Beranda / Pernikahan / Suamiku Doyan Selingkuh / #4. Feeling Seorang Istri

Share

#4. Feeling Seorang Istri

Penulis: buchaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-14 10:05:53

Bukan hal yang sulit buat Nisha mencari tahu siapa wanita yang menelepon ini. Setelah panggilan terakhir, gercep wanita bergigi gingsul itu memeriksa pesan di ponsel suaminya. Sebelumnya dia sama sekali tidak suka membuka ponsel Firdaus, Nisha percaya seratus persen. Tapi, kalau sudah begini, mau tak mau ia harus kepoin isi ponsel.

Baru sekali menekan tombol ke bawah, Nisha langsung menemukan nama Dion. Kian ke bawah, kian banyak pesan singkat atas nama Dion. Tanpa pikir dua kali, dia membuka pesan-pesan itu bergantian.

‘Hai, Kak. Sudah tidur?’ Pesan pertama yang Nisha baca.

‘Penting banget, nih cewek nanyain laki orang sudah tidur apa belum,’ pikir Nisha jutek.

Nisha buka lagi pesan yang berikutnya. ‘Masih sakit, Kak? Jangan lupa minum obat, ya.’

Nisha lihat tanggal pesan itu baru seminggu yang lalu.

Kepala Nisha miring ke kanan, seraya kening berkerut. ‘Kak Firdaus sakit? Kapan? Seingatku terakhir kali dia flu juga dua atau tiga bulan yang lalu.’

Mungkinkah suaminya berbohong demi mendapatkan perhatian dari cewek ini?

Nisha menyempatkan diri melirik ke arah suaminya. Aman. Firdaus masih saja sibuk ngobrol. Tuh, ketawanya aja paling ngakak.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Nisha kembali memeriksa pesan.

‘Kakak ngga bisa, nih ke tempat jualanku sekarang?’

‘Jualan? Perempuan ini jualan?’

Nisha kiat giat memeriksa pesan singkat berikutnya.

‘Iya. Tenang aja, Kak. Nih cilok segerobak juga Zahra kasih, deh buat Kakak.’

Jemari Nisha kian keras memencet tombol-tombol ponsel itu. Darahnya mendidih membaca isi pesan yang kian intens itu.

‘Jangan lupa, nanti siang kita makan bareng, ya. Ayam panggangnya kesukaan Kakak, kan?’

Dan, pesan berikutnya yang kian menunjukkan siapa orang yang mengirimkan pesan itu.

‘Bener, Kak. Yang di samping vihara, lah. Memangnya di mana lagi? Kan deket, tuh sama tempat jualan cilokku.’

Nisha berhenti membuka pesan. Dia sudah menemukan jawabannya. Tuh, kan tidak sampai tiga puluh menit, dia tahu siapa dan pekerjaan cewek itu. Cewek itu bernama Zahra dan berjualan cilok dekat vihara. Seingatnya memang banyak orang berjualan di sana, dia saja yang tidak pernah mampir.

“Nis!” Suara sang mertua mengagetkan Nisha, yang masih berpikir. “Bantuin, nih angkat piring kotor,” pintanya sedikit berteriak. Hatinya terusik melihat sang menantu hanya duduk sembari bermain ponsel.

“Iya, Ma,” sahut Nisha. “Bentar, mau ngasih hape dulu ke Kak Firdaus,” imbuhnya seraya beranjak menghampiri suami.

Firdaus berhenti tertawa melihat kedatangan istrinya. “Kenapa, Ma? Mau pulang?” tebaknya. Dia tahu betul kalau Nisha tuh jarang betah berlama-lama kalau ada Mamanya.

Nisha menggeleng. “Ini hape Kakak,” jawabnya sambil menjulurkan ponsel Firdaus.

Firdaus terkejut. Jemarinya sibuk memeriksa saku celana seolah tak percaya kalau yang disodorkan istrinya itu adalah ponselnya. Dia sama sekali tak sadar kalau ponselnya tertinggal di dalam.

Setelah Firdaus menyambut ponsel itu seraya tersenyum canggung, Nisha kembali ke dalam rumah. Tak ada yang aneh dari gelagatnya. Tetap tersenyum ceria.

‘Dia ngga tahu, kan?’ benak Firdaus bertanya-tanya.

🌿🌿

“Kakak punya pacar?” tanya Nisha tanpa kata pembuka, main dor aja.

Firdaus baru saja selesai mandi, terperanjat kaget. Ditatapinya sang istri tengah sibuk merapikan tempat tidur. Sedikit berantakan memang karena semalam suaminya itu butuh melampiaskan hasrat birahinya, padahal Nisha lelah sehabis membabu di rumah saudaranya.

