Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 178. Sebuah Syarat dari Evan

Share

Bab 178. Sebuah Syarat dari Evan

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 09:34:30

Setelah kedua orang tua Evan pulang kembali ke Prancis beberapa jam yang lalu, sore ini pun Elizabeth mengemasi baju-bajunya dan milik Pauline ke dalam sebuah tas.

Elizabeth yang tengah merapikan barang-barangnya, tiba-tiba disusul oleh Pauline yang masuk ke dalam kamar menatapnya bertanya-tanya.

"Mama ... Mama mau ke mana?" tanya Pauline berjalan mendekati Elizabeth.

Mamanya pun menoleh dan tersenyum. Elizabeth menekuk kedua lututnya di hadapan Pauline dan memegang pundak mungil putrinya.

"Sayang, kita pulang ke rumah kita sendiri, ya ... sekarang kan, Papa sudah sembuh. Dan Kakak Exel juga harus sekolah. Kalau ada Adik Pauline di sini, nanti Kakak Exel tidak fokus sekolahnya," ujar Elizabeth membujuk rayu putri kecilnya. "Jadi Pauline mau kan, pulang dengan Mama?"

Mata cokelat Pauline nampak mengerjap, anak itu tengah berpikir-pikir untuk menyetujuinya atau tidak, sebelum akhirnya Pauline mengangguk.

"Huum, Pauline mau pulang. Pauline kangen sama mainan Pauline di rumah," jawa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
semoga bahagia Daniel...
goodnovel comment avatar
Ira siregar
ya sudah Daniel menikah saja dengan pilihan orangtuamu, karena biasanya Jodoh yang menurut kita tidak baik itu justru itu yang terbaik seperti Elisabet untuk evan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 179. Menggapai Hati Istriku

    Daniel dan Elizabeth masih berbincang bersama, mereka berdua awalnya bercerita tentang pekerjaan mereka dan kali ini membahas hal lain yang lebih serius. Daniel lah yang membuka percakapan serius itu dengan Elizabeth. "Eli..." "Heem? Ada apa, Niel?" Elizabeth yang tengah membuka plastik makanan milik Pauline itu langsung menoleh. Daniel terlihat ragu mengatakannya. "Aku menerima perjodohan dengan anak mendiang teman Papa," ujar Daniel mengungkapkan pada Elizabeth. "Semalam kau juga bertemu dengan gadis itu." Wanita cantik itu langsung tersenyum. "Tidak papa, Niel. Aku selalu berdoa semoga ke depannya kau selalu bahagia dengan gadis yang akan kau jadikan istrimu itu. Aku yakin kalau dia pasti gadis yang baik," ujar Elizabeth menatap Daniel lekat-lekat. "Heem, aku juga berharap begitu." "Papa tidak mungkin menjodohkanmu dengan gadis yang buruk, hanya saja kau mungkin belum mengenal gadis itu." Elizabeth mencekal lengan Daniel dan menepuknya. "Aku yakin setelah kau mengenalnya, ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 180. Bukti Sebuah Kesetiaan

    Elizabeth bangun pagi-pagi sekali, ia menyiapkan bekal yang akan ia bawa ke butik untuknya dan Pauline. Wanita itu juga sudah memandikan Pauline lebih awal dari biasanya. Dan senangnya saat si kecil tidak protes ini dan itu. Elizabeth yang tengah merias dirinya di depan meja rias, ia menoleh pada Pauline yang duduk di tepi ranjang mengayun-ayunkan kedua kaki mungilnya. "Mama..." "Iya Sayang? Kenapa, Nak?" tanya Elizabeth menatap si kecil. "Kok kita berangkatnya pagi-pagi sekali? Mama mau bertemu sama teman-teman Mama, ya?" tanya anak itu. Elizabeth tersenyum manis dan menggeleng. "Tidak Sayang, hari ini Mama mau membuat gambar desain yang banyak. Jadi kita berangkat lebih awal, biar nanti siang kita masih punya waktu untuk makan siang di luar." "Emmm, oke kalau begitu." Pauline tersenyum manis mengacungkan jempolnya. Elizabeth memasukkan beberapa alat make up miliknya ke dalam tas, dan ia langsung memasangkan sepatu pada Pauline. "Sudah selesai, ayo kita berangkat, Sayang..."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 181. Istriku Sangat Manis dan Menggemaskan

