebik, memalingkan muka."Tiga juta? Tiga ratus ribu saja gak akan aku berikan! Kalau Ibu mau minta uang, minta saja sama Bang Dino!”“Sayang, Abang uang dari mana? Uang dan ATM Abang kan udah diambil kamu.”Aku memutar bola mata malas, mendengar alasan yang dik

    Last Updated : 2023-10-02
  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 15

    “Bukti apa, Sayang? Abang sama Vera gak punya hubungan khusus apalagi sampai menikah. Kamu pasti becanda nih! Pokonya Abang dan Vera gak ada hubungan apa-apa. Lagian kan ... Si Vera sudah punya suami. Eh, Ver! Kamu jangan diam saja dong! Ngomong ke Reni, kalau kita gak ada hubungan khusus apalagi sampai menikah!” Bang Dino mengelak sekaligus menyentak si Verek. Ups, maksudku si Vera. Ya mau bagaimana, kelakuan si Vera memang seperti wanita murahan. Sekarang saja aku tidak yakin kalau lelaki yang menghamili Vera adalah Bang Dino.Mungkin benar, mereka pernah melakukan hubungan suami istri tetapi kalau benih yang dikandung Vera, seratus persen aku yakin itu bukanlah anak biologis Bang Dino.“I-iya benar, Ren. Aku dan Mas Dino gak ada hubungan apa-apa. Ah, lagian ... Mas Dino bukan lelaki idaman aku! CK, dia kan ... lelaki yang gak berguna! Gak bisa kerja apa-apa! Bisanya Cuma ngojek doang! Apaan ngojek? Duitnya aja gak seberapa!”Astaghfirullah, si Vera berani juga menghina Bang Dino. H

    Last Updated : 2023-10-03

Latest chapter

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 30

    Aku terdiam, tidak langsung menjawab ungkapan perasaan Angga. Lelaki itu lantas mengeluarkan kotak cincin berwarna merah terang. Aku semakin terkejut dan tak percaya, kenapa Angga secepat ini melamarku?"Kalau kamu mau aku ajak menikah dalam waktu dua bulan, kamu bisa mengambil cincin ini. Aku sungguh-sungguh ingin menikahimu."Pandanganku berembun. Terharu sekaligus bingung. "Angga ...." panggilku lirih. Masih berpikir kalau lelaki yang duduk di hadapanku sedang bercanda. "Aku serius, Reni. Aku benar-benar ingin menikahimu."Belum sempat menimpali ucapan Angga, pelayan restoran datang, meletakkan beberapa menu makan kami. "Kita makan dulu. Setelah makan, aku harap kamu mau kasih jawaban."Aku hanya menganggukkan kepala. Bukan aku tak suka pada Angga. Aku rasa, wanita mana pun pasti menyukainya. Angga tipikal lelaki yang sedari dulu tidak banyak tingkah. Mau bergaul dengan siapapun. Tidak melihat dia orang kaya atau orang yang tak punya. "Gimana, Ren? Kamu udah punya jawabannya?"

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 29

    Sudah dua bulan aku bekerja di perusahaan Angga. Meski hanya sebagai cleaning service. Tapi, aku bahagia. Kerjaannya tidak memberatkan dan santai. Tidak seperti kerja di luar negeri. Walaupun gajinya lebih besar, tapi kerjaannya luar biasa berat. Sudah dua bulan juga kau menyandang status janda. Persidangan perceraianku dengan Dino sudah diputuskan. Sejak saat itu, aku berusaha menghindari Dino dan juga Vera. Aku tidak mau diusik oleh mereka lagi. Mungkin juga sekarang si Vera udah melahirkan. "Reni?" Saat sedang merapikan pantry, seseorang yang suaranya aku kenal memanggil."Iya, Pak Angga?" sahutku formal. Angga tersenyum, menaikkan sebelah alisnya. "Jangan panggil aku, Pak kalau kita lagi berdua, Ren."Terkekeh mendengar ucapan Angga. Dia memang selalu berkata seperti itu. Melarangku memanggilnya dengan sebutan Pak Angga. Katanya kayak ke siapa saja. Lah jelas ke atasanku. Karyawan yang posisi jabatannya tinggi saja memanggil Angga, Pak Angga. Masa aku cuma office girl memanggil

