#Suamiku_Menghilang_Setiap_Malam
Part 6 : Ketindihan
“Hahaa ... oke, oke. Jadi begini, Mas memang ada bilang kepada Bik Ana agar jangan membiarkan kamu melakukan pekerjaan apa pun di rumah ini sebab aku membawamu ke rumah ini sebagai istri, bukan sebagai ... hmm ... wanita yang akan disuruh-suruh melakukan pekerjaan apa pun. Kamu Ratu di rumah ini, Sayang, juga Ratu di hati, Mas. Jangan marah lagi, soalnya Mas sibuk sekali di kantor hari ini sehingga pegang ponsel saja tak sempat,” ujar suamiku dengan nada khasnya, lemah lembut dan bikin darah tinggi mendadak turun.
“Mas, nggak gitu juga kali? Kalo cuma masak, masa aku juga nggak boleh? Aku bosan kalau cuma duduk bengong saja di rumah ini, udah gitu ... mau main sama di kembar juga nggak dibolehin sama pembantu songong itu!” Aku mengerucutkan bibir.
“Hmm ... bukan maksudnya begitu, Bik Ana hanya menuruti perintahku saja kalau ia tak boleh membebankan pekerjaan apa pun kepadamu termasuk mengasuh dua putriku,” jawab saumiku lagi.
Aku melengos kesal, rasanya percuma mengadukan semua keluhanku tentang Bik Ana kepadanya, sebab ia akan selalu membelanya.
“Ya sudah kalau begitu, dari pada di rumah cuma bengong, izinkan aku untuk bekerja di kantormu lagi saja!” pintaku dengan tatapan memohon dengan kedua tangan bersimpuh di depan wajah.
Mas Gilhan terlihat menghela napas, lalu mengendorkan kancing kemejanya.
“Sayangku, kamu di rumah saja! Aku takkan membiarkan istriku bekerja lagi, aku mau memanjakanmu. Kalau kamu bosan di rumah, kamu bisa jalan-jalan kok. Aku takkan melarangmu jika mau jalan-jalan keluar bersama teman-temanmu!” ujarnya lagi sembari mengeluarkan dompetnya dan memberikan sebuah kartu kredit kepadaku.
“Pakailah sesukamu kartu kredit ini, Sayang, limitnya ada seratus juta, nanti kalau masih kurang bisa Mas naikkan lagi limitnya.”
Aku sedikit menganga mendengar seratus juta, hmm ... bagiku ini uang yang sangat banyak tapi bagi suamiku yang kaya raya ini uang segitu ia anggap kecil. Tak ada salahnya kuterima kartu ini dan mengucapkan terima kasih.
***
Malam ini, aku berencana untuk membuntuti lagi suamiku. Akan tetapi, mata ini rasanya tak sanggup lagi untuk terbuka hingga akhirnya aku terlelap.
Belum lama aku terlelap, diantara tidur dan terjaga, aku melihat sebuah bayangan hitam besar lalu menimpa tubuhku.Agghh!!! Aku tak bisa bergerak atau pun menggerakkan jari sekali pun. Makhluk apa ini? Aku hanya bisa meringkuk, apalagi semua bacaan ayat selalu saja salah dan terbalik-balik, aku mendadak lupa hingga rasanya letih untuk terus melapazkannya.
Hingga beberapa jam berlalu, aku masih belum bisa menggerakkan tubuh, walau mata ini masih terbuka dan bisa melihat jam di dinding. Tepat pukul 01.00, aku merasakan kalau suamiku turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu. Agghh ... dia lagi-lagi menghilang malam ini, tapi aku tak bisa berbuat apa pun karena makhluk besar ini belum juga melepaskan tindihannya kepadaku.Aku menghela napas panjang, dan memilih memejamkan mata karena usahaku untuk menelentangkan badan terasa percuma karena dari sejak tadi aku tak bisa menggerakkan satu jari pun.
***
Entah sudah berapa lama aku berbaring dengan tanpa bisa menggerakkan tubuh ini, hingga akhirnya tindihan berat ini mendadak hilang. Aku menggerakkan tangan dan menarik napas lega. Kini aku sudah bisa mengubah posisi berbaring dari menyamping menjadi terlentang.
Astaghfirullahal’adzim ... aku mengusap dada dan menoleh ke samping, Mas Gilhan tertidur di sebelahku. Mata ini tertuju ke jam di dinding kamar, kini sudah pukul 06.00, oh tenyata sudah pagi. Apakah suamiku selalu kembali ke kamar ketika hari sudah pagi? Apakah makhluk hitam besar yang menindihku semalaman adalah iblis peliharaan Mas Gilhan yang selalu ia tengok setiap malam di halaman belakang? Lalu ... kalau ia menjenguk makhluk peliharaan, lalu kenapa makhluk itu malah menindihku semalaman? Agghh ... aku pusing dengan semua misteri di rumah ini. Apa yang harus kulakukan sekarang?