    Setelah semalam Evan menginap di rumah Elizabeth, ternyata sampai pagi pun hujan belum kunjung reda. Meskipun tidak terlalu deras, namun membuat Evan enggan untuk beranjak pulang. Elizabeth yang kini tengah duduk di dalam kamarnya sendirian, dia membaca pesan dari Annete yang mengirimkan foto undangan milik Elizabeth. "Oh ya ampun ... malam ini Adelaide akan menikah," gumam Elizabeth mengusap keningnya. "Dan dia mengundangku, artinya aku harus mengajak Evan." Elizabeth menggigit bibir bawahnya dan mengetukkan jemarinya di dagu. Rasa ragu menyapa Elizabeth, lantaran Evan pasti sibuk. Di sisi lain, bagaimana ia meminta pada Evan dan berkata untuk menemaninya ke pernikahan temannya?"Pasti teman-teman datang dengan suami mereka..." Elizabeth cemberut. Gadis itu menghela napasnya pelan dan mengangguk yakin. "Baiklah, aku harus berbicara dengan Evan. Aku yakin dia mau mendengarkan aku," ucap Elizabeth meyakinkan dirinya sendiri. Wanita cantik itu pun beranjak dari duduknya. Elizabeth

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 182. Apa Susahnya Mengatakan Cemburu

    Saat pesta pernikahan telah usai, semua tamu pun bergegas pulang meninggalkan hall.Evan dan Elizabeth pun juga bergegas pulang. Mereka berdua berjalan di lorong hotel menuju pintu utama. Evan menoleh ke arah Elizabeth yang berjalan di belakangnya. "Kenapa kau melambankan langkahmu, Eli?" tanya laki-laki itu menunggunya. "Heels yang aku pakai tidak nyaman," jawab Elizabeth sembari menyerahkan tas kecil yang ia bawa pada Evan karena pria itu memintanya. "Lepaskan saja daripada kakimu sakit nantinya. Ayo lepaskan, aku bisa menggendongmu sampai ke depan," ujar Evan membujuknya. Elizabeth tampak menimbang-nimbang saran dan tawaran yang Evan berikan. Namun saat Elizabeth hendak melepaskan heels yang ia pakai, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki dan seorang wanita cantik yang berjalan ke arahnya dan Evan. "Loh ... Evander?!" pekik wanita itu saat Evan menoleh. Elizabeth pun urung melepaskan heels yang pakai, dia langsung mengangkat wajahnya menatap wanita cantik dengan mini d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 183. Sebuah Kecupan

    Malam ini Evan menginap di rumah Elizabeth. Ia tidak bisa meninggalkan Pauline yang sedang demam dan terus merengek ingin tidur dengannya. Saat jarum jam menunjuk tepat pukul satu dini hari, Pauline terbangun dari tidurnya. Anak itu langsung duduk dan menatap ke samping di mana ada Evan, Exel, dan barulah Elizabeth. "Mama..." Pauline merangkak ke arah Elizabeth. "Mama, kepala Pauline sakit, Ma. Pauline pusing!" Elizabeth dan Evan sontak langsung bangun bersamaan. Pandangan mereka berdua saling tatap sejenak, sebelum Evan lebih dulu meraih tubuh kecil Pauline. "Pusing, Sayang?" Evan menggendongnya. Elizabeth pun gegas turun dari atas ranjang. Dia mendekati Pauline yang digendong oleh Evan. "Apa demamnya belum turun?" tanya Elizabeth."Sudah. Tidak papa ... kau istirahatlah lagi dengan Exel, biar aku yang menjaga Pauline," ujar Evan menatap istrinya, sembari meraih botol susu milik Pauline di atas meja kecil. "Tidak Evan, harusnya kau yang beristirahat karena kau kan besok harus

