Febri dengan sangat terpaksa menjawab, “Saya akan bicara dulu dengan Pak Rayan, Bu. Mohon tunggu sebentar!”Setelah itu Queen tersenyum dan melepaskan Febri sehingga pemuda itu bisa masuk ke dalam area tenda lagi. Rayan yang mendengarkan beberapa percakapan dari Queen dan Febri itu pun mendesah lelah. Pria itu menggelengkan kepalanya dan memijit pelipisnya, “Dia memang sudah gila.”Febri menggigit bibir bawahnya dan berkata, “Saya mohon maaf ya, Pak. Saya tidak bisa mengusir beliau pergi dari sini.”“Tidak masalah. Yang kamu hadapi itu Queen yang keras kepala jadi sangat wajar kamu tidak bisa menghadapinya,” jelas Rayan yang luar biasa pusing saat ini. Oh, sebenarnya hal ini bukan hanya masalah dirinya telah menikah dan tidak bisa menemui wanita lain. Tapi, ini juga masalah emosinya yang selalu sulit untuk dikendalikan ketika berhadapan dengan Queen. Hal itu lantaran Queen selalu bisa memancing kemarahannya dengan setiap perkataannya yang terkadang menyinggung beberapa hal yang s
Rayan terdiam.Melihat Rayan terdiam, Queen semakin percaya diri dan berkata dengan penuh rasa angkuh, “Ah, sudah kukatakan kalau kamu itu harusnya memilih aku dan bukan malah mencari wanita di luar sana.”“Aric … kalau tahu tentang istri kamu itu, sangat yakin sekali dia pasti akan memanfaatkan istri kamu untuk menjatuhkan kamu di hadapan keluarga kamu. Kamu-”Rayan tertawa mendengarnya dan Hal itu membuat Queen membelalakkan mata karena terlalu terkejut dengan reaksi Rayan.“Kok kamu malah ketawa sih, Yan? Memang kamu udah nggak takut lagi sama kakak tiri kamu yang benci sama kamu itu?” Queen bertanya dengan menyipitkan mata. “Sejak kapan saya takut dengan dia?” balas Rayan tanpa terlihat takut sedikitpun. Rayan mendesah dan kemudian berkata, “Kamu salah besar jika saya menghindari dia kamu artikan kalau saya ini takut dengan dia. Saya hanya ingin memberi waktu kepada dia, Queen dan ketika waktunya sudah habis, dia tidak akan bisa melakukan apapun lagi termasuk mengacaukan keluarg
Queen yang awalnya begitu sangat tenang itu pun melebarkan matanya. Tetapi, itu hanya terjadi sesaat karena setelah itu Queen dengan tenangnya berkata, “Apa-apaan. Mana mungkin kamu punya nomor teleponnya? Kamu kan sudah nggak pernah ketemu dia sejak lama.”Rayan memutar bola matanya malas, “Kamu lupa kalau saya adalah seorang Rayan Antara. Keluarga saya memiliki koneksi yang sangat luas dan hanya untuk menemukan nomor telepon dari salah satu anggota keluarga kamu saja, saya hanya butuh waktu beberapa menit saja.”Tenggorokan Queen seketika langsung terasa kering dan dengan bibir yang bergetar wanita muda itu pun berujar, “Hentikan, Rayan! Aku tahu kamu nggak mungkin lakuin itu kan?”Rayan membuang nafas dengan kasar dan menyandarkan bahunya pada kursi lalu kemudian menjawab, “Kenapa tidak? Kamu … yang membuat saya terpaksa harus melakukan ini dan karena saya tidak memiliki pilihan lain untuk membuat kamu berhenti mengganggu saya. Saya akan menggunakan cara ini.”Queen menggelengkan