“Hm?” tanya Firdaus sok acuh tak acuh.

“Siapa Dion itu? Ngga mungkin ada perempuan bernama khas laki-laki begitu,” tanya Nisha pantang menyerah. Dia tak terlihat emosi, masih datar seperti biasa.

Firdaus menghela napas. Dia tahu kalau tak bisa mengelak. Istrinya pastilah sudah tahu. “Azzahra, biasa kupanggil Zahra,” akunya.

Bukk! Bukk! Nisha memukul-mukul bantal, tujuannya ya supaya debunya jauh-jauh. Tapi, yang terlihat di mata Firdaus, istrinya tengah melampiaskan amarah pada bantal tak berdosa itu.

“Kerjaannya apa?” tanyanya lagi, kali ini melipat selimut.

“Dia penjual cilok dekat Ekalos,” jawab Firdaus jujur.

“Terus? Sejauh apa hubungan Kakak sama dia? Sudah tidur bareng?”

“Ngga!” bantah Firdaus keras terhadap tudingan itu. “Hanya sebatas ciuman. Itu saja,” lirihnya kemudian.

Jemari lentik Nisha sempat terhenti saat melipat sarung, lantas kembali sibuk menata selimut dan sarung dengan rapi. Selama jeda beberapa detik itu, hatinya wanita lemah ini bagai teriris pisau tajam.

Kurangkah ia sebagai seorang istri sampai-sampai suaminya harus 'jajan' di luar? Apakah Firdaus hanya mementingkan nafsu belaka tanpa memedulikan dirinya yang tengah mengandung?

“Akan aku akhiri,” cetus Firdaus padahal tak diminta.

“Ya. Memang harus diakhiri, memangnya kamu mau anak dalam rahim ini lahir sedangkan status kita bercerai?” tanya Nisha sarkas, seraya berjalan keluar kamar.

Kalau bukan karena mikirin anak, sudah pulang dia ke rumah orang tuanya. Tapi, mungkin kali ini suaminya hanya khilaf. Terbukti hubungan mereka belum terlalu jauh. Nisha akan memaafkan untuk yang ini.

Lima bulan berlalu, setahu Nisha, sih memang tak ada lagi pesan singkat dari Zahra alias Dion. Baguslah, kalau gadis itu sadar diri dan tak berani mendekati suami orang lagi.

Pernah suatu hari, Nisha dibonceng suaminya ke rumah teman mereka. Kebetulan lewat di depan Ekalokasari. Sempat berhenti di simpang lampu merah, dia mengenali Zahra yang tampaknya balik mengenali mereka, Firdaus tepatnya.

Ketika lampu simpang itu berubah hijau, Nisha s***k cardigan, hingga perutnya yang membuncit terlihat jelas. Diliriknya tajam ke arah Zahra, yang terperangah menatapnya. ‘Biar saja itu cewek tahu yang sebenar-benarnya. Biar kapok,’ ujar benaknya.

Nisha kira hanya sampai di situ, lho akhir perjuangan cintanya Firdaus. Ternyata dia salah besar. Waktu itu masih musim pakai BBM, belum android, ia pergoki beberapa chat di ponsel BB sang suami.

“Hai,” Sapa Firdaus. Tahu siapa yang disapanya? Wanita itu adalah Violetta. Mantan kekasihnya sebelum jadian sama Nisha.

“Ya, Kak?” Vio masih sopan membalas. Hampir setengah jam baru ia balas, sepertinya sempat dilema antara membalas atau tidak.

“Tambah cantik aja,” balas Firdaus tak tahu diri kalau sudah beristri. Kalau Nisha pasati foto profil Vio memang banyak berubah kok wajahnya. Pipi tirusnya berganti chubby, dan make-up naturalnya yang pas. Perawatannya pasti mahal, nih.

“Sorry, ya, Kak. Bukannya ngga ramah atau apa, tapi aku menghormati Nisha. Jadi, pembicaraan seperti ini aku hentikan sampai sini aja, ya, Kak.”

'Rasain, dasar laki-laki matanya suka jelalatan!' hardik benak Nisha. Seandainya saja mantannya itu membalas dengan genit, pasti sudah jadi hubungan perselingkuhan ini. Untunglah Vio berbeda. Dia wanita berkelas.

Lima tahun kemudian, Nisha dikaruniai seorang anak laki-laki yang diusahakannya selama ini. Bagi Firdaus memiliki keturunan laki-laki sangatlah berharga, guna meneruskan silsilah keluarga Al-Attar.

