Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 220. Mengakhiri Pekerjaan Tania

Share

Bab 220. Mengakhiri Pekerjaan Tania

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 09:34:01

Sejak siang tadi, Elizabeth dan Evan memperhatikan Exel yang tidak seperti biasanya. Putra kecilnya itu jauh lebih manja dan lengket pada Mamanya hari ini.

Elizabeth juga tidak keberatan sama sekali, selagi dia punya waktu, dia akan menghabiskan waktunya untuk menjaga anak-anaknya. Seperti saat ini, Exel duduk di sofa memeluknya dan dia nampak sedikit murung.

"Kenapa Sayang? Exel tidak demam, kan?" tanya Elizabeth meletakkan telapak tangannya di pipi Exel. "Atau mengantuk? Istirahat saja di kamar kalau capek, ini juga sudah malam..."

"Tidak, Ma ... Exel tidak papa. Cuma Exel merasa rumah ini sekarang sudah tidak nyaman lagi, tidak betah rasanya," ujar anak itu menundukkan kepalanya sedih.

Mendengar apa yang Exel katakan, Evan yang tadinya fokus pada laptopnya pun kini langsung menoleh menatap sang putra.

Anak itu cemberut dalam pelukan sang Mama. Padahal pagi Exel baik-baik saja dan sangat ceria bersama adiknya.

"Kenapa memangnya tidak betah di rumah, hm? Mau tinggal di mana lag
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ira siregar
lha kenapa exel ngk cerita aja tentang kalung itu??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 221. Apakah Mama dan Papa Lupa?

    Setelah Tania diberhentikan bekerja beberapa hari yang lalu, kini Exel terlihat yang paling semangat di rumah. Bahkan anak itu menjadi lebih aktif dan tidak marah-marah seperti kemarin-kemarin lagi. Dia memilih untuk mengawasi adiknya sendiri. Seperti saat ini, Exel menjaga Pauline saat Mama dan Papanya masih sibuk dengan pekerjaan mereka. "Adik Pauline tidak boleh jauh-jauh, ya ... di sini saja," ujar Exel mengekori Pauline yang berjalan di teras rumah. "Kakak, ke mana pengasuh Tania? Sudah tidak kembali lagi, kan?" tanya Pauline menatap sang Kakak. Exel menggelengkan kepalanya. "Sudah tidak. Tenang saja, dia kan suka marah-marah, jadi Mama dan Papa memintanya untuk tidak ke sini lagi," ujar Exel. "Heemm, bagus-bagus!" seru Pauline mengacungkan jempolnya. Exel tersenyum gemas mengusap pucuk kepala adiknya. Sekalipun mereka bukan saudara kandung, Exel sangat menyayangi Pauline. Sering kali Exel berandai-andai, misalkan saja dia saudara sekandung dengan Pauline, mungkin itu akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 222. Hei! Jangan Mengambil Adik Pauline-ku!

    Keesokan paginya, Exel sudah bangun lebih siang dari biasanya, karena hari ini dia masih libur bersekolah. Perasaan Exel sangat senang begitu dia melihat beberapa hadiah ulang tahunnya berada di atas meja. Anak laki-laki itu langsung menyibak selimutnya dan turun cepat dari atas ranjang. Dia berjalan mendekati meja belajar. "Wahh, kapan Mama dan Papa meletakkan semua hadiahnya di ini?" Exel mengerjapkan kedua matanya bertanya-tanya. Hingga tiba-tiba pintu kamar Exel terbuka, Exel menoleh cepat dan ia menatap adiknya yang berdiri kaget di sana. Wajah Pauline yang mulanya ceria, kini nampak terkejut sebelum berubah cemberut dalam hitungan detik. Kejutan untuk Kakaknya gagal, karena Exel sudah bangun. "Kenapa Kakak sudah bangun?" tanya anak itu. "Ini kan memang sudah pagi, harusnya Kakak yang tanya. Tumben sekali Pauline sudah bangun?" tanya Exel terkekeh melihat adiknya. Pauline berjalan mendekati Exel, anak perempuan itu mengerjapkan kedua matanya sebelum dia menyerahkan sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 223. Dia Muncul Kembali Menolong Pauline