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 28

    "Barang-barang furniture di rumah kamu gak dibawa semua? Kamu cuma bawa ini doang?" Tiba-tiba Angga bicara. Aku menoleh, menapat lelaki yang berdiri di dekat ruang tamu tanpa ada sofa atau televisi. Apartemen ini memang masih kosong. Belum ada barang-barang rumah tangga lainnya. "Iya. Ribet bawanya. Lagian aku kan cuma hidup sendirian. Paling nanti mau beli alat-alat dapur. Kalau sofa, gampang nyusul," jawabku membuka pintu kamar.Kalau tempat tidur aku sudah membelinya kemarin. Menyuruh penjaga apartemen untuk mengangkat ke atas. Begitu pula lemari pakaian. Selesai memasukkan kedua koper, aku keluar, ke dapur. Di sana baru ada dispenser, kompor dan magicom. "Silakan diminum," ucapku meletakkan kedua gelas di depan Angga dan Windy yang duduk di atas karpet. "Padahal bawa aja, Ren. Barang-barang di rumah sebelumnya kan milikmu," kata Angga sambil menegak air yang aku suguhkan. "Males, Ga.""Dia mah emang begitu, Angga. Orangnya gak mau ribet. Aku juga sempat mengingatkannya, bara

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 27

    "Pindah? Kamu mau pindah sekarang, Ren?"Dari arah belakang, muncul Vera sambil mengelus perut buncitnya."Iya. Aku mau pindah sekarang," jawabku tanpa beban. Aku sudah tidak sabar hidup seorang diri tanpa bayang-bayang mereka berdua. Sepasang manusia yang udah putus urat malunya. "Terus kami gimana, Ren? Kamu ini kalau jual rumah kok gak mikirin nasib kami sih?"Astaghfirullah ... kok ada manusia gak tau diri seperti si Vera? Amit-amit nauzubillahiminzalik. Aku menggelengkan kepala, mendekati Vera. "Asal kalian tau, aku emang gak pernah mikirin nasib kalian. Ih, amit-amit. Kamu kok Ver, gak punya malu banget. Emang waktu kalian selingkuh, mikirin nasib aku yang bekerja di luar negeri sana? Enggak kan?"Kupelototi dua makhluk yang sifatnya melebih makhluk astral itu. Mereka benar-benar membuatku kesal dan emosi. Kalau si Vera lagi gak hamil besar, ingin sekali tangan ini menjambak rambutnya yang jarang sekali dikeramas. Aku sih bukan menghina, tapi si Vera hamil itu gak cantik sama

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   BAB 26

    "Kamu jangan salah paham dulu, Ren. Aku dari dalam kamar Vera gak ngapa-ngapain. Kita cuma ngobrol aja kok. Sumpah dah." Aku tersenyum miring mendengar alasan Bang Dino. Tidak peduli juga mereka mau ngapain berduaan di dalam kamar. Toh sebentar lagi aku dan Bang Dino akan bercerai. "Bener, Ren. Aku sama Mas Dino cuma ngobrol biasa aja."Halah, si Vera juga ikut-ikutan mengelak. Aku mendekati keduanya. Memandang mereka satu persatu. "Aku ... enggak ... pe-du-li."Membalikkan badan, meninggalkan dua manusia munafik itu. Tak ingin mendengar ucapan atau alasan mereka lagi. Bodo amat. Aku melangkah ke dapur, membuat susu cokelat hangat. Entah mengapa malam ini aku tidak bisa tidur. "Ren, apa kamu gak bisa batalin jual rumah ini?" Tanpa kusadari, Bang Dino sudah berdiri di samping. Menoleh ke belakang, Vera sudah tidak ada. "Enggak bisa," jawabku singkat, mengaduk susu cokelat hangat. "Ren, aku gak mau pisah sama kamu. Kamu jangan ceraikan akulah, Ren. Aku masih cinta kamu, Ren. Masi

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 25

    PoV VeraSungguh, aku tak menyangka diam-diam Reni mau menjual rumah yang baru ia dan Bang Dino bangun. Aku pikir dia tidak akan mau menjual rumah ini soalnya dibangun dari hasil keringatnya selama bekerja menjadi TKW. Ternyata tanpa aku dan Bang Dino ketahui, Reni sudah berniat menjualnya. Duh, kalau rumah ini dijual, aku mau tinggal di mana? Apalagi tadi Reni sempat bilang, katanya dia akan menggugat cerai bang Dino. Ah, menyebalkan. Kenapa semua rencanaku dan Bang Dino jadi berantakan? Ditambah sekarang para tetangga kanan kiri sudah tahu statusku yang menjadi selingkuhan Bang Dino. Aku tadi benar-benar dibuat malu sama si Reni. Gara-gara dia, warga di sini tahu kalau aku dan Bang Dino berselingkuh. Sialan!Sudah pukul sebelas malam, aku masih enggak bisa tidur. Bang Dino juga belum masuk kamar padahal tadi dia sempat bilang, katanya pengen ngobrol hal penting sama aku. Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu membuatku tersentak. Perlahan, aku turun dari ranjang, berjalan dan membuka p

