Share

146. Sudah Selesai?

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rayan terdiam selama beberapa saat dan dirinya mulai berpikir untuk menyusun kata-kata yang akan diucapkan.

Hal itu terjadi lantaran dia tidak ingin bila dirinya salah berbicara kepada sang istri dan menyebabkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi diantara mereka.

Selain itu, dia tetap ingin menunjukkan kesan baik pada Kirana sehingga ketika nantinya dia membongkar identitas aslinya kepada istrinya tersebut, istrinya tetap bisa menerimanya tanpa ada rasa kemarahan terhadapnya.

Namun, meskipun begitu keyakinannya kepada sang istri yang tidak akan murka kepadanya menjadi lebih besar.

Sebab, melihat reaksi istrinya terhadap Mita, membuat Rayan berpikir bila istrinya bisa bersikap bijak.

“Maksud Mas itu … nggak semua orang kaya itu tampil di depan publik dan malahan banyak yang milih untuk tidak mau diekspos atau malah menyendiri. Jadinya … nggak banyak orang luar yang tahu tentang dia. Ya … mungkin hal itu juga menjadi salah satu keputusan yang diambil oleh mereka demi melindungi pr
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   147. Kejutan, Sayang!

    Rayan memejamkan mata selama beberapa detik dan akhirnya membuka mata. Kali ini dia tidak bisa menghindar dan dia tahu dia harus jujur pada istrinya. Maka, pria muda itu pun menjawab, “Kejutan, Sayang! Iya … ini memang saya lagi ada di lokasi yang sama dengan kamu.”“Yah, padahal tadi niatnya mau bikin kejutan dan nggak ngomong sama kamu sampai saya tiba di sana,” tambah Rayan sembari berulang kali menahan nafas karena takut istrinya tidak percaya atas penjelasannya. Namun, di luar dugaan, Kirana malah tertawa kecil menanggapi perkataan suaminya, “Ya Allah, Mas. Kamu ini kayak masih muda aja sampai bikin kejutan kayak gitu.”Rayan sungguh luar biasa lega mendengarnya. “Terus … Kamu memangnya berada di sebelah mana, Mas?” Kirana bertanya dengan dahi mengerut. Rayan juga tidak memiliki pilihan lain selain menjawab, “Di bagi yang selatan dan nggak terlalu jauh kok dari lokasi stan minimarket kamu.”Tetapi, kemudian Kirana berkata, “Eh, tapi kan tadi aku udah bilang kalau aku lagi ng

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   148. Kenapa Memangnya?

    Febri tidak tahu apakah perkataannya menyinggung sang tuan muda tetapi pemuda itu tetap mencoba untuk jujur dengan menganggukkan kepalanya. Rupanya Rayan sama sekali tidak tersinggung dan malahan pria muda itu langsung menganggukkan kepalanya.Dia lalu memberantakkan rambutnya dan menepuk-nepuk wajahnya agar tidak terlalu terlihat bersih. Setelah dirinya yakin dengan penampilannya yang seperti Rayan yang merupakan seorang tukang sol sepatu dia pun segera pergi dari tenda itu. Dia tentu saja tidak mengizinkan siapapun mengikutinya dan bahkan dia mencari keberadaan Kirana sendirian.Saat dia melihat Kirana bersama dengan Tina dan Mita, pria itu pun tersenyum. Dia tidak bergegas mendekati istrinya dan hanya berdiri sambil mengamati istrinya yang masih terlihat asyik berbincang-bincang dengan adik sepupunya dan juga rekan kerjanya. Dia hanya ingin memberikan waktu pada istrinya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman. Namun, di saat dirinya sedang berdiri sambil men

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   149. Perkataan Saya Salah?

    Ketika mendengar Rayan membahas masalah kenaikan jabatan, wajah Bagas seketika memucat.Pria muda itu bahkan terlihat tiba-tiba saja menjadi gugup. Rayan tentu saya tahu mengenai kenaikan jabatan Bagas yang tertunda. Hal itu terjadi karena dirinya sedang mengevaluasi kinerja Bagas dan memang ditemukan bila pria muda itu memiliki kinerja yang tidak terlalu bagus sehingga dia harus kembali mengkaji ulang kenaikan jabatan yang sebelumnya hampir saja diterima oleh Bagas. “Kenapa? Apa perkataan saya salah? Atau kalau sudah menjadi asisten manajer itu sekarang tugasnya menjadi banyak tapi kamu meluangkan waktu untuk mengurusi urusan orang lain?” Rayan berkata dengan nada mendesak seolah memang sengaja menekan Bagas. Dengan gelagapan Bagas menjawab, “Mas. Kamu tuh cuman tukang sol sepatu. Mana ngerti masalah kenaikan jabatan dan soal tugas-tugas seorang karyawan di perusahaan besar kayak aku?”Pria muda itu menatap Rayan dengan tatapan yang sebenarnya seolah-olah sedang memberanikan diri

