#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 20 : Hanya GelapAku yang hanya berpura-pura untuk tidur, menyadarai kalau suamiku kini sudah bangkit dari tempat tidur. Aku pura-pura menelentangkan tubuh dan mengamati dengan membuka sedikit mata ini agar bisa melihat apa yang sedang ia lakukan sekarang. suamiku itu berjalan dengan tatapan lurus ke depan lalu membuka pintu. Aku segera mengikutinya, semoga kali ini rencanaku lancar.Kuikuti Mas Gilhan yang menuruni anak tangga lalu menuju lorong belakang, walau bulu kudukku sudah merinding saat ini. Seperti ada yang mengikuti langkahku tapi saat aku menoleh ke belakang, tak ada siapa pun, hanya ada aura aneh saja. Aku berusaha memberanikan diri dengan sambil berzikir dalam hati dan menyebut asma Allah sebab ayat kursi yang kuhapalkan siang tadi kembali kulupakan. Ingatanku semakin melemah saat ini.Ketika langkah suamiku itu telah tiba di depan pintu belakang, dia menoleh ke belakang beberapa kali. Dengan cepat, aku bersembunyi di balik dinding. M
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 21: Makam Siapa?Baru saja aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, sebuah tangan kembali terasa menyentuh bahuku. Oh Tuhan, benda apa yang ada di belakangku sekarang? Aku tetap tak mau menoleh, suara Mas Gilhan pun tak lagi terdengar, mungkin hanya halusinasiku saja. Di dalam hati, aku terus menzikirkan nama Allah sebab hanya nama-Nya saja yang kuingat, Ya Allah, Ya Rabb ... jauhkanlah hamba dari gangguan syetan yang terkutuk.Dengan cepat, kuusap layar ponsel dan menyalakan sentarnya. Jantung kembali berdebar kencang saat menyaksikan apa yang ada di hadapanku. Makam, itulah yang ada di depan mataku sekarang, ternyata halaman belakang rumah Mas Gilhan dipenuhi makam. Makam siapakah ini? Lalu ke mana suamiku sekarang? Apakah dia hantu?”Nyonya, sedang apa di sini?!” Kini suara sangar Bik Ana yang terdengar.Refleks, aku langsung menoleh dan mendapati wanita berdaster putih itu sedang melototiku dengan sambil berkacak pinggang.“Bik Ana, mengapa be
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 22 : PulangTaklama kemudian, taxi yang kutunggu lewat juga, aku segera masuk dan menyebutkan alamat rumah Mama. Semoga saja aku tak mengalami kejadian ketika pergi bersama almarhum Bianca, semoga tak ada lingkaran hitam yang menutupi jalanku pulang ke rumah Mama.Sepanjang perjalanan, aku terus berdoa dalam hati, berharap tak terjadi apa pun denganku sehingga bisa pulang ke rumah Mama dengan selamat.Setengah jam berlalu, doaku terkabul juga, sebab taxi kini sudah berhenti di depan rumah Mama. Aku segera membayar ongkos taxi, lalu keluar dan melangkah memasuki pagar rumah Mama. Wanita berhijab itu terlihat sedang menyirami tanaman hiasnya.“Assalammualaikum, Mama,” ujarku.“Waalaikumsalam. Sindy, kok nggak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini?” sambut Mama sambil menghentikan aktivitasnya lalu memelukku.“Sindy kangen Mama,” ujarku dengan sambil melepaskan pelukan lalu salim kepadanya.“Ayo masuk, Nak!” Mama menggandengku masuk.Suasana rumah Mama
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 23 : Bingung“Sindy, bangun, Nak!” Suara Mama terdengar samar-samar.“Agghh!!” jeritku sambil duduk.Kuusap wajah yang sudah banjir keringat dan menarik napas lega karena kejadian barusan hanya sebuah mimpi, sedang Mama menatapku dengan raut wajah bingung.“Kamu mimpi buruk, Sin?” tanya Mama sembari mengulurkan segela air putih ke hadapanku.Aku mengangguk seraya meraih gelas air itu lalu menenggaknya sedikit, kemudian mengembalikannya ke tangan Mama.“Makanya kalau mau tidur itu berdoa dulu. Oh iya, di ruang tamu ada Gilhan, dia mau jemput kamu pulang,” ujar Mama.“Ma, Sindy nggak mau pulang,” jawabku dengan menggeleng ngeri saat mengingat mimpiku barusan dengan keadaan di rumah Mas Gilhan.“Jadi, Mama bilang apa dengan Gilhan, Sin? Dia sedang ngobrol dengan Papamu di ruang tamu,” ujar Mama lagi.“Mama udah bilang Papa belum masalah yang Sindy ceritakan kepada Mama tadi pagi?” tanyaku dengan menurunkan kaki ke lantai.“Belum, Sin, soalnya Papamu b