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 184. Kejutan untuk Istriku

    Seperti yang Evan harapkan, hari cepat berganti sore dan ia segera bergegas pulang dari kantor. Membuat janji dengan Elizabeth untuk makan malam bersama di rumahnya membuat Evan tidak sabar untuk segera sampai di rumah. Namun sebelum itu, Evan mampir ke toko bunga milik Bibi Meria dan membelikan bunga untuk Elizabeth. Seperti biasa, kedatangan Evan di sana selalu disambut dengan baik. "Evan ... ke mana saja selama beberapa hari ini, kenapa tidak pernah terlihat?" tanya Bibi Meria saat Evan masuk ke dalam toko. "Aku ada di rumah dengan Eli dan anak-anak, Bi. Kami tidak pernah ke mana-mana," jawab Evan. "Ya ampun, pasti Pauline kecilmu itu senang sekali, kan? Dia selalu bercerita tentangmu setiap ke sini," ujar Bibi Meria. Evan tersenyum mendengar hal itu. Ia pun melanjutkan memilih beberapa bunga-bunga mahal yang akan ia berikan pada Elizabeth sebentar lagi. Namun, di tengah-tengah Evan sibuk memilih bunga, tiba-tiba Bibi Meria mendekatinya dan menyerahkan sebuah bunga Peony be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 185. Menyukai Sebuah Perhatian

    Setelah beberapa hari yang lalu Evan membuat janji dengan Elizabeth ingin memberikan sebuah kejutan yang indah untuk wanitanya itu. Dan siang ini, Evan masih berada di kantor. Laki-laki itu tengah sibuk mengatur segala detail persiapannya berkencan dengan Elizabeth dan anak-anaknya, Evan ingin menciptakan momen romantis antara ia dan Elizabeth, juga buah hatinya. Evan pun menatap satu ajudan yang masih berdiri di hadapannya. "James, kau tahu beberapa tempat yang memiliki view terbaik di sekitar sini untuk berkencan?" tanya Evan pada ajudannya tersebut. Laki-laki berpakaian serba hitam itu mengangguk. "Ada beberapa Tuan. Apa Tuan ingin yang outdoor atau indoor?" tanya James pada Evan. "Outdoor ... aku ingin acara itu digelar di malam hari dan menunjukkan suasana malam hari yang romantis!" seru Evan antusias mengaturnya. Kekehan pelan terdengar dari James, dan laki-laki itu menganggukkan kepalanya. "Baik Tuan, saya akan siapkan semuanya." "Jangan lama-lama karena acaranya besok m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 186. Satu Langkah Bersamamu

    Elizabeth dan Evan telah kembali pulang setelah mereka berbelanja beberapa barang. Evan mengantarkan Elizabeth ke rumahnya malam ini.Kedatangan mereka berdua disambut oleh Exel dan Pauline dengan wajah kesal mereka, anak-anak itu nampak memprotes Mama dan Papanya yang pulang terlambat. Juga pergi tanpa mengajak mereka. "Mama dan Papa kenapa lama-lama sekali?" tanya Pauline sembari merengkuh erat leher Elizabeth. "Mama masih ada urusan, Sayang. Pauline kan di rumah dengan Kakak," jawab Elizabeth mengecup pelipis si kecil. "Heem, tapi Mama lama sekali!" seru anak itu menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leher Elizabeth. Sedangkan Exel, anak itu juga memarahi Papanya. Di ruang tengah, terlihat Evan yang sedang membereskan beberapa barang-barang milik Exel dan mereka bersiap pulang. Tentu saja hal itu membuat Exel marah-marah pada Papanya, dia masih tidak mau pulang dan ingin bermain dengan Pauline. "Papa tidak asyik! Datang-datang langsung ngajak Exel pulang! Exel itu mau di sini s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 510. (PAULINE STORY) Hubungan yang Dulunya Retak, Kini Terjalin Kembali