Bersambung ....
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamPart 7 : Naura dan NaylaSetelah Mas Gilhan pamit ke kantor, aku melangkah masuk dan di ruang tengah. Di sana terlihat si kembar sedang membongkar keranjang mainannya. Bik Ana kayaknya lagi sibuk di dapur, bagus deh, aku jadi ada kesempatan untuk bermain bersama dua gadis kecil menggemaskan ini.“Mama Sindy, main yuk!” ajak salah satu dari putri tiriku itu, karena wajah, gaya rambut dan pakaian yang selalu sama, aku tak bisa membedakan keduanya.“Ayo!” jawabku dengan tesenyum dan duduk di antara mereka.“Nayla mau yang ini!” ujar anak tiriku itu sambil meraih sebuah boneka barby, aku langsung mengingat kalau yang duduk di sebelah kananku adalah Nayla jadi yang sebelah kiri pasti Naura.“Iya, Naura yang ini saja dan Mama Sindy yang ini,” ujar Naura dengan memberikan boneka barby dengan gaun pesta bewarna pink itu. “Hmm ... dan untuk Mama .... “ sambungnya dengan memberikan boneka barby dengan baju santai, celana pendek dan tanktop, ke udara.Eh! Aku ber
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamPart 8 : Ramalan BiancaBik Ana terlihat mempercepat langkahnya, sedang aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya di depan pintu belakang, wanita yang selalu mengenakan pakaian berwarna putih itu menoleh ke belakang, mungkin memastikan tak ada yang membuntutinya.“Hey, siapa di sana?!” teriaknya lantang dengan membalik badan dan menatap ke sekeliling.Aku yang sedang bersembunyi di balik dinding jadi berdebar-debar, takut tertangkap olehnya. Dengan sambil berdoa dalam hati, aku memegangi dada, berharap ia tak tahu kalau aku sedang membuntutinya.Beberapa saat kemudian. Bik Ana tak kunjung keluar dari lorong itu, kuberanikan diri untuk kembali mengintip ke posisi ia berdiri tadi tapi tak ada siapa pun lagi di lorong depan pintu itu. Apakah dia sudah keluar? Tapi kok aku nggak dengar suara pintu terbuka, ya? Bagaimana ini, aku masuk atau tidak, ya? Jangan-jangan Bik Ana hanya sedang bersembunyi saja dan ingin menangkap basah siapa yang sedang membuntu
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 9 : Lingeri“A—apa, Bi?!” tanyaku dengan dada yang mendadak terasa sesak, jantung berdebar tak karuan, tubuh jadi panas dingin.“Ah, ya sudah ... anggap saja aku tak mengatakan apa pun, aku benci dengan perasaan aneh ini. Maafkan aku, Sin!” Bianca tiba-tiba memegangi kepalanya dengan tatapan mata yang nanar.“Bi, kalau ngomong itu jangan setengah-setengah, aku jadi merinding ini,” ujar Rahel dengan menyikut Bianca.“Jangan percaya dengan ucapanku yang tadi, aku cuma ngelantur!” Bianca bangkit dari kursinya, meraih tas dan pergi begitu saja.“Bi, kok langsung pergi sih?” teriak Sinta.Aku masih termenung, terus terang, aku takut akan kebenaran kata-kata dari sahabatku dari bangku kuliah itu. Dari dulu dia memang aneh, tapi terkadang apa yang diocehkannya itu menjadi kenyataan. Dia juga bisa merasakan adanya makhluk gaib dan aku percaya akan kelebihannya itu, walau terkadang teman-teman suka menetertawainya.Dulu, Bianca juga pernah meramalkan kalau a
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 10 : Dicumbu dalam kegelapanPintu kamar terbuka, terlihat Mas Gilhan muncul dai balik pintu. Jantung ini jadi berdebar cepat dan aku tak berani bergerak dari depan meja rias karena tak pede dengan lingeri yang kukenakan ini.“Sayang, ayo makan malam dulu!” Mas Gilhan menghampiriku.Aku meliriknya namun masih tetap pura-pura fokus dengan cermin di hadapan, jadi ningung harus melakukan apa.“Sayang, ayo!” Mas Gilhan mengulurkan tangannya.Dengan meremas jemari yang kini menjadi dingin dan gemetar, aku bangkit dari kursi dan memberanikan diri meliriknya.“Sayang, kamu baju baru?” tanya Mas Gilhan sambil tersenyum.“Iya, Mas, kamu suka gak?” tanyaku pelan dengan meliriknya sekilas lalu menundukkan wajah.“Hmm ... suka dong, tapi lapisi lagi pakaianmu ini jika mau keluar!” jawab Mas Gilhan dengan mengamatiku lalu menarikku ke dalam pelukannya.“Iya, Mas .... “ Aku mengangkat wajah lalu melingkarkan tangan di lehernya berharap lelaki ini mengerti mauku.
