Share

Berkabung

"Dokter pasti melakukan yang terbaik untuk Aisya," hiburnya, meski hati tak yakin. Entah kenapa, dia sudah punya firasat, kalau Aisya akan pergi jauh, seperti dalam mimpinya.

Umi Khofsoh mendekati besannya yang tengah menekuk lutut, di samping pintu. Dari tadi, tak ada yang peduli dengan keadaannya. Umi mengusap pundak besannya dengan lembut. Sejenak, ibunya Aisya mendongak, lalu kembali tertunduk sambil terus mengusap air mata yang berlinang.

Hening. Itulah yang terasa. Sudah satu jam mereka berdiri, sambil terus merapal do'a demi kebaikan Aisya.

Kriet

Semua mata tertuju pada suara daun pintu yang terbuka. Ibunya Aisya spontan berdiri, menyambut seorang dokter yang baru saja keluar. Cintya segera mendorong kursi roda Bara, untuk mendekat.

"Bagaimana istri saya, Dok?" tanya Bara penasaran.

Dokter berkaca mata itu menghela nafas pelan, seolah berat untuk menyampaikan. Semua harap-harap cemas.

"Kami sudah berusaha, tapi Allah berkehendak lain."

Duarr!

Mereka semua kaget, bagaikan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status