Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 14 : Keluar RumahSetelah mengalami pergolakan batin beberapa saat, kuputuskan untuk tetap pergi bersama Bianca walau raga seakan tak mau terpisah dari suamiku yang mendadak romantis siang ini. Sedikit dilema juga, namun aku harus menentukan pilihan.“Mas, aku pergi, ya,” ujarku berusaha melepaskan diri dari pelukannya.“Hmm ... kasih Mas kiss dulu,” ujarnya dengan sambil menoleh ke sekitar, mungkin karena takut ada anak-anak yang melihat adegan dewasa ini.Aku menahan senyum dan membiarkan dia menautkan bibir kamu. Napasku menjadi memburu, seakan menginginkan hal yang lebih lagi. Agghh ... Bianca ada di teras, dia pasti sudah keluh kesah menungguku.“Mas, aku harus pergi, kasihan Bianca udah nungguin,” ujarku dengan sambil mengelap bibirku yang mungkin lipstiknya sudah memudar karena ulah Mas Gilhan barusan.Mas Gilhan tersenyum. Aku bangkit dari sofa lalu melangkah bersamanya menuju teras.“Hati-hati, Sayang.” Mas Gilhan melambaikan tangan saat ak
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 15 : Sedikit Terkuak“Kamu takkan dibunuh, Sin. Jadi, setelah kamu kembali ke rumah suamimu nanti, bersikaplah seperti biasanya. Lalu selidiki misi suamimu di halaman belakang itu, sebab mata batinku tak bisa menembus sana,” ujar Bianca dengan memegang pundakku, ia berusaha membuatku tenang.“Bi, kenapa aku harus mengalami hal aneh ini, Bi? Mengapa harus aku, lalu kenapa Mas Gilhan melakukan semua ini kepadaku?” Aku menahan tangis, semua ini begitu membuatku terpukul.“Ada sesuatu di dalam dirimu yang membuat Mas Gilhan memilihmu, Sin. Dekatkan dirimu dengan Yang Maha Kuasa, mintalah pertolongan dengan-Nya sebab hanya Dialah yang mengetahui segalanya." Bianca menggenggam tanganku."Bi, semenjak di rumah itu ... aku jadi tak bisa melakukan ibadah apa pun, aku mendadak lupa semua ayat-ayat Al-quran. Aku harus gimana, Bi?" Aku menatap nelangsa Bianca, sumpah ... Aku bingung saat ini. Semuanya tak masuk diakal, tapi kejadian ini nyata adanya.***Setela
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 16 : Bau BusukAku menggigit bibir dengan berusaha menahan napas, bau busuk ini semakin menusuk hidung. Apa hanya aku yang menciumnya, kenapa Mas Gilhan dan anak-anak santai saja? Semua ini semakin menambah keanehan, aku semakin yakin dan percaya dengan kata-kata Bianca.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Mas Gilhan.“Eh ... hmm ... kamu dan anak-anak nggak mencium bau aneh, Mas?” tanyaku dengan menutup mulut dan hidung dengan tangan.“Nggak, emang bau aneh seperti apa, Sayang?” tanya Mas Gilhan dengan mengusap kepalaku.Aku menghembuskan napas berat, tak tahan lagi rasanya dengan bau yang membuatku seperti mau muntah begini.“Sayang, kamu sakit? Ya sudah, kita ke kamar saja. Niko, matikan tvnya! Antar adik-adikmu ke kamar, lalu tidur,” ujar Mas Gilhan kepada putranya yang terlihat masih sibuk bermain game di ponsel.Niko hanya mengangguk, Mas Gilhan menggandengku menuju anak tangga lalu naik ke lantai atas. Bau busuk itu perlahan menghilang saat kini sud
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 17 : Berita DukaDengan memberanikan diri, aku membuka pintu kamar, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar juga lantai bawah. Suasana rumah ini sudah gelap, mungkin semua orang telah tertidur, padahal rasanya belum lama saat aku masuk kamar bersama Mas Gilhan tadi. Sekarang juga baru pukul 21.00, belum tengah malam ini.Semuanya harus segera terkuak, aku harus bisa mengetahui apa misi sebenarnya Mas Gilhan menjadikanku istrinya, sedang hingga saat ini, ia belum juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Padahal tadi kukira aku akan mendapatkannya malam ini, nyatanya gagal juga.Kini langkahku telah tiba di lantai bawah, suasana terasa semakin mencekam tapi lantunan ayat kursi masih mengaung dari ponsel di saku celana pendekku. Berkat usulan Bianca, aku merasa memiliki senjata, walau lawanku saat ini setan gentayangan.Tiba-tiba, dari arah dapur, aku melihat penampakan sekelebat bayangan hitam. Ponsel di saku celana juga mendadak mati, aku
