“Kamu nggak apa-apa Nduk?” tanya Bu Yati dengan khawatir.“Bang Doni keterlaluan Bu, Ayu nggak percaya kalau Bang Iki seperti itu, pasti ada sebabnya Bu .... hiks ... hiks” tangis Ayu pecah.“Iya Nduk Ibu percaya, sudah ya jangan nangis tidak baik untuk janinmu,” ucap Bu Yati mencoba menenangkan Ayu yang masih menangis.“Bentar lagi suamimu pulang lebih baik kita tanya saja dengan dia, jadi tidak ada salah paham.”“Jujur ya Nduk hati mana yang nggak sakit bila anaknya dalam musibah, Ibu juga merasa kasihan dengan abangmu itu, tetapi kita tidak boleh egois, suamimu memang tidak pernah kita lihat marah.”“Namun Ibu pasti punya firasat kalau abangmu itu memang salah pasti ada kelakuannya melebihi batas sehingga suamimu marah besar dan menghajar Lukman sampai babak belur,” ucap Bu Yati.Ayu hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam kamar lantaran abangnya mencari kambing hitam.Bu Yati pun selalu menemani dan menghibur Ayu agar tidak terbawa emosi.***Sementara di ruang tamu Doni dan Rez
“Doni minta maaf Pak, Bu, Doni khilaf, Doni janji tidak akan berbuat seperti ini lagi,” ucap Doni mengiba.“Maaf mu sekarang tidak berguna Don, kamu harus mempertanggung jawab kan semuanya ini, dan untuk itu kamu harus berkata jujur agar hukuman kamu tidak terlalu berat!” sahut Pak Sugimin menjelaskan.“Pokoknya Doni nggak mau dipenjara Pak, semua ini gara-gara Bapak juga karena tidak pernah memberikan apa yang kami minta!” kilah Doni dengan marah.“Hey Doni, kamu itu sudah berkeluarga ada anak dan istrimu yang kamu pelihara, sudah tanggung jawabmu itu, bukan tanggung jawab kami lagi, bahkan kamu juga tidak pernah memberikan kami uang, kami tidak pernah meminta karena kami tahu kamu banyak kebutuhan!”“Di usia renta kami pun harus berjuang sendiri, karena kami tidak ingin membebani kalian dengan kehidupan kami, kami hanya ingin kalian itu selalu di jalan yang benar Insya Allah kalian akan mendapatkan berkah-Nya!” jelas Bu Yati.“Ibu selalu membanggakan Ridho dan Ayu, apa sih hebatnya
Dani mengantarkan Pak Sugimin ke tempat penampungan barang bekas yang paling terdekat dari rumah Ayu.Jarak antara rumah dan tempat penampungan itu hanya berjarak delapan kilometer, tempat itu yang paling dekat dengan pemukiman warga.Dani membonceng Pak Sugimin dengan hati-hati, sesekali Dani memperhatikan wajah Pak Sugimin yang sendu dan memperhatikan jalan ke depan.Hatinya merasa ikut sedih melihat orang tua seperti Pak Sugimin yang harus bersusah payah mencari keberadaan anaknya yang tidak tahu diri itu.Sementara itu Doni masih bersembunyi di tempat yang orang lain tidak tahu menurutnya, tetapi dia tidak sadar kalau bapaknya sangat mengenal Doni, dan tempat bersembunyi yang biasa dia lakukan dari kecil.Disaat dia merasa aman, tiba-tiba ponsel Doni berbunyi.Doni merasa gugup karena yang menghubunginya adalah Wisnu. Rasa takut bercampur keringat mulai membasahi pelipisnya kembali, detak jantung pun sudah tidak beraturan dengan napas tersengal-sengal akibat berlari sangat jauh m