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 11 : Nyata atau Mimpi?“Selamat pagi, Sayang.” Terasa sebuah kecupan mendarat di dahi juga suara lembut khas suamiku.Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang terbaring di tempat tidur, padahal tadi malam aku ingat betul kalau sedang duduk meringkuk dengan memeluk lutut yang mungkin telah ketiduran, tapi kini aku tertidur dengan posisi seperti biasanya, di samping suamiku, lengkap dengan selimut.“Sayang, kok bengong saja? Kamu kenapa?” tanya Mas Gilhan menyentuh pipiku, ia berbaring menyamping dengan menghadap kepadaku.“Mas, tadi malam kamu ke mana?” tanyaku dengan berusaha mengingat apa yang terjadi setelah aku duduk meringkuk dengan memeluk lutut saat putus asa mencari keberadaan suamiku itu.“Maksudmu apa, Sayang? Aku tak ada ke mana pun. Hmm ... bangunlah, hari ini kita ajak anak-anak jalan keluar,” ujar Mas Gilhan sambil beranjak dari tempat tidur.“Mas, tadi malam ... pas mati lampu, kamu ke mana?” Aku beranjak bangkit lalu menarik tanga
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 12 : Sendiri di RumahAku tak jadi membalas pesan Bianca, tapi melakukan panggilan video saja, biar lebih enak ngobrolnya.“Bi, kamu lagi di mana?” tanyaku saat panggilan telah tersambung kepada temanku dengan rambut potongan bob itu.“Lagi di rumah, kamu udah baca chat dari aku ‘kan? Kalau kamu merasa tak mau percaya, nggak apa-apa kok,” jawabnya.“Udah, emang kamu mimpiin aku kenapa tadi malam?” tanyaku penasaran.“Hmm ... itu cuma mimpi sih, kamu boleh percaya atau tidak, semuanya hanya firasatku saja.” Bianca terlihat sedang duduk di atas tempat tidurnya.“Apa itu? Cepat ceritakan!” desakku penasaran.“Tadi malam ... aku mimpiin kamu ... hendak dibunuh oleh makhluk bertubuh hitam besar, berbulu, berkuku panjang juga bertaring .... “ ujar Bianca dengan raut cemas.Aku menelan ludah sebab yang dikatakan Bianca memang sudah terjadi kepadaku, hanya saja aku masih belum bisa membedakan itu mimpi atau nyata.“Bi, yang kamu mimpiin itu memang sudah kua
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 13 : KesurupanRasanya tidak sah jika pintu yang hanya tinggal dibuka ini malah kutinggal begitu saja. Aku menarik napas panjang dan bersiap melihat ada apa di balik pintu ini.“Bi, tunggu sebentar, aku akan segera ke sana. Ini aku sedang dalam misi penting, teleponnya jangan dimatiin dulu,” ujarku dengan mengapit ponsel diantara bahu dan telinga, sedang kedua tangan kugunakan untuk membuka pintu berbahan keras ini.Jantung semakin berdebar tak karuan, tubuh jadi panas dingin. Semuanya akan segera terkuak. Kutarik pintu itu perlahan dan menyiapkan diri melihat apa yang didatangi suamiku setiap malam itu.“Nyonya Sindy, sedang apa di sini? Itu di depan ada temannya yang nyari.” Sebuah suara membuatku terkejut dan membuatku harus menoleh ke belakang.Belum sempat aku membuka pintu itu, tangan Pak Satpam sudah menekan ke depan, membuat aku tak bisa untuk menarik daun pintu.“Pak Satpam, lepaskan tanganmu! Aku mau membuka pintu ini,” ujarku dengan jengk
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 14 : Keluar RumahSetelah mengalami pergolakan batin beberapa saat, kuputuskan untuk tetap pergi bersama Bianca walau raga seakan tak mau terpisah dari suamiku yang mendadak romantis siang ini. Sedikit dilema juga, namun aku harus menentukan pilihan.“Mas, aku pergi, ya,” ujarku berusaha melepaskan diri dari pelukannya.“Hmm ... kasih Mas kiss dulu,” ujarnya dengan sambil menoleh ke sekitar, mungkin karena takut ada anak-anak yang melihat adegan dewasa ini.Aku menahan senyum dan membiarkan dia menautkan bibir kamu. Napasku menjadi memburu, seakan menginginkan hal yang lebih lagi. Agghh ... Bianca ada di teras, dia pasti sudah keluh kesah menungguku.“Mas, aku harus pergi, kasihan Bianca udah nungguin,” ujarku dengan sambil mengelap bibirku yang mungkin lipstiknya sudah memudar karena ulah Mas Gilhan barusan.Mas Gilhan tersenyum. Aku bangkit dari sofa lalu melangkah bersamanya menuju teras.“Hati-hati, Sayang.” Mas Gilhan melambaikan tangan saat ak
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.