    Pauline terus merenung setelah ia mendapatkan nasihat dari sang Papa. Diamnya membuat Xander yang kini bersamanya pun tampak tak biasa. Laki-laki itu memperhatikannya dan ikut merasakan ada yang lain dengan Pauline. "Kenapa diam saja?" tanya Xander menatapnya dan menarik lengan Pauline sambil memangku Alicia. Pauline menoleh cepat dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Emm ... hanya berpikir cuacanya semakin dingin." "Ya, tapi Alicia tidak mau pulang," jawab Xander menahan Alicia yang ada di pangkuannya dan tampak masih ingin bermain lagi di taman. Anak kecil perempuan itu mendongak dan menggelengkan kepalanya. "Ma, Alicia masih mau main sama Papa, nanti kalau Papa pulang, biar Alicia tidak menangis lagi," ujar anak itu. Pauline tersenyum dan mengangguk. "Iya, Sayang. Main sepuasnya di taman, ditemani Papa. Mama akan di sini memperhatikan kalian." Jawaban yang Pauline berikan membuat Xander terdiam dan menatapnya dengan dalam. Rasanya seperti tidak biasa melihat ekspres

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 509. (PAULINE STORY) Pauline, Bukalah Pintu Hatimu untuk Xander

    Suara gema tangisan Alicia menggelegar di dalam rumah Evan. Alicia marah saat ia bangun tidur, Xander tidak ada di sana, hingga membuat anak itu menangis mencari sosok yang ia panggil 'Papa' tersebut. Tangisannya membuat semua orang heboh pagi ini. Sampai Evan dan Elizabeth ikut berusaha menenangkannya cucu kesayangannya. "Sayang, sudah jangan menangis ... nanti Papa Xander akan ke sini, kok," bujuk Elizabeth menggendong Cucunya. "Huwaa ... maunya sekarang, Oma! Alicia maunya sekarang! Huwaa ... Papamu di mana?!" jerit Alicia menangis. Sedangkan Pauline kini berada di lantai dua, gadis itu tengah mencoba menghubungi Xander. Namun hingga berkali-kali panggilannya tidak dijawab oleh Xander meskipun terhubung. Pauline sampai mondar-mandir dengan kepala pening. Sejak petang dia menggendong Alicia yang rewel mencari Xander. "Mama!" pekik Alicia dari lantai satu. "Huwaa ... Mama!" Gegas Pauline turun ke lantai satu dan segera mendekati putrinya yang kini berjalan ke arahnya sambil me

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 508. (PAULINE STORY) Sebuah Restu

    Pauline dan Xander sampai di wahana akuarium raksasa. Di sana, Alicia terlihat sangat senang. Bahkan anak itu tidak mau turun dari gendongan Xander sejak mereka sampai. Tak hanya diam, Pauline pun sesekali mengambil momen dengan membuat video tentang Alicia yang digendong oleh Xander. "Wahh ... Papa! Itu ikannya besar!" pekik anak perempuan itu menunjuk seekor ikan di dalam akuarium raksasa. "Itu ikan apa, Papa?" "Itu ikan paus, Sayang," jawab Xander. "Ikan paus juga punya Mama dan Papa, juga?" tanyanya dengan polos. "Tentu saja punya," jawab Xander terkekeh. Pauline berdiri di samping Xander dan wanita itu menunjukkan gerombolan ikan-ikan cantik di sana. "Itu bagus ya," ujarnya. "Hm." Xander mengangguk. "Apa kau tidak pernah jalan-jalan saat Prancis?" "Tidak pernah. Alicia sangat nakal. Aku pernah mengajaknya ke taman bermain saat itu, hanya berdua, tapi aku awalnya ingin membiarkannya mendapatkan teman, tapi baru beberapa menit, belum ada satu jam sudah jat