Seperti tak tahu terima kasih, satu tahun kemudian Firdaus kembali berselingkuh.

Nisha kira petualangan cinta Firdaus sudah berakhir karena semenjak memiliki Shareefa, suaminya cukup berubah.

Pertama, dia giat bekerja menjadi sales mobil dan pencapaiannya lumayan. Tabungannya sampai dua digit.

Kedua, suaminya memang pulang malam itupun karena dia menjadi Dj. Ketika anaknya menginjak umur dua tahun, sering diajaknya ke belakang panggung.

Namun, Nisha terlalu santai hingga lalai.

Suatu hari, ia meminjam mobil suaminya karena hendak membawa Bahri ke bidan untuk diimunisasi. Biasanya, Firdaus akan setuju saja dan memilih mengendarai motor.

Setelah imunisasi, melihat mobil cukup kotor, Nisha berinisiatif mencuci mobil. Selagi antri di car wash, ia memasukkan tisu juga jajanan anaknya ke laci dashboard. Tapi, apa yang ia temukan di dalam laci itu?

“Apa itu, Ma?” tanya Shareefa yang baru saja masuk kelas satu sekolah dasar. Cukup peka hanya dengan melihat ekspresi wajah seseorang, apalagi sang Mama yang sangat dikenalnya.

“Ini ....”  Nisha menelisik secarik kertas di tangan itu. Struk salah satu restoran cepat saji. Menu yang tertera adalah paket ayam, yakiniku rice, dan mocha float.

Sebagai seorang istri tak tahu kenapa punya feeling kuat aja gitu, ya. Dilihat dari menunya saja ia tahu kalau Firdaus, tuh pasti makan bareng perempuan. Karena kalau laki itu tahunya ya ayam doang, tidak pakai yakiniku sama mocha float segala. Apalagi dia tahu banget suaminya, yang males ribet nyebut menu yang susah.

“Bukan apa-apa,” lanjut Nisha seraya memasukkan struk itu ke dalam tasnya.

Temuan Nisha yang kedua adalah tag sebuah pakaian. Sunflowers diikuti logo bunga matahari sesuai nama brand. Ini pasti pakaian perempuan.

“Shareefa, Baba ada ngasih baju beberapa hari ini?”

Gadis cilik berambut ikal itu menggeleng. “Ngga. Baba ngga ada ngasih apa-apa.”

Firdaus juga tidak menghadiahinya pakaian, jadi ini untuk siapa? Benak Nisha terus bertanya-tanya.

Selama beberapa hari ini, jawaban atas pertanyaannya itu belum juga terjawabkan.

Semenjak Shafeera lahir, Firdaus dan Nisha tinggal di rumah orang tua Nisha. Rumahnya cukup luas dan ada beberapa kamar yang kosong. Kamar paling depan ditempati oleh sepasang suami istri ini bersama kedua anak mereka.

Beberapa hari ini Nisha susah tidur, tapi tak mau menampakkannya di hadapan suami. Ia selalu berpura-pura sudah tidur kalau lewat jam sepuluh malam.

Bunyi celupan khas suara ponsel Firdaus itu berbunyi dua kali. Mata Nisha terbuka sedikit, dalam gelapnya kamar bisa terlihat jelas suaminya memunggunginya sambil melihat ponsel. Tak lama kemudian, suaminya beranjak pergi dari kamar.

‘Mau ke mana Kak Firdaus malam-malam begini?’ gumam benak Nisha.

Perlahan, ia beringsut ke pinggir kasur agar tak membangunkan anak-anaknya. Kemudian, melihat pintu depan terbuka lebar.

‘Kemana, sih Kak Firdaus?’

Nisha masih bertanya-tanya sementara kaki putihnya terus melangkah. Dilihatnya mobil suaminya di garasi terbuka tengah menyala. ‘Di sanakah kira-kira Kak Firdaus berada?’

Nisha menghampiri mobil itu. Beberapa bulan ini kaca film mobil itu memang lebih gelap daripada sebelumnya, jadi ia tak bisa melihat ada orang atau tidak di dalam mobil.

Tok-tok-tok.

Kaca mobil turun. Suaminya tampak gelagapan menyembunyikan ponsel di sisi kirinya.

“Ngapain di sini, Kak malem-malem?” tanya Nisha berusaha tak terlihat curiga, meskipun berjuta pertanyaan menghimpit benaknya.

“Ngga ngapa-ngapain,” jawab Firdaus berkilah lantas mematikan mesin mobil dan kembali ke dalam rumah.