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   150. Kejadian Tak Terduga

    Febri tentu saja mengerti arah pembicaraan itu dan dia pun juga tahu begitu banyak orang yang sangat penasaran dengan istri sang pewaris kerajaan bisnis keluarga Antara.Bukan hanya masalah identitas sang istri yang masih ditutupi dengan begitu sangat rapat sampai detik itu, tetapi juga masalah alasan seorang Rayan Antara menjatuhkan pilihan pada orang yang diperkirakan bukan berasal dari kalangan kelas atas.Hal itu menjadi sebuah berita yang cukup hangat lantaran tidak mungkin bagi seorang keluarga dari kalangan atas akan menyembunyikan berita tentang pernikahan seorang pewaris dari keluarga kaya raya. Di samping itu, alasan kuat para anggota keluarga Antara yang lain yang juga menutup mulutnya rapat-rapat membuat semua orang semakin menjadi penasaran. Akan tetapi, Febri yang tahu harus melakukan apapun hanya bisa menjawab, “Istri Pak Rayan Memang benar ada di sini tetapi aku ragu beliau akan langsung menghampirinya.”Danang langsung saja merasa kecewa tetapi dia menampik rasa kec

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   151. Tamu yang Tak Diundang

    Mendengar sejumlah uang yang telah disebutkan oleh Rayan itu, mata sang penjaga sontak melebar, “Serius, Mas?”Dia terlihat tidak percaya dan kemudian mulai menatap Rayan dengan tatapan curiga.Tetapi, Rayan tahu bila dirinya sedang dalam keadaan terdesak sehingga pria muda itu cepat-cepat merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu rupiah.Segera saja dia memberikan uang itu pada sang penjaga, “Saya bayar di depan.”Sang penjaga yang awalnya ragu itu pun langsung tersenyum lebar lalu menerima uang itu dengan mata berbinar, “Saya kira cuman bercanda aja loh ini.”Dia meneliti uang itu dan setelah yakin bahwa uang tersebut adalah uang yang asli dia pun mengangkat wajah dan menatap Rayan dengan tatapan luar biasa senang, “Satu juta dua ratus ribu rupiah. Ini ….”“Semuanya buat kamu tapi saya minta jika ada yang bertanya mengenai saya, jawab saja kamu nggak pernah lihat saya. Dan … untuk tas saya ini, akan diambil oleh orang saya sekitar 1 jam lagi.”Penjaga terseb

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   152. Arik Antara

    Wanita itu kemudian melirik ke arah dahi sang suami dimana keringat mulai menetes. Secara refleks dia pun kembali mengangkat tangannya untuk menyeka keringat tersebut.Tapi, sebelum dia bisa melakukan hal itu, Rayan kembali menghindar darinya dan berkata, “Jangan, Kirana!”Kirana mulai merasa ada sesuatu yang aneh dengan sang suami. Wanita itu pun menyipitkan mata dan berkata, “Aku cuman mau ngelap keringat kamu, Mas. Tapi … kalau kamu memang nggak mau ya sudah, Mas.”Dia kemudian menoleh ke arah lain seolah memang sengaja melakukannya. Rayan langsung tersadar dengan sikap istrinya yang tidak biasa itu. Sungguh Kirana begitu sangat jarang marah ataupun hanya sekedar merajuk. Wanita itu walaupun marah pasti selalu berhubungan dengan keputusan dirinya yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dirinya. Namun, kali ini dia tentu saja tahu istrinya sedang kesal terhadap sikapnya yang mungkin terlihat seperti tidak biasanya. “Kirana, saya … maafkan saya, saya tidak be

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   153. Penasaran?

    Mita tiba-tiba saja mengubah ekspresinya yang semula terlihat santai menjadi kesal. Gadis muda yang masih berusia belia itu pun berkata dengan nada sinis, “Memang kamu itu siapa sampai memintaku untuk memanggilmu dengan sebutan itu?” “Kamu-”“Kamu itu hanya orang luar yang kebetulan menjadi salah satu anggota keluarga Antara. Kamu itu nggak memiliki darah keluarga kami dan jangan sekalipun merasa seolah-olah kamu keturunan asli dari keluarga kami,” potong Mita yang kini terlihat begitu sangat terganggu. Arik mengepalkan tangannya dan merasa hampir saja akan meledak marah. Namun, saat ini situasi sedang tidak mendukungnya. Dia sedang berada di tempat umum dan akan sangat merugikan dirinya sendiri jika dia sampai terpancing emosi. Pria itu pun kemudian menatap Mita dengan tatapan benci dan gadis muda itu pun menyadari hal itu. Mita tersenyum miring pada Arik, “Menjadi anggota keluarga Antara dengan cara yang dilakukan oleh ibumu tidak akan mengubah apapun. Dan kamu tidak bisa memb

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   154. Bukan Kamu Pintar!