    Usai kembali dari pesta, Exel tidak mau menurunkan Pauline. Dia terus menggendongnya mulai turun dari dalam mobil hingga sampai masuk ke dalam rumah. Elizabeth hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja melihat tingkah mereka. "Turunkan adiknya, Sayang. Nanti Exel capek," ujar Elizabeth pada sang putra. "Iya, Pauline mau jalan saja. Pauline sukanya digendong Kakak yang tadi!" seru Pauline. Ucapan Pauline membuat wajah Exel masam. "Tapi kan aku ini Kakakmu, Pauline! Jangan suka sama Kakak yang tadi, dong!" protes Exel pada si kecil. Hal itu membuat Evan dan Elizabeth tertawa melihat reaksi si sulung yang kesal adiknya lebih asik dengan temannya. "Sayang, tidak papa ... Adik Pauline masih kecil, dia masih belum mengerti. Baginya, bermain dengan siapapun akan menyenangkan," ungkap Elizabeth menjelaskan pada sang putra. "Iya Sayang, lagipula kan sekarang sudah di rumah. Exel bisa bermain kapan saja dengan Adik Pauline," imbuh Evan. "Iya Ma, Pa," jawab Exel. Barulah Exel menurunkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 224. Tak Semudah itu Menyetujuinya

    Setelah kejadian Pauline kabur dari sekolahnya, Elizabeth benar-benar menjaga putrinya itu dengan sangat ketat. Bahkan Evan juga meminta Elizabeth untuk selalu bersama Pauline di sepanjang hari dan tidak meninggalkan ke mana-mana, termasuk pergi bekerja. Hingga siang ini Elizabeth bersama Pauline untuk bertemu dengan Adelaide di sebuah rumah makan. Mereka yang kini tengah berbincang-bincang membicarakan urusan butik. "Del, mungkin aku akan jarang-jarang datang ke butik saat ini. Kemarin Pauline kabur dari sekolahnya, karena tidak ada yang menjaganya," ujar Elizabeth pada sang sahabat. "Ya ampun ... tapi Pauline tidak papa, kan? Kau menemukannya di mana, Elize?" tanya Adelaide. "Dia ditemukan oleh mantan pengasuhnya," jawab Elizabeth sembari mengusap pucuk kepala Pauline. "Memang ya, anakmu yang satu ini sangat nakal sekali!" seru Adelaide menarik pipi kiri Pauline. Ekspresi marah Pauline membuat Adelaide terkekeh gemas. Memang sejak awal, Pauline sudah akrab dengan semua teman-

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 225. Hanya Perasaan Exel saja

    Setelah hari berlalu dengan cepat. Elizabeth merasakan banyak waktu yang ia berikan pada kedua anaknya saat ia sudah tidak lagi mengerjakan urusan-urusan butik. Terlebih lagi, Evan juga sering meluangkan waktunya untuk Elizabeth agar istrinya tidak bosan dan jenuh menjaga anak-anaknya. Seperti saat ini, Evan dan Elizabeth menuruti permintaan Pauline yang ingin makan siang di rumah makan mewah. "Akhir-akhir ini Exel tidak pernah ikut dengan kita pergi jalan-jalan," ujar Elizabeth sembari memperhatikan Pauline yang menikmati es krimnya. Evan pun mengangguk. "Dia memilih berlatih basket. Karena itu hobinya yang sangat dia cintai saat ini, Sayang." "Iya, dia memang benar-benar anak yang sangat rajin." Evan dan Elizabeth yang asik berbincang, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan saat terdengar suara keributan di depan. Dan beberapa orang juga menatap ke arah luar. Di mana seorang wanita pengantar makanan yang tengah dimarahi habis-habisan oleh seseorang. "Kalau jalan itu pakai mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 226. Menyelidiki Sebelum Memutuskan Sesuatu