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 507. (PAULINE STORY) Sosok Laki-laki yang Setia

    Pauline menuruti keinginan Alicia yang meminta jalan-jalan bersama Xander pagi ini. Meskipun situasi tampak canggung yang terjadi antara Xander dan Pauline saat ini, namun justru Pauline lah yang banyak diam, karena Xander sibuk berbincang dengan Alicia. "Papa, jadi lihat ikan lumba-lumba kan, Papa?" Anak perempuan kecil itu duduk di pangkuan sang Mama dan menoleh pada Xander yang tengah mengemudi. "Jadi dong, Sayang. Papa kan sudah janji dengan Alicia," jawab Xander terkekeh. "Asikk...! Nanti pulangnya kita beli es krim ya, Pa..." "Iya, Sayang." Xander tersenyum manis menatap wajah Alicia yang terlihat begitu berbinar berbunga-bunga. Anak perempuan itu menyandarkan kepalanya di dada sang Mama. Pauline menoleh pada Xander yang kini tampak begitu bahagia. Ia tidak tahu banyak tentang laki-laki ini selama lima tahun terakhir. Hanya saja, setahu Pauline kalau Xander memang belum menikah atau memiliki pasangan. "Kau tidak sibuk kan, hari ini?" tanya Pauline memecah keheningan. "Sa

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 506. (PAULINE STORY) Sosok Papa yang Diinginkan Alicia

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Alicia tampak sudah bangun dan anak itu terlihat jauh sangat bersemangat. Pauline tidak tahu apa yang membuat anaknya begitu antusias, di sisi lain ia hanya pandai menebak kalau kemungkinan besar Xander lah yang membuat Alicia begitu senang."Mama ... ayo cepat, Alicia mau mandi!" pekik anak itu memanggil Pauline yang masih sibuk di dapur. "Mama...!" "Iya, Sayang sebentar!" Elizabeth terdengar menyahuti teriakan cucu kesayangannya. Sampai tak lama kemudian barulah Pauline muncul dan wanita muda itu naik ke lantai dua menemui si kecil yang langsung memasang wajah protes karena Mamanya terlalu lama. "Kenapa, Sayang? Tumben jam segini sudah bangun, hm?" Pauline langsung mengangkat tubuh Alicia dan mengecupi pipinya."Mama, Alicia mau mandi, terus ganti baju yang bagus warna merah muda!" serunya, antusias. "Alicia juga mau pakai sepatu yang merah muda, pakai jepit yang lucu, Mama..." Pauline terkekeh mendengarnya. "Memangnya Alicia mau ke mana, Saya

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 505. (PAULINE STORY) Alicia Ingin Punya Seorang Papa

    Sementara di dalam kamar, Pauline panik saat ia terbangun dari tidurnya, wanita muda itu tidak menemukan putrinya. Padahal sudah jelas-jelas tadi saat ia tertidur, Alicia ada di sampingnya. "Ya ampun, ke mana Alicia malam-malam begini!" pekik Pauline kebingungan. Wanita muda bertubuh langsing itu berjalan membuka pintu kamar mandi, dan anaknya tidak ada. Pauline menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Buru-buru Pauline keluar dan ia berjalan ke lantai satu. Di sana sepi, hanya ada suara beberapa orang di ruang tamu. Sampai Pauline berjalan ke depan dan kemunculannya disambut oleh Papa dan Kakaknya, juga rekan-rekannya. "Pa ... Papa melihat Alicia?" tanya Pauline panik.Evan menunjuk ke arah depan dengan dagunya. Laki-laki itu tampak tidak ragu dengan Xander, apalagi saat Evan tahu, selama Pauline pergi, Xander masih setia sendiri dan dia bilang kalau suatu saat dia kukuh ingin menemukan Pauline. Evan benar-benar melihat kesungguhan itu, hingga ia tidak membuat jarak antara

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 504. (PAULINE STORY) Sosok Papa untuk Alicia