Nisha perhatikan suaminya terus berusaha menutupi kalau ia membawa ponsel. Tangannya tertempel jelas di pinggir boxer, menahan ponsel agar nggak terjatuh.

‘Salah ngga, sih kalau aku curiga Kak Firdaus habis telponan dengan cewek?’ Benak Nisha sangat curiga. Tapi, karena ini tengah malam dan ngga mau orang tuanya terbangun, ia memilih berdamai dengan kecurigaan itu.

Bersambung...

Bab terkait

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #5. Itu, Sih Namanya Doyan

    Nisha sudah hapal banget jadwal harian suaminya. Seperti pagi biasanya, jam enam pagi Firdaus sudah absen di kamar mandi. Pastinya bersiap pergi bekerja. Di kamar, Nisha gerak cepat meraih ponsel suaminya. Sayangnya dikunci berupa titik-titik. 'Paling pola huruf L,' tebaknya cukup paham cara berpikir suaminya yang simpel. “Tuh, bener, kan?” gumam Nisha senang karena tebakannya betul. Bersemangat, dia duduk di pinggir tempat tidur. Kedua buah hatinya masih terbuai dalam mimpi indah.Fokus, Nisha membuka chat. Ada chat terakhir yang menarik perhatiannya. Pemilik akun itu di save suaminya dengan nama Sahrul. Nisha jelas curiga. Seingatnya, ngga ada, tuh teman Firdaus yang bernama Sahrul. Tapi ngga tahu, deh kalau customer-nya. Berdegup cepat jantung Nisha membaca chat panjang itu.‘Bella, tuh iri banget sama istri Mas. Bangun tidur bisa langsung lihat muka Mas. Bisa nyiapin minum juga sarapan buat Mas. Memang Bella bukan siapa-siapa. Yang Bella punya cuma perasaan sayang dan cinta.’

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #6. Wanita Mandiri

    “Nis,” panggil Mariya. Keriput di kening kian tampak kala berkerut.“Ya, Mak,” sahut Nisha disela-sela menyuapi anak keduanya makan.“Kok matamu bengkak gitu?” tanya Mariya heran. Mata Nisha sudahlah sipit seperti dirinya, bengkak pula di bagian kelopak atas dan bawah, yang ada malah tampak seperti garis.“Ngga tahu, nih, Mak. Bangun tidur tadi sudah begini,” jawab Nisha. Sudah pasti berbohong.“Digigit semut kali, Mak. Makanya, kalau mau tidur tuh bersihin dulu tempat tidurnya,” celetuk Diana, adik bungsu Nisha yang baru kelas dua SMA.“Kau ini!” Nisha mengangkat tangan kanannya seolah hendak memukul adiknya itu.Diana membalas dengan juluran lidah, lantas kembali menikmati acara televisi.Nisha berdecak seraya menggelengkan kepala melihat kelakuan adiknya ini. Diana tengah sarapan dengan rambut lurus tergerai, lutut naik sebelah macam duduk di warung kopi, dan makan sambil berbunyi. Cowok mana yang mau naksir gadis semrawutan begitu.“Apa lihat-lihat?!” tantang Diana. Nasi dalam mul

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #7. Di Antara Rindu dan Cemburu

    Jantung Firdaus sempat berhenti berdetak. Terasa seperti mau mati saja. Ini baru yang namanya kejutan sebenar-benarnya. Tak ada dugaan atau kepikiran kalau Nisha bakal hadir siang ini tepat di hadapan.“Mama?” ucap Firdaus bingung. “Ngga kerja?” tanyanya.“Udah minta izin tadi,” jawab Nisha. Tidak lupa sambil mengukir senyum. Harus itu. Tidak ada gunanya toh memamerkan wajah muramnya. Ia juga tersenyum sekilas pada Eko dan Affan, yang membalas dengan canggung.Firdaus mengambil alih cake dari tangan istrinya. “Ini…” Ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Tertera 'Happy 10 Years Anniversary' di atas cake bertahtakan serbuk-serbuk keemasan itu. Saking asyiknya meniti kisah kasih bersama Bella, ia lupa akan hari penting ini.“Bukannya sudah beberapa hari yang lalu?” Kalau diingat tanggalnya, perayaan ini sudah terlambat.Nisha tersentak sekilas. ‘Kak Daus ingat. Terus, kenapa ngga seromantis biasanya? Karena wanita itu?’“Kita makan siang, yuk. Ngga usah jauh-jauh. Di restoran cepat saji

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-17
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #8. Ini Mertuaku, Mana Mertuamu?