    Keesokan harinya, Elizabeth masih sibuk dengan menikmati hari-harinya yang sempurna bersama si kecil, Pauline. Setelah pulang sekolah hari ini, Elizabeth mengajak putri kecilnya untuk ikut dengannya berbelanja di sebuah supermarket yang berada tak jauh dari sekolah Pauline berada. "Pauline mau beli stroberi yang banyak, Ma," seru Pauline sembari menggandeng tangan Elizabeth. "Iya, Sayang..." Elizabeth mengusap pucuk kepala Pauline dan tersenyum gemas. Mereka berdua hampir saja sampai di supermarket, namun kerumunan perhatian Elizabeth teralihkan saat banyak kerumunan orang di dekat pintu masuk gerbang supermarket. "Ada apa itu, Ma?" tanya Pauline menunjuk ke arah depan sana. "Entahlah, mungkin orang terjatuh, Sayang," jawab Elizabeth menyipitkan matanya menatap ke depan sana. Sampai akhirnya Elizabeth melebarkan kedua matanya saat seseorang menepikan sebuah keranjang makanan yang biasanya dibawa oleh Tania. Pikiran Elizabeth langsung tertuju pada mantan pengasuh anaknya terseb

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 227. Dia Benar-benar Orang Asing!

    Seperti yang Evan duga, kalau Jericho adalah seorang ajudan hebat yang bisa dia andalkan kapan saja.Setelah seharian dia pergi entah ke mana, malam ini dia kembali bersama dengan Asgar, mereka berdua menemui Evan dan Elizabeth membawa sebuah berkas berisi tentang pencarian identitas Tania yang sesungguhnya."Bagaimana? Kalian berdua sudah mendapatkan semuanya?" tanya Evan pada Jericho dua ajudannya. "Sudah Tuan." "Kami mendapatkannya dari beberapa orang terdekatnya, dan satu lagi kami mendapatkan dari tempat Tania bergabung agensi untuk menjadi asisten rumah tangga," jelas Jericho menunjukkan beberapa berkas yang ia bawa pada Evan. Evan pun meraih satu berkas itu, dan Elizabeth mendekat ikut membacanya. "Dia juga asli kelahiran Jerman," ucap Elizabeth membacanya. "Benar Nyonya, Tania memang kelahiran Jerman. Tapi saat dia berusia lima tahun, keluarganya membawa Tania ke luar kota, namun saat Tania berusia dua belas tahun, mereka kembali ke Berlin dan Tania tidak pernah ke mana-m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 228. Wanita Itu Tidak Lagi Menyebalkan

    Keputusan membawa Tania untuk kembali bekerja di kediaman Evan dan Elizabeth sudah bulat. Dan kini saatnya Elizabeth dan Evan memberitahu hal tersebut pada Exel. Putranya yang sejak awal sangat-sangat tidak menyukai Tania. Exel baru saja membersihkan tubuhnya dan dia juga sudah makan malam bersama orang tuanya. Kini Exel sedang mengusik Pauline yang tengah bermain. "Exel, ke sini sebentar, Sayang. Mama dan Papa ingin berbicara sesuatu dengan Exel," ujar Elizabeth pada sang putra. "Ada apa, Ma?" tanya Exel langsung mengambil posisi duduk di hadapan Mama dan Papanya. Evan berdehem pelan sebelum menjelaskan. Bahkan ekspresi Exel kini sudah menunjukkan kecurigaan dan rasa penasaran yang tinggi akan sesuatu hal yang mungkin tidak dia sukai. "Sayang, mulai besok, Nanny Tania akan kembali lagi ke sini," ujar Elizabeth pada Exel. Kedua alis tebal Exel langsung bertaut tajam. "Ma—""Jangan menyela ucapan orang tua, Exel," tegas Evan pada sang putra. "Dengarkan penjelasan Mamamu dulu."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 452. (EXEL STORY) Pauline Marah Pada Mereka Semua