    Hari sudah malam, Pauline tertidur nyenyak memeluk Alicia. Tetapi anak kecil itu belum juga terlelap. Alicia memeluk botol susunya dan diam menatap ke arah langit-langit kamarnya sambil mengoceh sendiri. "Mama capek, Alicia nakal terus, jadi Mama bobo cepat-cepat..." Anak itu mengerucutkan bibirnya. "Alicia mau punya Papa yang baik, biar seperti Kakak kembar. Emmm, Papanya Alicia pergi jauh dibawa Tuhan," ocehnya dengan mata lebarnya yang mengerjap. Anak bertubuh mungil dengan balutan piyama hangat berwarna ungu muda itupun perlahan-lahan merangkak turun dari atas ranjang. Alicia berjalan membawa botol susunya dan keluar dari dalam kamar, setelah ia tahu pintu kamar tidak ditutup rapat. Dengan langkah kecilnya, anak itu berjalan menuruni anak tangga. "Aduh ... aduh ... anak tangganya sangat banyak. Alicia harus hati-hati. Satu, dua, satu, dua!" seru anak itu dengan suara mungilnya. Tampak di ruang tamu, beberapa orang laki-laki yang tengah berada di sana, sibuk membahas pekerja

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 503. (PAULINE STORY) Siapa Papanya Alicia?

    Napas Pauline tercekat saat ia melihat sosok Xander berdiri di depannya dengan ekspresi yang sama kagetnya dengan Pauline. Belum lagi Alicia yang kini memeluk kaku Xander dan anak itu berisik terus meminta gendong. "Om, itu Mamaku, ayo ... Alicia mau gendong. Katanya kalau bertemu Alicia mau digendong lagi! Ayoo, gendong!" pekik Alicia berjinjit-jinjit mengulurkan tangannya pada Xander.Lamunan Xander buyar karena anak itu, ia menunduk dan tersenyum pada Alicia. "Iya, Sayang..." Xander langsung menggendong Alicia dan mengangkat tubuh mungil itu dalam pelukannya sebelum ia berjalan mendekati Pauline yang masih diam membeku di tempatnya. Alicia tersenyum lebar memeluk leher Xander dan menyandarkan kepalanya di sana. "Om, Alicia kok tahu kalau Alicia di sini?" tanya anak itu. "Tentu saja Om tahu, Sayang," jawab Xander. Pauline mengerjapkan kedua matanya dan napasnya terengah tiba-tiba. Ia tercengang melihat pemandangan di hadapannya saat ini. Sejak kapan Alicia dekat dengan Xand

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 502. (PAULINE STORY) Pertemuan Tak Terduga

    Sepulang dari jalan-jalan bersama Exel beberapa menit yang lalu, tampak Alicia begitu gembira. Anak itu mengoceh ini dan itu sambil menunjukkan mainannya pada sang Mama. Ditemani Elizabeth dan juga Evan yang bersama mereka sekarang. "Wahh ... banyak sekali mainannya, Sayang?" tanya Elizabeth mengecupi pipi cucunya. "Papa Exel sama Mama Tante yang belikan buat Alicia, Oma. Terus ini boneka panda dari Kakak Vano," ujar anak itu menata semua bonekanya di atas sofa ruang keluarga. "Persis sekali dengan Pauline saat masih kecil," sahut Evan. Elizabeth menoleh. "Oh ya, Pa?" "Iya, Sayang." Pauline terkekeh geli, sampai akhirnya Alicia menarik lengan sang Mama. "Mama ayo tidur, Alicia mau tidur sama Mama," seru anak itu. "Ayo, Maa...!" Evan menatap putrinya. "Sudah, sudah, cepat anak Alicia tidur, Nak," ujarnya. "Iya, Pa." Pauline memasukkan semua boneka-boneka milik Pauline ke dalam paper bag ukuran besar dan membawanya naik ke lantai dua. Alicia tampak sangat ceria dan banyak be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status