“Astagfirullahaladzim yang benar kamu Ki, berarti Wisnu dan Rangga bersaudara? “tanya Pak Sugimin yang terkejut mendengar cerita Rizki.“Tepatnya saudara tiri Pak, satu ayah dua ibu,” jawab Rizki.“Terus kamu tahu dari mana kalau berita itu benar, jangan sampai ini hanya hoax belaka yang ingin menjatuhkan reputasi keluarga Wiranata?”“Iki tahu dari bang Lukman sendiri yang menceritakan semuanya dan diperkuat dengan kesaksian dari mbak Linda, sayangnya dari mereka berdua tidak ada yang merekam omongan ke ayah dan anak itu,” jelas Rizki.“Intinya semua kejadian selama lima tahun belakangan ini adalah ulah dari Wisnu yang berpura-pura peduli dengan keluarga Wiranata.”Satu lagi apakah papahmu sudah tahu tentang masalah ini, bukannya Pak Aldi sudah mengambil Wisnu dari panti asuhan dan menjadi saudara angkatmu juga, Ki?” tanya Pak Sugimin menjadi bingung.“Nah itu dia Pak, yang belum Iki mengerti seperti benang kusut,”ucap Rizki sedikit bercanda dengan Pak Sugimin.“Kamu kok pusing sih, t
“Itu kebodohan kamu sendiri Bang, karena nafsumu untuk bisa mendapatkan uang secara instan, kamu sendiri tidak memikirkan sebab akibatnya, kamu sendiri yang menjerumuskan dirimu ke lubang maksiat, karena imanmu tidak kuat, kamu buta dan tuli, dengan gampangnya kamu menjual harga dirimu sendiri hanya untuk uang!” jelas Riski yang tak mau kalah.“Iya aku buta dan tuli karena uang memang kenapa?” jawab Doni dengan lantang.“Sekarang terserah dengan keputusanmu, aku akan memberikan dua pilihan tinggal kamu pilih!”“Pertama aku akan meringankan hukumanmu asal Bang Doni mengatakan sejujurnya siapa saja yang ikut terlibat dalam kecelakaan kedua orang tuaku, dan siapa saja yang mau menggulingkan perusahaan Wiranata, kudengar kamu ikut andil dalam tindak korupsi, pasalmu berlapis Bang, Keluargamu aman bersamaku, aku akan jamin semua kebutuhan anak dan istrimu bahkan dengan keselamatannya.”“Pilihan kedua selamat mendekam selamanya di penjara jika kamu mau saja mengikuti arahannya, pikirkan apa
“Reza entah dia benar-benar nggak waras atau hanya tipu muslihat dia agar tidak dipenjara, aktingnya sangat bagus, sangat menjiwai, felnya dapat banget, mungkin jika dia ikut menjadi pemain sinetron oke juga.”“Pasti kamu penasaran kan, sebentar saya ada videonya mungkin kamu suka,” sahutnya lagi.Wisnu memperlihatkan sebuah video Reza di rumah sakit yang sedang meraung-raung.Reza berteriak seperti kesakitan dan meronta-ronta dan sebuah cairan itu disuntikan ke dalam tubuh Reza dan langsung dia tertidur.“Apa yang kamu lakukan kepada Reza!” teriak Doni.“Tenang Don, saya hanya memastikan kalau Reza benar-benar memang mengalami gangguan jiwa, agar lebih meyakinkan,” jawab Wisnu sembari tertawa bahagia.“A-apa ma-maksud mu!” teriak Doni.“Santai kawan, tenang dulu masih banyak waktu, tidak semudah itu kalian mati di tanganku, kita bermain-main dulu lah!”“Jangan Bos, aku janji! Aku janji!” teriaknya histeris.“Ayolah nggak asyik tahu, kalau kamu begini terus saya nggak punya teman main
“Bagaimana Pak, apa yang terjadi dengan Doni, bagaimana keadaannya? “ tanya Bu Yati beruntun.“Sabar toh Bu satu-satu kalau tanya, Bapak jadi bingung, yang jelas anak itu sudah masuk penjara, tetapi kelakuannya itu seperti Reza nggak waras, ada apa dengan mereka!” jawab Pal Sugimin pelan.“Jadi apakah Doni dan Reza terlibat juga dalam masalah itu?” tanya Bu Yati lagi.“Ibu tahu dia ngompol di celana itu tandanya apa?”“Ya berarti Doni bersalah, Ya Allah Gusti ... piye toh Pak, anak-anak kita kok semuanya terlibat, ada apa dengan mereka ini?” tanya balik Bu Yati yang menangis histeris.“Apa yang salah dalam didikan Ibu ini, padahal dari kecil Ibu sudah semaksimal mungkin, tetapi rasanya sia-sia perjuangan Ibu ini!”“Apakah masih pantas aku di sebut seorang Ibu, aku gagal, gagal semuanya ...” lanjutnya lagi.“Istigfar Bu, jangan sampai imanmu luntur hanya karena masalah ini, justru kita di uji oleh Allah lagi, seharusnya kita merasa senang karena Allah memilih kita, hamba-Nya apakah ki