    Exel menatap lekat pada Arthur yang masih berada di sana menjemput Pauline.Tapi seperti biasa, adik kesayangan Exel itu selalu saja ada-ada saja tingkahnya. Usia hampir dua puluh tahun, tapi dia masih seperti anak kecil yang labil. "Kau pulang saja sendiri, aku masih mau di sini! Untuk apa kau menjemputku kalau kau akan pergi lagi?!" sinis Pauline menatap Arthur. Exel terdiam melirik adiknya yang duduk bersama istrinya. "Lalu maumu bagaimana, Pauline?" "Dia tidak boleh pergi." Pauline menjawab dengan mudahnya. "Arthur harus tetap menjadi pengawalku." Arthur memasang wajah datarnya menatap Pauline. "Saya akan memulai bisnis keluarga saya di luar kota, Nona." "Padahal kau dulu janji tidak akan meninggalkan aku, bahkan kau akan menjadi satu-satunya temanku. Tapi ... ternyata ucapanmu itu hanya omong kosong." Exel dan Hauri saling tatap dengan ekspresi bingung. Mereka tidak mengerti jalan pikir Pauline seperti apa. "Lebih baik sekarang kau pulang, minta pada Papa untuk mempekerj

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 451. (EXEL STORY) Kenapa dengan Arthur dan Pauline?

    Sampai malam tiba, Pauline tetap berada di kediaman Exel. Gadis cantik itu tampak bersama Hauri di kamar lantai dua. Mereka asik menonton drama romantis kesukaan mereka, dan Exel yang paling senang jahil, tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan duduk di atas ranjang di samping Hauri. "Sayang, kau sudah makan?" tanya Exel berbisik sembari mengecup pipi Hauri dengan gemas. "Sudah," jawab gadis cantik itu. "Kau sendiri, sudah makan malam?" "Hm," gumaman menjadi jawaban dari Exel. Dari arah samping Hauri, tiba-tiba Pauline menengok Kakak dan Kakak iparnya tersenyum. "Kakak, tadi Papa tidak bilang ingin menjemputku, kan?" tanya Pauline dengan kedua mata indahnya yang mengerjap. "Tidak, Pauline. Tapi jangan lama-lama di sini," ujar Exel menyindir sang adik, hal ini membuatnya terkekeh. Pauline lantas terdiam. Ia menoleh pada sang Kakak kembali dengan tatapan sedih. "Aku harus pulang sekarang, ya, Kak?" cicitnya. "Tidak, Pauline..." Saat itu juga Hauri langsung merang

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 450. (EXEL STORY) Adik dan Kakak Tidak Ada Akurnya

    Exel mendatangi kediaman kedua orang tuanya. Setelah sang adik datang sambil menangis, membuat Exel tidak tega. Kedatangannya disambut seperti biasa oleh Mama dan Papanya, mungkin mereka tahu kalau Exel datang akan memprotes mereka."Adikmu di sana?" tanya Evan saat Exel baru saja duduk. Exel menatap Papanya dan berdecak pelan. "Papa apa-apaan, menjodohkan Pauline dengan seenaknya seperti ini? Pauline masih kuliah, Pa." "Exel—""Pa, Ma, Pauline itu masih seperti anak kecil. Papa tahu sendiri kan, segala sesuatunya selalu membutuhkan orang lain! Dan satu-satunya orang yang sabar dan selalu membantunya adalah Arthur!" tegas Exel pada sang Papa. "Papamu memang tidak pernah bisa mengerti anak-anaknya," sahut Elizabeth dengan wajah kesal pada sang suami. Mendengar hal itu, Evan langsung menoleh menatap sang istri. Laki-laki itu menutup laptop yang ia pangku dan mengembuskan napasnya panjang menatap Elizabeth dan Exel bergantian. "Dengarkan aku, Sayang ... dengarkan Papa, Exel ... Pap

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 449. (EXEL STORY) Sosoknya yang Sangat Hauri Kagumi