    Nisha sudah mulai bisa mengatur perasaannya. Sedikit lega seperti bebannya perlahan terangkat hanya karena sudah mengakui pada Firdaus kalau tahu semua kebusukan suaminya itu. Sesekali tentu saja ia masih menangis, akan tetapi sudah tidak seperti dua minggu silam, saat air matanya mengalir deras tanpa diminta.“Nis, makan melulu,” timpal Mbak Ade ketika melewati rekan satu ruangannya itu.Di ruangan ini ada lima orang karyawan bagian kemahasiswaan. Wanita berhijab panjang ini salah satunya, tugasnya sebagai staff bagian registrasi. Sementara Nisha bagian kemahasiswaan bersama Fadli. Terakhir bagian akademik diisi oleh Yuli dan Yusman.Nisha memang tengah mengunyah mie goreng pedas yang dibelinya di kantin belakang kantor. Telepon ke mamang kantin, langsung datang, deh pesanannya ke atas meja. Keringatnya bercucuran karena sengaja memesan pedasnya sampai level sepuluh.“Habis ini rencananya mau makan mie ayam. Tapi, jeda dulu, lah kira-kira satu jam,” jawab Nisha sambil nyengir, disamb

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #9. Akhir Sampai Di Sini

    Nisha duduk di tepi ranjang. Hanya ia seorang diri di kamar. Shareefa tengah bersekolah, kebetulan masuk siang. Sementara Bahri ikut kedua orangtuanya ke rumah A’ Engkus—sepupu Nisha.Tumben-tumbenan Firdaus pulang siang menjelang sore ini. Saat ini dia sedang mandi, sepertinya mau pergi lagi.Nisha mengambil kesempatan ini untuk melihat isi ponsel suaminya. Dengan mudahnya ia menemukan chat antara suaminya dengan wanita rendahan itu.‘Cepatlah kemari, Mas. Aku merindukanmu.’ Itu adalah chat terakhir dari Bella.Tangan Nisha bergetar seperti orang tremor. Ponsel yang dipegangnya juga ikut bergetar. Dada Nisha terasa sesak, hatinya terasa perih sekali begitu mengetahui kalau suaminya membasuh diri hanya untuk bertemu dengan wanita itu.Siulan Firdaus terdengar kian jelas seiring langkahnya kian dekat masuk ke dalam kamar. Namun, Nisha bergeming dari tempatnya.Firdaus terperanjat begitu sadar kalau ponsel di tangan Nisha adalah miliknya. Langsung saja ia rampas. Lebih kagetnya lagi, ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #10. Kamu Milikku

    “Aku ngga rela, Mas diputusin seperti ini,” tolak Bella egois. Ya, harus egois dong. Kalau ngga, mana bisa ia mempertahankan hubungan yang tampak tidak mungkin ini.Firdaus membuang tatapannya keluar mobil. Tangannya bertumpu di dagu. Pantulan wajahnya yang mengguratkan kesedihan terlihat samar dari kaca jendela. Tak ada pemandangan yang menarik di luar. Hanyalah ilalang yang bersiap menyambut embun malam.Firdaus membawa kekasihnya ini berkeliling kota lagi, mencari tempat sepi meskipun jauh. Sepanjang perjalanan, jemarinya terus saja terkait di antara jemari gemuk Bella. Pikirannya masih kalut bagaimana caranya mengungkapkan kalau dia harus putus dengan Bella.Hingga terucaplah kata itu, “Sayang, kita harus putus,” cetusnya seraya menatap mata bulat Bella cukup dalam.Mulanya mata bulat kecoklatan milik Bella membesar, bergetar hebat seraya berkaca-kaca, lantas menunjukkan sorot mata amarah pada akhirnya.“Apa maksud, Mas? Kita putus?!” tanyanya ingin melepaskan tangan Firdaus, ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #11. Sang Mantan

    Nisha terduduk di kursinya. Setelah mengeluarkan nada tinggi begitu, perasaannya memang sedikit lega, tapi malah jadi ngga enak sama teman-teman satu kantornya.Fadhil yang duduk bersebelahan dengannya sudah menyuruh Mbak Ade kembali ke mejanya. Nisha itu jarang sekali menunjukkan wajah kusut seperti ini, jadi Fadhil memilih untuk menjauhkan semua orang darinya. Biarkan Nisha untuk tenang terlebih dahulu.Seraya menghela napas panjang, Nisha melirik ke arah ponselnya yang bergetar. Sebuah notifikasi muncul di layar. Pesan dari Elza, ada namanya di sana.Nisha pun membuka pesan itu. Keningnya mengernyit. Beberapa buah foto yang dikirimkan oleh Elza sontak membuat jantungnya berdegup kencang.‘Aku ketemu, nih sosmednya Bella. Nih mukanya. Ternyata dia udah nikah, lho. Punya anak laki-laki masih seumuran Bahri kayaknya, sih.’Nisha pun membuka foto pertama. Deretan foto selfie Bella. Salah satunya berada di dalam mobil. Dari bantalan kursi, Nisha bisa mengenali mobil siapa itu. Tentu sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #12. Bukan Mengadu