“Tolong ketuk pintu saya mau masuk!” seru Rizki kepada anak buahnya.“Assalamualaikum!”“Wa-Wa’alaikum salam!”“Mas Rizki, betul ini kamu Mas, ayuk silakan masuk Mas!”“Bu, Mas Rizki!” ucap Lia yang sangat terharu melihat kedatangan Rizki, begitu juga dengan Pakdhe Sukirman dan Budhe Sri.“Wah Nak Rizki, ada angin apa datang kemari pasti kamu menjenguk calon mertua baru mu ini kan?” goda Pakdhe Sukirman bangga.“Maksud Pakdhe?” tanya Rizki.“Maksud Bapak kalau sebentar lagi, Mas Rizki akan menjadi suami Lia setelah anak ini lahir,” jawab Lia bersemangat.“Oh maaf Nak Rizki, maaf atas omongan Lai tadi maklumlah bawaan bayi, jadi sering ngelindur!” ucap Budhe Sri menimpali.“Nggak apa-apa Budhe, namanya juga bercanda,” ucap Rizki tersenyum.“Oh ya nak Rizki Pakdhe dengar anak-anak Sugimin kena kasus korupsi di perusahaanmu ya?” tanya Pakdhe Sukirman tersenyum ramah.“Sayangnya seperti itu, mereka dibutakan oleh uang,” jawab Rizki.“Memang anak-anak Sugimin itu tidak tahu diri, tidak ta
Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap
“Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”
Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap
Sementara di kediaman rumah Wisnu.Pak Aldi yang masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi berada di ruang tengah. Sedangkan Wisnu menempatkan Ayu di sebuah kamar pribadi miliknya dan Bu Yati di kamar lain juga.Wisnu mengikat kedua tangan dan kaki Ayu dengan kencang di kursi kayu.Ayu masih dalam keadaan tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.Ruangan kamarnya pun telah dihiasi oleh harumnya bunga mawar putih yang merupakan kesukaan Ayu. “Rahayu Wulandari, nama yang cantik sesuai dengan wajahmu yang tidak bosan aku memandangmu dengan secantik bunga mawar ini.”“Rizki itu tidak pantas untuk mendapatkan kamu, Yu!”“Saat Rizki mengatakan kalau dia menemukan tambatan hatinya dan memberikan foto kamu untuk pertama kali aku sangat menyukaimu,” ucapnya penuh semangat.Tak lama kemudian Ayu siuman dari pingsannya dan kepalanya mulai pusing dan dia pun terkejut tangan dan kakinya sudah terikat di kursi dan memandang sekeliling dengan penuh rasa heran.“Selamat datang
“Bagaimana ini Pak, Hei kalian kenapa menjaga istri dan mertuaku kalian tidak bisa, apa kerja kalian?” tanya Rizki marah.“Sudah Nak Iki jangan marah-marah, ini bukan mereka yang salah tetapi ini adalah rekayasa Bapak,” jawab Pak Sugimin tenang.“Maksud Bapak, bagaimana?” tanya Rizki bingung.“Maksudnya Bapak sebenarnya memang ini rencana nya kami, agar dapat mengetahui jejak Wisnu. Ayu sudah kami pasangkan alat perekam suara agar kami tahu tempat mereka membawa Ayu,” jelas Ridho kepada Rizki.“Kenapa harus melibatkan Ayu, Wisnu sangat menyukai Ayu Pak, aku nggak rela Ayu menjadi milik Wisnu sampai kapan pun!” sahut yang masih tersulut emosi.“Iya Bapak paham Ki, tetapi menurut Bapak ini adalah salah satu cara agar masalah ini selesai dan kalian dapat hidup dengan tenang tanpa ada orang lain yang ingin merusak kehidupan kalian lagi,” jelas Pak Sugimin berusaha membuat Rizki mengerti.“Baiklah kalau menurut Bapak itu lebih baik.”“Sekarang bagaimana selanjutnya, apa yang akan kita laku