    "Enghh ...."Suara lenguhan pelan itu terdengar dari bibir Hauri. Gadis itu membuka kedua matanya perlahan-lahan. Hauri mengembuskan napasnya panjang saat merasakan sekujur tubuhnya terasa lelah dan remuk. Bahkan untuk bergerak sesenti pun, Hauri merasa nyeri pada inti tubuhnya. Hauri menatap ruang samping ranjangnya yang kosong, sepertinya Exel sudah bangun. "Jam berapa ini?" gumamnya lirih. Perlahan Hauri membalikkan badannya dan menatap ke arah dinding, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun ia sangat malas untuk beranjak. Hauri bahkan tidak ingat, kapan ia memakai dirinya memakai piyamanya lagi. Gadis cantik itu pun masih terdiam menatap langit-langit kamarnya. Kedua pipi Hauri merona tiba-tiba saat ia mengingat kejadian semalam. Hauri menyerahkan apa yang telah ia jaga kehormatan yang selama ini ia jaga pada laki-laki yang sangat ia cintai. Dan ia mengingat jelas bagaimana semalam mereka melakukannya dengan sangat bergairah dan...."Ya ampun, apa yang aku pikirkan!"

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 448. (EXEL STORY) Malam Pertama dan Aku yang Pertama

    Cuaca sangat dingin malam ini, Hauri tampak sibuk merangkai kalung mutiara miliknya yang putus sore tadi. Kini, gadis itu tampak sangat fokus merangkainya satu persatu. Hingga Exel yang baru saja masuk ke dalam kamar, tampak memperhatikannya dengan kedua mata mengerjap. "Sayang, kau sedang apa? Ini sudah jam sebelas, Hau," tanya Exel, ia berjalan ke arah ranjang dan mendekati istrinya. Hauri menunjukkan beberapa butir mutiara yang ia simpan di dalam sebuah mangkuk kecil. "Kalungnya tadi putus karena bajuku, lalu semua mutiaranya berceceran di lantai, tapi aku sudah memungut semuanya. Semoga tidak ada yang tertinggal atau jatuh di bawah ranjang," ujarnya dengan wajah sedih. "Sayang ... sudah, sudah, taruh saja. Besok aku belikan lagi," ujar Exel mengambil mangkuk mutiara di hadapan Hauri. Namun, gadis itu menatapnya dengan tatapan lekat. "Jangan Sayang, aku belum selesai. Tidak papa, aku akan menyelesaikannya. Sayang kalau tidak dirangkai lagi," seru gadis itu. Exel mengalah. L

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 447. (EXEL STORY) Kabar Membahagiakan

    Keesokan harinya, Exel menemani Hauri untuk kembali berobat. Bahkan setelah kemarin Hauri merasa lemas dan kelelahan hingga membuat Exel merasa sangat cemas. Sudah lima jam lamanya Hauri menjalani pengobatan dan Exel menunggu dengan sabar, ia juga terus menerus tanpa henti berdoa yang terbaik untuk istrinya. Hingga tiba-tiba sebuah pintu kaca terbuka di depan sana, Dokter William menatapnya sambil tersenyum, seolah ada sesuatu yang melegakan akan dia sampaikan. "Tuan Exel, mari," ajaknya tiba-tibaExel segera ikut bersama dengan Dokter William masuk ke dalam sebuah ruangan. Laki-laki berjubah putih itu segera duduk di hadapan Exel dengan wajah lega. "Dokter, bagaimana perkembangan kondisi istri saya?" tanya Exel. Dokter William tersenyum. "Kondisi Hauri jauh sangat-sangat membalik, meningkatkan beberapa persen lebih baik. Saya juga tidak terbayangkan, bisa secepat ini. Mungkin karena Hauri rajin mengonsumsi obat dan mengatur pola pikirnya. Tetapi ... saya merasa sangat-sangat ba

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 446. (EXEL STORY) Aku yang Sangat Meyakinkanmu