Queen tidak mungkin bisa membantah lagi dan kali ini dengan begitu sangat terpaksa akhirnya wanita muda itu pun mengangguk. Rayan tersenyum lebar dan segera memerintahkan Febri untuk membuat perjanjian tersebut. Queen sungguh merasa jengkel karena akhirnya kelemahannya dijadikan alasan untuk Rayan.Wanita muda itu kemudian menandatangani perjanjian itu setelah menghela napas panjang.Dia menyerahkan kertas itu kembali pada Rayan, tapi sebelum Rayan menyentuh kertas yang berisi perjanjian itu, Queen kembali berujar dengan nada kesal, “Kamu … memanfaatkan situasi ini untuk membuatku tertekan dan aku jamin … suatu saat kamu pasti akan mengalami hal ini dan hal itu pasti jauh lebih menjengkelkan dibandingkan apa yang aku alami.”Rayan sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan wanita muda itu dan hanya cepat-cepat mengambil kertas itu lalu menanggapi dengan begitu santainya, “Saya tidak melakukan kesalahan apapun dengan menekankan kamu agar tidak mendekati saya. Saya telah melakukan ha
Rayan terdiam selama beberapa saat dan dirinya mulai berpikir untuk menyusun kata-kata yang akan diucapkan. Hal itu terjadi lantaran dia tidak ingin bila dirinya salah berbicara kepada sang istri dan menyebabkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi diantara mereka. Selain itu, dia tetap ingin menunjukkan kesan baik pada Kirana sehingga ketika nantinya dia membongkar identitas aslinya kepada istrinya tersebut, istrinya tetap bisa menerimanya tanpa ada rasa kemarahan terhadapnya. Namun, meskipun begitu keyakinannya kepada sang istri yang tidak akan murka kepadanya menjadi lebih besar. Sebab, melihat reaksi istrinya terhadap Mita, membuat Rayan berpikir bila istrinya bisa bersikap bijak. “Maksud Mas itu … nggak semua orang kaya itu tampil di depan publik dan malahan banyak yang milih untuk tidak mau diekspos atau malah menyendiri. Jadinya … nggak banyak orang luar yang tahu tentang dia. Ya … mungkin hal itu juga menjadi salah satu keputusan yang diambil oleh mereka demi melindungi pr
Rayan memejamkan mata selama beberapa detik dan akhirnya membuka mata. Kali ini dia tidak bisa menghindar dan dia tahu dia harus jujur pada istrinya. Maka, pria muda itu pun menjawab, “Kejutan, Sayang! Iya … ini memang saya lagi ada di lokasi yang sama dengan kamu.”“Yah, padahal tadi niatnya mau bikin kejutan dan nggak ngomong sama kamu sampai saya tiba di sana,” tambah Rayan sembari berulang kali menahan nafas karena takut istrinya tidak percaya atas penjelasannya. Namun, di luar dugaan, Kirana malah tertawa kecil menanggapi perkataan suaminya, “Ya Allah, Mas. Kamu ini kayak masih muda aja sampai bikin kejutan kayak gitu.”Rayan sungguh luar biasa lega mendengarnya. “Terus … Kamu memangnya berada di sebelah mana, Mas?” Kirana bertanya dengan dahi mengerut. Rayan juga tidak memiliki pilihan lain selain menjawab, “Di bagi yang selatan dan nggak terlalu jauh kok dari lokasi stan minimarket kamu.”Tetapi, kemudian Kirana berkata, “Eh, tapi kan tadi aku udah bilang kalau aku lagi ng
Febri tidak tahu apakah perkataannya menyinggung sang tuan muda tetapi pemuda itu tetap mencoba untuk jujur dengan menganggukkan kepalanya. Rupanya Rayan sama sekali tidak tersinggung dan malahan pria muda itu langsung menganggukkan kepalanya.Dia lalu memberantakkan rambutnya dan menepuk-nepuk wajahnya agar tidak terlalu terlihat bersih. Setelah dirinya yakin dengan penampilannya yang seperti Rayan yang merupakan seorang tukang sol sepatu dia pun segera pergi dari tenda itu. Dia tentu saja tidak mengizinkan siapapun mengikutinya dan bahkan dia mencari keberadaan Kirana sendirian.Saat dia melihat Kirana bersama dengan Tina dan Mita, pria itu pun tersenyum. Dia tidak bergegas mendekati istrinya dan hanya berdiri sambil mengamati istrinya yang masih terlihat asyik berbincang-bincang dengan adik sepupunya dan juga rekan kerjanya. Dia hanya ingin memberikan waktu pada istrinya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman. Namun, di saat dirinya sedang berdiri sambil men