    “Nis, hari ini temenin Mama ke acara peresmian ya.” Suara terakhir dari Firdaus pagi ini ketika menelepon Nisha. Bukan menanyakan keadaan anak-anak apalagi Nisha, tapi malah memberikan tugas. Dikiranya Nisha itu ngga ada kerjaan apa.Tidak ada bosan-bosannya Salma meminta tolong pada menantunya, yang selalu siap kapan saja. Barusan dia menelepon Firdaus. Anak kandungnya itu bilang kalau sedang sibuk sekali, jadi ngga sempat menemani Mama-nya ini. Salma polos aja, sih mengira anaknya itu memang sibuk bekerja, padahal sedang asyik berselingkuh dengan Bella.“Ajak Nisha aja, lah, Ma. Nanti aku telepon dia, suruh antar Mama,” cetus Firdaus sekaligus menolak beberapa saat lalu.Bukan sekali dua kali, sih. Memang ngga pernah malah Firdaus menemani Salma sejak beristrikan Nisha. Selalu istrinya itu yang disuruhnya pergi. Sebenarnya Salma sudah menduga akan jawaban Firdaus itu.Lah, memangnya Salma tak punya anak lain lagi yang menemani? Kok ketergantungan melulu sama menantunya, yang kalau d

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21

Bab terbaru

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 98. Dinner Yang Tertunda

    “Gimana kalau kita liburan ke Bali?” cetus Nisha tanpa aba-aba apalagi kalimat pembukaan. Itupun setelah melamun cukup lama.Alhasil, Shareefa dan Diana yang tengah cekikikan menonton drama korea di sisi Nisha langsung menatapnya kaget. Beda dengan Bahri yang masih asyik bermain game seolah tidak peduli. Dia memang belum mengerti, kok.“Bali?!” seru Ana dan Efa berbarengan. Nisha menyender di bangku outdoor Cuko. “He-eh,” jawabnya pasti diiringi anggukan.Memang sudah lama mereka tidak liburan. Sejak Bahri dan Efa masuk ke sekolah baru, ke tingkat yang lebih tinggi, atau sejak Mak pergi lima bulan yang lalu. Nisha juga disibukkan dengan kegiatannya di sini. Terlebih lagi Diana tahun ini melakulan grand opening Cuko.“Mau!” seru Efa senang. Sudah tidak dipedulikannya lagi drama korea yang masih berjalan di smartphone-nya.“Tapi, Efa masih ujian dua hari lagi.” Wajah yang tadi cerah mendadak berubah mendung. Gimana mau ke Bali, kan dia masih ujian.Nisha baru menyadari sesuatu. O, iya.

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 97. Suami Masa Depan

    Nisha menghabiskan hari-harinya dengan menemani Bapak ke makam almarhum sang ibunda. Sebisa mungkin dia selalu sempatkan karena Bapak tidak pernah berhenti merindukan belahan jiwanya itu.Nisha juga rindu, tapi tetap harus melanjutkan hidup. Selain itu dia juga sibuk mengantar anak ke sekolah, menjalankan bisnisnya, atau meet up dengan sahabat-sahabatnya. “Nis,” panggil Elza.Nisha menyeruput es americanonya sebentar, lalu menatap sahabatnya itu. “Hm?”“Cowok yang kemarin ada di rumah duka itu siapa?” tanya Elza hati-hati.“Pak Akbar? Gurunya Efa.”Vika dan Elza saling bertukar pandang, sebelum menatap Nisha kembali.“Bukan yang pakai baju PNS, yang pakai kemeja hitam.” Elza menelan air ludah. Sepertinya Nisha belum juga mengerti apa maksud ucapannya. “Yang itu, loh. Yang rambutnya lebat, matanya agak gede, rahangnya tuh gagah banget gitu.” Vika juga membantu menjelaskan.Nisha pun menepuk tangannya sekali. “Oh, itu. Andreas. Kenapa?”“Kayaknya dia ada rasa, deh sama kamu, Nis.”“Em