    Diberi libur satu minggu, Exel ingin hari-hari itu diisi oleh menyenangkan hati Hauri. Mulai dari mengajaknya makan bersama, hingga pergi ke jalan-jalan. Seperti saat ini, Exel mengajak Hauri pergi ke sebuah rumah makan Jepang yang mewah yang ada di tengah kota. Hauri tampak sangat antusias begitu Exel mengajaknya memilih tempat duduk yang pas. "Aku baru tahu di sini ada restoran Jepang," ujar gadis itu tersenyum manis. "Hmm ... kau mau memesan makanan apa, Sayang?" tanya Exel menoleh dan menatapnya. "Apa saja, semua makanan Jepang aku suka," jawab gadis itu. "Tapi kalau ada, aku mau ramen. Emmm kuenya—""Dango!" jawab mereka bersamaan. Saat itu juga Exel terkekeh, laki-laki itu langsung mengusap pucuk kepala Hauri dengan gemasnya. Kedua pipi Hauri langsung bersemu. Gadis itu menepuk-nepuk lembut kedua telapak tangannya sambil tak sabaran menunggu pesanan makanannya datang. Hingga tak lama kemudian, makanan yang Hauri tunggu-tunggu pun telah tiba. Semangkuk ramen dan juga kue

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 445. (EXEL STORY) Kehangatan ini, Ingin Kurasakan Seumur Hidupku

    Karena pembantu belum datang ke kediaman baru Exel, tampak laki-laki sibuk di dapur sejak tadi. Bahkan Exel juga tidak membangunkan istrinya yang tidur sejak siang, karena Exel tahu kalau istrinya pasti sangat kelelahan. Aroma masakan yang sedikit gosong, dan suara kekacauan di dapur pun membuat Hauri terbangun. Gadis itu segera keluar dari dalam kamar. "Ya ampun, aroma apa ini? Kenapa gosong begini?" gumamnya lirih. Perlahan Hauri menuruni anak tangga, ia menengok dari selasar lantai dua ke bawah sana. Hauri melihat Exel yang berada di dapur sendirian dengan semua barang-barang yang terlihat sangat berantakan. "Ya ampun, Exel..." Hauri menutup mulutnya kaget. Buru-buru gadis itu berjalan turun ke lantai satu dan melangkahkan kakinya mendekati Exel. Dari piring, mangkuk, hingga wadah lainnya menumpuk di dapur. Bahkan ada beberapa makanan yang tampak dibuang karena gosong dan tidak layak makan. "Y-ya ampun, Sayang..." Hauri menutup mulutnya menyaksikan kekacauan ini. Tetapi, g

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 444. (EXEL STORY) Rumah Kita Berdua

    Setelah menikah, Exel sudah jauh-jauh hari menyiapkan rumah untuknya dan juga Hauri. Rumah yang akan mereka tempati berdua, atau mungkin bersama anaknya suatu saat nanti. Rumah mewah berlantai dua, bernuansa putih bersih. Serta taman tang yang sangat indah, juga luas. Hauri tak berhenti terkagum-kagum menatap bangunan megah di hadapannya saat ini. "Wahh ... Sayang, kau membuat rumah kaca?" tanya Hauri menunjuk ke arah sebuah rumah kaca yang berada di tengah taman. "Heem, bagaimana? Apa kau suka?" tanya laki-laki itu. "Iya. Ayo kita ke sana," ajaknya dengan penuh semangat. Hauri menarik lengan Exel, tapi laki-laki itu tidak bergerak sedikitpun. Justru Hauri yang langsung menoleh ke belakang menatapnya. Sorot mata Exel tampak sayu. Ia malah menarik balik lengan Hauri hingga gadis itu mendekatinya. "Istirahat dulu, Sayang. Jangan sampai kau kelelahan setelah acara kemarin," ujar Exel mengusap punggung tangan Hauri. Gadis itu terdiam sesaat, Hauri menatap lagi pada rumah kaca yan

DMCA.com Protection Status