Ketika mendengar Rayan membahas masalah kenaikan jabatan, wajah Bagas seketika memucat.Pria muda itu bahkan terlihat tiba-tiba saja menjadi gugup. Rayan tentu saya tahu mengenai kenaikan jabatan Bagas yang tertunda. Hal itu terjadi karena dirinya sedang mengevaluasi kinerja Bagas dan memang ditemukan bila pria muda itu memiliki kinerja yang tidak terlalu bagus sehingga dia harus kembali mengkaji ulang kenaikan jabatan yang sebelumnya hampir saja diterima oleh Bagas. “Kenapa? Apa perkataan saya salah? Atau kalau sudah menjadi asisten manajer itu sekarang tugasnya menjadi banyak tapi kamu meluangkan waktu untuk mengurusi urusan orang lain?” Rayan berkata dengan nada mendesak seolah memang sengaja menekan Bagas. Dengan gelagapan Bagas menjawab, “Mas. Kamu tuh cuman tukang sol sepatu. Mana ngerti masalah kenaikan jabatan dan soal tugas-tugas seorang karyawan di perusahaan besar kayak aku?”Pria muda itu menatap Rayan dengan tatapan yang sebenarnya seolah-olah sedang memberanikan diri
Rayan terdiam cukup lama dan tidak langsung menjawab pertanyaan dari mertuanya itu.Tetapi, setelah dia berpikir masak-masak dia pun akhirnya berkata, “Ibu saya telah meninggal dan ayah saya sudah menikah lagi.”Herni mendengus saat mendengar jawaban menantunya itu, “Oh, pantesan jadi kamu itu anaknya nggak terlalu dianggap sama bapak kamu ya?”Rayan saat itu tersenyum dan Kirana khawatir bila perkataan kedua orang tuanya mungkin akan menyakitkan hati Rayan.Akan tetapi, di luar dugaannya Rayan malah dengan sangat tenang menjawab, “Begini saja. Dalam beberapa hari lagi saya akan mengundang ibu dan bapak ke acara keluarga besar saya.”Herni menaikkan alisnya, “Maksud kamu? Keluarga besar kamu akan menggelar acara dan kamu mengundang kami?”Rayan menganggukkan kepalanya dan jujur saja Kirana cukup bingung dengan ucapan suaminya karena dia sama sekali tidak mengerti tentang acara yang dimaksud oleh Rayan. “Sebenarnya acara itu seharusnya digelar beberapa bulan lagi, tapi … sepertinya sa
Kirana menatap ibu dan bapaknya secara bergantian dengan tatapan penuh kekecewaan. Bagaimana bisa mereka bersikap seperti itu kepada orang yang telah membantu mereka begitu banyak seolah suaminya itu bukanlah orang yang bertanggung jawab. Padahal kalau dipikir-pikir Rayan sama sekali tidak memiliki kewajiban yang penuh untuk benar-benar memberikan sejumlah uang kepada mereka. “Bapak dan Ibu untuk masalah itu tidak perlu khawatir. Karena saya … saat ini sudah membawakan uang tersebut,” kata Rayan.Parlan mendengus dengan tidak sabar, “Ya Itu kan untuk hari ini. Begitu kan? Lalu besok-besoknya gimana?”“Per hari kan? Kamu nggak bermaksud buat ngasih cuman satu kali dalam satu bulan gitu kan, Yan?” Herni menambahkan dengan alis berkerut seakan curiga kepada menantu laki-lakinya tersebut. Rayan dengan begitu sangat sabar menjawab, “Tidak, Bu.”Pria muda tampan itu pun kemudian mengambil sebuah amplop besar dari dalam saku jasnya yang Kirana tebak berisi sejumlah uang.Kirana cukup ter