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 96. Jodoh Sang Guru Killer

    Tiba-tiba Nisha berdiri. Sontak, Akbar ikut berdiri. “Aku permisi dulu,” pamit Nisha tiba-tiba.“Tunggu!”Nisha menoleh. Tatapannya seolah berkata tidak ingin mau tahu apa yang terjadi sekarang ini. Dia hanya ingin pergi dan pulang ke rumah. “Ada yang harus aku jelaskan ke kamu,” ucap Akbar dengan wajah serius.Nisha terdiam bagai manekin seraya menunggu Akbar mendekat. Bola matanya sempat bergetar. Degup jantungnya terdengar jelas oleh telapak tangan yang menangkup dada. Dinginnya hembusan angin malam tidak serta merta mampu menghapus piluh mengalir di keningnya.“Sepertinya ada kesalahpahaman di sini,” simpul Akbar.“Kesalahpahamam?”“Iya. Baik itu apa yang Andre atau kamu pikirkan sekarang.” Akbar berhenti karena sudah tepat berada di dalam jarak satu kaki di hadapan Nisha.“Memangnya, apa yang kupikirkan ... menurutmu?” Nada bicara Nisha agak turun di akhir kalimat.“Kamu mengira kalau aku menyukai kamu, Nisha. Oh, lebih tepatnya menaruh perasaan sama kamu.”“Haha.” Tawa Nisha t

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 95. Akhirnya Dinner Juga

    “Mama mau ke mana?” tanya Efa curiga karena menjelang malam belum ada tanda-tanda Nisha berniat pulang dari butik. Malah Bunda Ana disuruh mengendarai mobil untuk mengantar Efa dan Bahri pulang. Mencurigakan? Banget.“Mama mau pergi sama Mami Elza,” jawab Ana membantu.Efa menoleh ke arah Ana, lalu kembali pada Nisha. “O, ya?! Pakai dandan segala.” Tidak segampang itu membohongi gen-Z satu ini.“Dandan gimana? Biasa aja,” dalih Nisha lantas masuk ke kantornya. Ditinggalkannya Efa yang masih menatapnya penuh curiga.Setengah jam kemudian, Nisha melambai singkat ke arah mobil merah yang biasa dikendarainya. Namun, kini sosok Ana yang berada di balik kemudi. Sementara itu, Efa terus saja menatap sang mama tanpa mengedipkan mata. Bahkan, terkesan sinis. Ditambah lagi mulutnya yang manyun. “Emangnya Mami Elza bisa keluar malem-malem begini, Bun? Bukannya dia paling malas keluar malam karena anak-anaknya sudah tidur jam segini?” tanya Efa dalam satu tarikan napas.“Mungkin dijagain sama s

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 94. Di Antara Dua Pilihan

    Almira, Bianca, dan Shareefa duduk di kantin. Hal biasa yang mereka lakukan kalau sedang istirahat begini. Ini bukan istirahat biasa, mereka baru saja habis mengikuti mapel olahraga.Tatapan mereka tertuju pada sosok Pak Akbar, yang tengah menghukum anak yang ketahuan menuju kantin di jam pelajaran. Terlebih lagi lima anak lelaki yang berdiri di dekat pintu kantin itu tidak ada yang berpenampilan rapi. Penggaris besi terarah ke bagian pinggang Angga —anak kelas satu. “Kenapa kamu berkeliaran tanpa menggunakan ikat pinggang? Mana ikat pinggangmu?!”“Kelupaan pakai, Pak,” jawab Angga tanpa merasa bersalah.“Jongkok!” teriak Pak Akbar bergema di kantin.Decakan kesal Angga terdengar jelas, namun tetap mematuhi apa yang dikatakan Akbar. “Squat jump 25 kali. Habis itu kembali ke kelas.”Dengan helaan napas berat, Angga meletakkan tangannya di bagian belakang leher dan mulai squat jump.“Kamu lagi!”Yudi melirik penggaris yang menyeruak masuk di antara rambut lembatnya. “Jangan dipotong, P