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 24

    Seharian ini, tubuhku sangat lelah. Usai melakukan pertemuan di cafe tadi, aku dan Windy mencari apartemen. Alhamdulillah kami langsung menemukan apartemen yang cocok harga dan lokasinya. Windy benar-benar sahabat yang sangat baik. Ia mau repot-repot membantuku. Beda sekali dengan Vera. Ah, wanita itu sungguh membuatku kcewa. Tapi, ya sudahlah. Tidak perlu aku sesali lagi yang telah terjadi. Sebentar lagi juga aku akan terlepas dari dua manusia benalu itu, Vera dan Bang Dino.Tiba di rumah, aku langsung menuju ke dapur. Ingin memastikan apakah masakan untuk nanti malam sudah selesai atau belum? Rupanya memang benar, Bang Dino mau membantu Vera memasak. Mereka terlihat saling membantu. Mungkin Bang Dino memang cocok menjadi suami Vera."Ehm, sudah matang masakannya?" tanyaku membuat kedua orang itu menoleh ke belakang. Aku berjalan ke kursi meja makan yang tak jauh dari dapur, duduk. "Kamu udah pulang, Sayang? Tumben gak ngucapin salam?" "Di depan tadi udah ucapin salam, tapi gak ada

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 23

    Esok harinya, aku ingin ke rumah Rt setempat untuk memberitahu kalau di rumahku akan diadakan acara makan-makan sekaligus ingin berkenalan dengan warga sekitar. Tidak banyak yang aku kenal walaupun hampir tiap hari tetangga sebelah kanan rumahku sering menyapa. "Makan-makannya jadi, Ren?" tanya Bang Dino ketika aku minta diantar ke rumah Rt daerah sini."Iya, Bang. Aku mau minta bantuan pada Pak Rt supaya dia saja yang memberitahu warga kalau kita mau adain acara makan-makan. Ya paling, warga Rt kita aja," jawabku sambil melirik Vera yang menghampiri kami. Wanita itu pasti ingin tahu apa yang aku bicarakan dengan Bang Dino. "Ada apa ini?"Tuh kan, apa kataku? Vera sepertinya sangat cinta sama Bang Dino. Dia selalu ganggu kami kalau sedang ngobrol. Aku menoleh, melihat Vera yang baru saja selesai mencuci piring. Sengaja, aku bicara Bang Dino empat mata saja. Kalau si Vera sampai dengar, bisa-bisa acaraku gagal. "ini, Ver ... Reni mau ajak warga Rt ini makan-makan."Ya ampun, Bang Di

  • Suamiku Nikah Lagi Saat Aku Jadi TKW   Bab 22

    Duh, si Windy kenapa juga harus keceplosan. Aku kan jadi bingung harus jawab apa? Rasanya malu sekali jika mengakui janda. Bukan aku merasa gengsi tetapi menjadi janda bukan pula keinginanku. Andai saja Bang Dino tidak berselingkuh, aku masih bisa bertahan. Kalau masalah ekonomi, aku masih bisa bertahan. Tetapi, kalau perselingkuhan dan pengkhiantan, aku tidak bisa memaklumi. "Hmm ... iya, aku emang ... emang sudah pernah menikah. Dan sekarang, aku masih tinggal satu atap dengan Bang Dino. Cuma emang ... rumah tanggaku sedang ada masalah. Mungkin, sebentar lagi rumah tangga kami akan berakhir."Kulihat Angga mengembuskan napas panjang. Punggungnya bersandar pada sofa. Ia menatapku sangat lekat. Tatapan yang sulit aku mengerti. Windy melirikku. Ia meringis, kedua telapak tangannya terkatup di depan dada."Oke. Kalau begitu aku ingin lihat-lihat rumah ini. Boleh 'kan?" Angga seolah ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi, lebih bagus begini sih. Aku agak risih jika ditanya-tanya masalah rum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status