Tidak ingin tensi di rumah itu menjadi menegang, Rayan pun cepat-cepat berkata, “Kirana, sudah ya!”“Mas. Tapi kan ….”Wanita itu melihat tatapan suaminya yang penuh permohonan sehingga dia pun terpaksa lagi-lagi harus membungkam mulutnya sendiri.Bagaimanapun juga pria yang berada di dekatnya itu adalah suami yang memiliki hak untuk membuat dirinya menurut kepadanya sehingga mau tidak mau dia pun mengangguk pada sang suami. Herni melihat kepatuhan putrinya terhadap Rayan dan langsung mendecakkan lidah, “Yah, bagus deh. Ternyata ada baiknya juga kamu menurut sama suami kamu.”Kirana tetap berusaha keras menahan dirinya agar tidak lagi terpancing dengan ucapan ibunya. Rayan pun tetap diam dan ketika dia hampir akan berbicara, Parlan menambahkan seakan mendukung ucapan istrinya, “Bagus memang. Mungkin Rayan ini bisa bikin kamu lebih hormat sama bapak ibu kamu.”Andai saja Kirana tidak menghormati Rayan, dia pasti sudah akan membalas ucapan kedua orang tuanya yang sangat menyakitkan it
Bukannya malah memperbaiki sikap mereka terhadap menantu laki-lakinya yang sudah terlalu banyak mereka hina, mereka tetap tidak mengubah sedikitpun sikap mereka.Parlan malah dengan tenangnya berkata, “Oalah, Kirana. Udah, Nduk. Kalau bermimpi itu jangan terlalu tinggi.”Kirana tercengang ketika mendengar perkataan bapaknya dan wanita muda itu hampir saja akan membalas. Namun rupanya bapaknya tersebut tidak terlalu peduli dengan balasan Kirana dan sekali lagi berujar penuh dengan nada penghinaan, “Kalau bukan hanya tukang sol sepatu, memangnya pengalaman yang lain apa? Tukang parkir maksud kamu?”“Yah Pak. Tukang parkir masih bagusan dikit, gimana kalau ternyata sebelumnya Rayan itu macam tukang angkut sampah?” Herni menanggapi perkataan suaminya. Kirana semakin tidak bisa berkata-kata lagi lantaran sudah tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang malah semakin menjadi-jadi. Wanita itu ingin sekali segera memberitahu kedua orang tuanya mengenai identitas asli sang suami, tapi
Tina pun akhirnya hanya bisa mendecak penuh sesal karena telah membuang-buang waktu berbicara dengan dua wanita bebal yang tidak bisa dinasehati. Menurutnya sesungguhnya kedua wanita itu sudah mengetahui apabila mereka berbuat salah, hanya saja mereka terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan. Oleh sebab itu keduanya seolah-olah merasa paling benar di depan dirimu. “Ya udahlah, hanya menghabiskan tenaga dan buang-buang waktu saja kok ngomong sama Mbak berdua ini,” kata Tina yang akhirnya meninggalkan mereka berdua karena tidak ingin terlibat lagi dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya.Sementara itu Kirana sudah naik ke dalam mobilnya bersama dengan suami dan saat ini sedang melakukan perjalanan menuju ke arah rumah kedua orang tuanya. “Ini masih siang, kira-kira mereka ada di rumah nggak ya, Mas?” ucap Kirana yang sebenarnya terlihat agak ragu-ragu. Rayan pun menjawab ucapan istrinya, “Mas nggak tahu. Atau mungkin mereka lagi ada di pasar? Kios merek
Pada akhirnya kedua wanita yang selalu mengusik Kirana itu tidak bisa lagi membantah apapun. Keduanya hanya diam saja dengan ekspresi bingung yang masih melekat di wajah mereka berdua.Fakta yang baru saja menampar mereka itu membuat keduanya tersadar bahwa di balik penampilan seseorang ataupun pekerjaan seseorang yang terlihat biasa saja ternyata tersimpan sebuah hal yang menakjubkan. Kadang kala sebuah kemewahan itu tidak bisa dilihat dengan mata saja. Itu persis seperti yang terjadi pada Kirana dan suaminya. Semua orang mengira keduanya memiliki kehidupan yang sederhana tetapi rupanya sang suami menyimpan rahasia yang besar. “Minimarket ini harganya pasti miliaran. Gila! Aku nggak nyangka kalau ternyata semuanya Mbak Kirana itu kaya raya!” ucap salah seorang karyawan yang menatap takjub pada Kirana dan Rayan yang mulai berjalan keluar dari area minimarket. Tina yang cukup dekat dengan Kirana saja akhir-akhir itu juga tidak mengerti tentang rahasia besar itu. Tetapi, menurutny