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 93. Bukan Urusanku Lagi

    Nisha mendekati dinding pembatas dapur dengan bagian restoran. Meskipun dapur berada di bagian tengah, tapi tidak merusak nuansa mewah restoran itu.Nisha berhenti tepat di sebelah Andreas, yang tengah menyeruput segelas jus buah bercampur soda.Melihat kedatangan Nisha, Daniel pamit secara halus untuk kembali mengawasi para staffnya. Andreas menoleh tepat ketika wanita berhijab itu berada di sisinya. Ia sedikit terkejut namun dengan mudah dikendalikannya emosi itu.Dia tersenyum sumringah pada Efa dan Bahri yang melambaikan tangan ke arahnya seraya menuju lobi. Kemudian tersenyum tipis pada Salma, Sarah, Firdaus, juga Bella yang dibalas dengan perlakuan serupa. Lantas, kembali menatap Nisha seolah bertanya ada apa.Sementara Firdaus melirik dari kasir ketika menemani Sarah membayar biaya makan malam mereka. Lagi-lagi, dia tidak tahu kalau Bella memerhatikan dari lobi.“Saya mau berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan Bahri tadi sampai luka begitu.” Nisha menunjuk samar luka

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 92. Bertemu Keluarga Mantan

    Tidak seramai dulu. Semenjak Mak berpulang, keadaan rumah sudah tidak seceria dulu. Mahmud jarang tersenyum dan bercanda seperti biasa. Ana dan Nisha merasa tidak enak hati kalau harus terlihat bahagia di depan ayah mereka itu. Karena Mahmud pernah menuding mereka tidak sedih akan kepergian Mariya.Ana dan Nisha tidak mampu berkata-kata. Tentu saja mereka sangat sedih juga kehilangan sosok Mariya. Tapi, tidak mungkin harus bersedih setiap hari.Hampir sebulan setelah kepergian Mariya, Nisha mendapatkan telepon yang tidak disangka-sangka. Salma meminta suatu hal darinya.Dengan wajah serius dan mengintip mood Mahmud, yang belakangan ini sulit ditebak, Nisha pun menyampaikan maksud Salma pada ayahnya itu.Wajah Mahmud mulai mengkerut. Nisha menghela napas panjang, sudah siap dengan resikonya. Namun tidak lama kemudian, Mahmud tampak mengangguk dalam sebelum pergi masuk ke kamar.Nisha tersenyum lega. Duduknya pun tidak setegang tadi. Syukurlah kalau Mahmud tidak emosi. Iya, belakangan

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 91. Cuma Mantan

    Elza tidak ikut sampai ke pemakaman. Dia menunggu di rumah, menunggu Vika yang datang agak telat karena masih menanti sang suami pulang dari sepedaan dengan bapak Walikota.Bukan hanya Elza yang tinggal, Firdaus juga tidak ikut. Iya, ada Firdaus, lho dari tadi. Duduk di bawah pohon mangga bersama beberapa sepupu Nisha juga beberapa keluarganya yang datang melayat, seperti suaminya Queensha.Sedari dia duduk di sana dan beberapa rombongan anak sekolah itu tiba, ada yang menarik perhatian Firdaus. Siapa lagi kalau bukan sosok Akbar, yang duduk di teras. Tergelitik benaknya untuk datang ke sana, tapi seketika sadar kalau dirinya hanyalah mantan suami Nisha.Entah apa yang membuat Akbar melakukannya, yang pasti dia menoleh. Tatapannya pun bertemu dengan Firdaus.Butuh beberapa detik baginya untuk mencerna siapa pemilik wajah yang cukup familiar itu. Dia tersentak sedikit ketika mengenali Firdaus. Hanya anggukan pelan dan senyuman tipis yang Akbar suguhkan sebelum membuang muka.Andreas me

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 90. Kehilangan Yang Sesungguhnya

    Lain daripada biasanya, Vespa matic menemani Aksara pergi ke sekolah pagi ini. Warna pink fantanya sungguh kontraksi dengan tato di pergelangan tangan Andreas, yang memboncengi keponakannya itu.“Om, jangan bawa moge,” larang Aksa pagi tadi, pas sekali ketika Andreas baru sehabis memanasi motor dan mengelapnya selembut mungkin. Bagi Andreas, motornya juga harus sempurna karena mau ikut dengannya bertemu Nisha. Lubuk hatinya sangat yakin kalau hari ini mereka berjodoh untuk ketemu.“Lho, kenapa?”“Nanti susah parkirnya, terus, berisik juga,” jawab Aksa. Dan pergi begitu saja menuju kamarnya, tanpa peduli kalau sudah menyisakan tanya di benak Andreas.Namun ketika mendengar penjelasan Aksa selama perjalanan mereka, lenyap sudah rasa kesal Andreas. Yang ada hanyalah keinginan untuk sampai cepat di tujuan.Kertas minyak kuning tiga lapis yang dilekatkan di sebuah kayu yang tampak lembab karena embun pagi, tercagak pasrah di sisi kiri rumah berpagar besi dengan nuansa biru itu.Ada bebera

DMCA.com Protection Status