“Eh ada Nak Rizki, bagaimana keadaan Bu Salwa sekarang Ibu harap tidak ada yang serius, ”tanya Bu Yati khawatir.“Alhamdulillah, Bu tidak apa-apa sudah di tangani dokter sekarang lagi istirahat dan di temani oleh Mbok Sum,” jelas Rizki sembari melihat ke arah Rangga yang duduk di lantai dengan keadaan kacau.“Sayang, kenapa dia ada di sini, apa yang dia lakukannya?” tanya Rizki kepada Ayu.“Ayu yang panggil Mas Rangga, Bang!”“Buat apa kamu memanggil dia?”“Mas Rangga ternyata belum tahu kalau Wisnu itu saudara tirinya, makanya dia shock, apalagi Tante Tania bilang kalau itu memang benar,” jelas Ayu yang merasa iba dengan Rangga.Rizki lalu menghampiri Rangga yang duduk di lantai dengan wajah berantakan dan masih terdengar suara usak tangis dalam diri Rangga.Rizki ikut duduk di lantai dan memperhatikan Rangga.Hidup itu aneh Bro, mungkin kamu masih ingat pertama kali kita bertemu, kamu selalu membanggakan diri kamu kalau kamu adalah yang terbaik, tetapi kenyataannya kamu hanya seoran
Melangkahkan kakinya dengan cepat agar Lia maupun mertuanya tidak melihat dirinya yang pergi ke kamar Ayu.Setelah sampai di kamar Ayu, Rangga pun langsung masuk karena sudah di tunggu kedatangannya oleh mereka.“Katakan apa mau kalian dariku?” tanya Rangga sinis.“Silakan duduk dulu Nak Rangga!” ucap Bu Yati ramah.“Cepat katakan apa mau kalian, aku tidak punya waktu banyak untuk kalian!” jawabnya masih sinis.“Aku hanya ingin tahu seberapa dekat kamu dekat Pak Fauzi? ”tanya balik Ayu.“Buat apa kalian menanyakan hal itu?” tanya balik lagi Rangga.“Apakah kamu sudah tahu kalau Papah Aldi di culik oleh Wisnu?” Seketika raut wajah Rangga berubah terkejut mendengar Pak Aldi di culik oleh Rangga.“Buat apa Wisnu menculik Pak Aldi?”“Apa maksudmu, apa hubungannya denganku?”“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan denganku?” tanyanya bingung.“Jika hanya basa basi seperti ini lebih baik aku pergi saja, membuang-buang waktu aku saja kalian!” hardiknya.“Aku tidak tahu apa-apa tentang p
@Pak Sugimin{Ada apa Ki, apa yang terjadi tolong ceritakan sama Bapak}@Rizki{Wisnu Pak, sudah tahu rencana kita buktinya dia berhasil menculik Papah, dan gara-gara dia Mamah pingsan tidak sadarkan diri, sekarang Iki menuju rumah sakit dulu Pak}{Iki bingung Pak, apa yang harus Iki lakukan }{Mbak Linda juga susah di hubungi ke mana mereka, tidak ada yang bisa membantu Iki, Pak}@Pak Sugimin{Siapa bilang tidak ada yang membantu kamu, ada Allah kamu lupa itu. Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuannya}{Semua akan baik-baik saja Ki}{Tante Nurma dan Mbak Linda mu sedang sibuk, mereka Bapak tugaskan untuk menjemput Ibu Kania di rumah sakit jiwa}{Bapak juga sudah dalam perjalanan ke kota, karena firasat Bapak mengatakan kita harus bertindak cepat makanya mereka berdua Bapak tugaskan, barusan Bapak bicara dengan Bu Nurma kalau dia sudah berhasil membawa pergi ibu Kania ke tempat yang aman}@Rizki{Maksud Bapak Tante Nurma sudah berhasil membawa Ibu Kania keluar dari r