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 24 : Rayuan GilhanSetelah mendiskusikan segalanya, Papa menyuruhku untuk istirahat ke kamar. Besok ia akan ke rumah Ustad yang direkomendasikan temannya saat ia bertanya lewat telepon tadi. Aku sedikit lega karena kini tak sendirian menghadapi masalah ini, ada Mama dan Papa yang kini sudah tahu segalanya.Kuraih ponsel di atas nakas, yang sedari sore kuabaikan. Ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dari Mas Gilhan juga chat darinya. [Sayang, kamu di rumah Mama? Mas jemput sekarang, ya.][Sayang, kenapa teleponnya nggak dijawab?][Sayang, kamu udah tidur atau ada sesuatu yang membuatmu marah sehingga nggak mau pulang? Coba cerita kalau kamu ada masalah di rumah? Apa Bik Ana membuatmu tersinggung apa gimana?]Kulirik jam di dinding yang sudah mengarah ke angka 21.05. Sedikit kangen juga dengannya, tapi aku tak bisa hidup dengan suami yang aneh seperti dia, yang selalu menghilang setiap malam. Sebaiknya tak kubalas saja pesannya, biar gak bape
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 25 : Ustaz Bumi“Maaf, Sayang, Mas nggak bisa kalau tidur di sana. Kasihan anak-anak kalau ditinggal,” jawabnya dengan senyum yang memudar.“Ya sudah kalau begitu, Mas tidurlah, aku juga mau lanjut tidur,” ujarku.Mas Gilhan hanya mengangkat alisnya.“Oh iya, besok ... aku masih mau di rumah Mama, Mas, soalnya .... “ Aku berusaha mengarang kebohongan.“Soalnya apa, Sayang? Jadi, besok kamu masih belum mau pulang?” Mas Gilhan terlihat kecewa.“Hmm ... besok Mama ngajakin bikin kue soalnya ... kakak-kakakku dan anak-anaknya pada mau datang, jadi ... kami ada acara makan-makan gitu deh .... “ Aku memaksakan senyum.“Oh, begitu. Jadi, Mas jemput sore aja sepulang dari kantor, ya.” Dia menampakkan wajah penuh harap.“Hmm ... nanti deh, Mas, nanti aku chat besok soalnya sorenya agenda mau jalan-jalan juga satu keluarga .... ““Mas nggak diajak?” Dia cemberut.“Emang Mas mau? ‘Kan sibuk?”Dia kembali menaikkan sebelah alis.“Ya sudah, selamat bersenang-sen
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 26 : Ruqyah"Perkenalkan, Ustad, ini anak dan istri saya,” ujar Papa dengan sambil tersenyum lalu menoleh ke arahku dan Mama. “Mama, Sindy, ini Ustad Bumi namanya, pemilik ‘Rumah Ruqyah.’ Insyallah, dia akan berusaha membantu memecahkan masalah kamu, Sin,” sambung Papa mengarahkan pandangan ke arah Ustad yang murah senyum itu.Aku hendak menyalami Ustad Bumi, tapi dia buru-buru menyimpuhkan kedua tangan di dada seraya menganggukkan kepala. Oh iya, pria alim memang takkan mau bersentuhan dengan wanita yang bukan mahrom, aku jadi malu dan tersenyum tak enak.“Papa sudah menceritakan sedikit tentang permasalahan yang kamu hadapi, Sin,” ujar Papa. “Untuk lebih jelasnya, silakan kamu ceritakan lebih detailnya!” sambung pria pensiunan tentara itu.“Silakan ceritakan segalanya, Mbak Sindy, saya akan mendengarkan!” ujar sang Ustazd dengan sambil mengeluarkan tasbih dari saku bajunya.Aku menarik napas panjang, lalu mengelap keringat di dahi yang tiba-tiba m
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 27 : POV Gilhan 1Sial! Sindy malah kabur dan aku bisa lepas pengawasan begini. Semua pasti gara-gara pembantu sialan itu, dia telah membuatnya tak betah di rumah dengan segala tingkah judesnya. Awas saja kamu, Ana, akan kuberi pelajaran untukmu! Aku tahu, kamu memang sengaja ingin menggagalkan segala rencanaku, sebab kamu berkeinginan untuk menggantikan posisi Soniaku. Dia sengaja membuat anak-anakku jadi ketergantungan dengannya, agar ia tak menjadi tumbal. Dasar pembantu licik!Aku segera beranjak dari tempat tidur lalu menuju pintu dan keluar dari kamar. Dengan setengah berlari, aku menuruni anak tangga lalu menuju kamar pembantuku itu. Aku sudah tak sabar untuk memberinya pelajaran.Kudorong kasar pintu yang tak selalu dikunci, tampaklah pembantu bertubuh kurus tinggi itu sedang tertidur di atas ranjang. Aku mendekat dengan tatapan sinis kepadanya yang bisa-bisanya tidur nyenyak, sedang aku gelisah karena kehilangan Sindi, wanita yang akan menj
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.