“Iya, katanya hari ini pembelinya juga udah datang kok,” kata seorang karyawan yang lain. Serin terlihat semakin penasaran, “Hah? Di mana orangnya?” Karyawan yang memberikan informasi itu hanya mengangkat bahu. Kirana sendiri tidak terlalu ingin tahu mengenai masalah itu karena kedatangannya ke minimarket itu di hari itu hanya untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Maka setelah dia selesai mengerjakan salah satu tugasnya, wanita itu segera menemui bosnya dan menyerahkan surat pengunduran diri tersebut. Setelah berbicara empat mata dengan sang manager, Kirana pergi keluar dan terkejut ketika melihat Rayan berjabat tangan dengan seorang yang dia ketahui sebagai pemilik minimarket itu. “Saya senang sekali berbisnis dengan Anda, Pak. Semoga Anda bisa mengembangkan minimarket ini dengan jauh lebih baik dan saya harap … Anda semakin sukses,” kata pemilik minimarket itu sembari tersenyum lebar. Selanjutnya Kirana melihat orang itu meninggalkan area itu dan membiarkan Rayan be
Serin tentu saja seperti biasanya mengangguk cepat, “Iyalah. Semua juga tahu kalau suami Mbak Kirana itu cuman seorang tukang sol sepatu. Ngapain pakai setelan jas kayak bos gitu?”“Ya kalau nggak bukan buat nutupin profesinya yang asli ya pasti karena cuman mau dibilang punya kerjaan yang bagus aja,” lanjut Serin.Vena terkikik mendengar ucapan temannya, “Lha iya, Mbak. Buat apa sih pakai berusaha untuk nutupin segala, Mbak Rana? Lagian nggak ada juga kok yang mempermasalahkan profesi suaminya Mbak Kirana.”Tina langsung berkaca pinggang menatap dua orang itu dengan begitu galak, “Duh, Mbak. Kalian ini kok repot banget sih ngurusin hidup orang. Yang tanya itu aku dan yang seharusnya jawab itu Mbak Kirana, bukan kalian. Aneh banget!”Vena dan Serin langsung saja tersinggung dengan ucapan Tina dan dua wanita itu segera ingin membalas, tetapi Tina yang tahu akan maksud mereka berdua cepat-cepat mendahului mereka dengan berkata, “Sudah, Mbak. Kita beresin di sebelah sana aja yuk. Biar ngg
Rayan sontak menoleh ke arah istrinya yang terlihat terkejut dengan perkataannya. Sesungguhnya dia sangat maklum dikarenakan istrinya pasti sedikit agak kebingungan tentang rencananya yang tiba-tiba.“Sayang, sebenarnya Mas mau memberi … uang sejumlah yang dulu Bapak minta,” jelas Rayan.Kirana menelan ludah dan tidak menyangka bila ternyata jawabannya seperti itu. Dia pikir Rayan ingin pergi ke rumah kedua orang tuanya dikarenakan memberitahu mereka tentang identitas rakyat yang sebenarnya. Sesungguhnya dia sama sekali tidak keberatan tetapi dia hanya berpikir jika sampai kedua orang tuanya mengetahui latar belakang Rayan yang asli, maka kemungkinan besar orang tuanya tersebut akan mencoba untuk memanfaatkan Rayan. Dia tidak ingin hal itu terjadi dan merasa telah cukup membuat Rayan kesusahan karena sikap kedua orang tuanya.“Mas pikir lebih baik Mas kasih uang itu untuk satu bulan sehingga Mas tidak perlu memikirkannya lagi,” jelas Rayan.Kirana langsung saja menanggapi, “Tapi,