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab18 : Luka yang SamaSesuai yang dikatakan Mas Gilhan tadi, ia hanya mengantarkanku ke rumah duka, lalu pamit ke kantor. Aku turun dari mobilnya lalu masuk ke dalam rumah yang sudah ramai oleh para pelayat.Teman-temanku sudah ada di sini semuanya, sedang menangis dengan sambil membaca surat yasin yang ditujukan untuk almarhum sahabatku yang kini sudah terbujur kaku di atas keranda mayat. Aku mendekat kepada Mamanya Bianca lalu menyalaminya.“Sindy, Bianca, Sin .... “ Wanita paruh baya itu langsung memelukku.“Gimana kejadiannya, Tante?” tanyaku dengan menyapu air mata.“Dari sejak Bianca pamit untuk ke rumah kamu, dia tak kembali juga hingga tadi pagi ada beberapa orang Polisi yang memberitahukan kejadian naas itu.” Mamanya Bianca bercerita sambil menangis.Aku memegangi dada, sepertinya meninggalnya Bianca memang ada hubungannya dengan permasalahan aneh yang menimpaku. Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa nanti aku akan meninggal juga menyusul Bi
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 19 : Amukan NikoNiko melangkah menuju kamar dan aku mengikutinya dari belakang. Saat ia hendak menutup pintu, aku langsung menghalanginya.“Ada apa, Tante?” tanyanya dengan terkejut.“Hmm ... boleh Mama ngobrol sebentar denganmu, Nak?” tanyaku dengan pasang wajah manis, walau cerita Ibu tiri itu sudah terkenal dengan killernya tapi aku tidak seperti itu.“Ada apa, Tante?” tanyanya dengan melangkah masuk dan membiarkan aku ikut masuk ke dalam kamarnya.“Cuma mau ngobrol saja, boleh ‘kan? Mama nggak ganggu kamu ‘kan?” tanyaku dengan masih tersenyum, berharap ia mau mengganti sebutan tante menjadi mama.Aku duduk di kursi belajarnya, sedang Niko duduk di pinggir tempat tidur dengan sambil meraih ponselnya.“Katakan saja, apa yang mau Tante obrolkan denganku!” ujarnya dengan nada malas, sebab dia memang jarang bicara.“Tanganmu itu ... kenapa?” tanyaku dengan beranjak berpindah duduk ke dekatnya.“Kenapa emangnya? Tante mau lihat luka ini?” tanyanya l
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 20 : Hanya GelapAku yang hanya berpura-pura untuk tidur, menyadarai kalau suamiku kini sudah bangkit dari tempat tidur. Aku pura-pura menelentangkan tubuh dan mengamati dengan membuka sedikit mata ini agar bisa melihat apa yang sedang ia lakukan sekarang. suamiku itu berjalan dengan tatapan lurus ke depan lalu membuka pintu. Aku segera mengikutinya, semoga kali ini rencanaku lancar.Kuikuti Mas Gilhan yang menuruni anak tangga lalu menuju lorong belakang, walau bulu kudukku sudah merinding saat ini. Seperti ada yang mengikuti langkahku tapi saat aku menoleh ke belakang, tak ada siapa pun, hanya ada aura aneh saja. Aku berusaha memberanikan diri dengan sambil berzikir dalam hati dan menyebut asma Allah sebab ayat kursi yang kuhapalkan siang tadi kembali kulupakan. Ingatanku semakin melemah saat ini.Ketika langkah suamiku itu telah tiba di depan pintu belakang, dia menoleh ke belakang beberapa kali. Dengan cepat, aku bersembunyi di balik dinding. M
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 21: Makam Siapa?Baru saja aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, sebuah tangan kembali terasa menyentuh bahuku. Oh Tuhan, benda apa yang ada di belakangku sekarang? Aku tetap tak mau menoleh, suara Mas Gilhan pun tak lagi terdengar, mungkin hanya halusinasiku saja. Di dalam hati, aku terus menzikirkan nama Allah sebab hanya nama-Nya saja yang kuingat, Ya Allah, Ya Rabb ... jauhkanlah hamba dari gangguan syetan yang terkutuk.Dengan cepat, kuusap layar ponsel dan menyalakan sentarnya. Jantung kembali berdebar kencang saat menyaksikan apa yang ada di hadapanku. Makam, itulah yang ada di depan mataku sekarang, ternyata halaman belakang rumah Mas Gilhan dipenuhi makam. Makam siapakah ini? Lalu ke mana suamiku sekarang? Apakah dia hantu?”Nyonya, sedang apa di sini?!” Kini suara sangar Bik Ana yang terdengar.Refleks, aku langsung menoleh dan mendapati wanita berdaster putih itu sedang melototiku dengan sambil berkacak pinggang.“Bik Ana, mengapa be
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.