    Arik mencengkram tangannya sendiri seolah menahan diri agar benar-benar tidak sampai mencekik Mita akibat rasa amarah yang sedang menguasai dirinya. Andai saja saat ini mereka berdua sedang tidak berada di publik, dia pasti sudah benar-benar melakukan kekerasan pada Mita.Dia bersumpah gadis itu telah membuatnya luar biasa kesal dengan semua kata-kata yang dikeluarkan oleh mulut tajamnya. “Kenapa, Arik? Mengapa kamu … sangat penasaran dengan semua yang dikerjakan oleh Mas Rayan? Apa … kamu berpikir ingin menghancurkan dia lewat salah satu bisnis yang Mas Rayan miliki?” lanjut Mita kini dengan tatapan menohok. Arik terdiam selama beberapa saat tetapi kemudian pria itu mendesah dan berjalan mendekat ke arah Mita.Mita sama sekali tidak takut dan tetap berdiri di tempatnya karena dia yakin Arik tidak akan mungkin melukai dirinya di tempat di mana banyak orang mengawasi mereka.“Katamu kakak sepupu kamu itu hebat, lalu … mengapa seolah-olah dia merasa terusik dengan apa yang aku kerjak

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   218. Akhir

    Rayan terdiam cukup lama dan tidak langsung menjawab pertanyaan dari mertuanya itu.Tetapi, setelah dia berpikir masak-masak dia pun akhirnya berkata, “Ibu saya telah meninggal dan ayah saya sudah menikah lagi.”Herni mendengus saat mendengar jawaban menantunya itu, “Oh, pantesan jadi kamu itu anaknya nggak terlalu dianggap sama bapak kamu ya?”Rayan saat itu tersenyum dan Kirana khawatir bila perkataan kedua orang tuanya mungkin akan menyakitkan hati Rayan.Akan tetapi, di luar dugaannya Rayan malah dengan sangat tenang menjawab, “Begini saja. Dalam beberapa hari lagi saya akan mengundang ibu dan bapak ke acara keluarga besar saya.”Herni menaikkan alisnya, “Maksud kamu? Keluarga besar kamu akan menggelar acara dan kamu mengundang kami?”Rayan menganggukkan kepalanya dan jujur saja Kirana cukup bingung dengan ucapan suaminya karena dia sama sekali tidak mengerti tentang acara yang dimaksud oleh Rayan. “Sebenarnya acara itu seharusnya digelar beberapa bulan lagi, tapi … sepertinya sa

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   217. Terlalu Miskin?

    Kirana menatap ibu dan bapaknya secara bergantian dengan tatapan penuh kekecewaan. Bagaimana bisa mereka bersikap seperti itu kepada orang yang telah membantu mereka begitu banyak seolah suaminya itu bukanlah orang yang bertanggung jawab. Padahal kalau dipikir-pikir Rayan sama sekali tidak memiliki kewajiban yang penuh untuk benar-benar memberikan sejumlah uang kepada mereka. “Bapak dan Ibu untuk masalah itu tidak perlu khawatir. Karena saya … saat ini sudah membawakan uang tersebut,” kata Rayan.Parlan mendengus dengan tidak sabar, “Ya Itu kan untuk hari ini. Begitu kan? Lalu besok-besoknya gimana?”“Per hari kan? Kamu nggak bermaksud buat ngasih cuman satu kali dalam satu bulan gitu kan, Yan?” Herni menambahkan dengan alis berkerut seakan curiga kepada menantu laki-lakinya tersebut. Rayan dengan begitu sangat sabar menjawab, “Tidak, Bu.”Pria muda tampan itu pun kemudian mengambil sebuah amplop besar dari dalam saku jasnya yang Kirana tebak berisi sejumlah uang.Kirana cukup ter

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   216. Dengan Cara Apa?

    Tidak ingin tensi di rumah itu menjadi menegang, Rayan pun cepat-cepat berkata, “Kirana, sudah ya!”“Mas. Tapi kan ….”Wanita itu melihat tatapan suaminya yang penuh permohonan sehingga dia pun terpaksa lagi-lagi harus membungkam mulutnya sendiri.Bagaimanapun juga pria yang berada di dekatnya itu adalah suami yang memiliki hak untuk membuat dirinya menurut kepadanya sehingga mau tidak mau dia pun mengangguk pada sang suami. Herni melihat kepatuhan putrinya terhadap Rayan dan langsung mendecakkan lidah, “Yah, bagus deh. Ternyata ada baiknya juga kamu menurut sama suami kamu.”Kirana tetap berusaha keras menahan dirinya agar tidak lagi terpancing dengan ucapan ibunya. Rayan pun tetap diam dan ketika dia hampir akan berbicara, Parlan menambahkan seakan mendukung ucapan istrinya, “Bagus memang. Mungkin Rayan ini bisa bikin kamu lebih hormat sama bapak ibu kamu.”Andai saja Kirana tidak menghormati Rayan, dia pasti sudah akan membalas ucapan kedua orang tuanya yang sangat menyakitkan it

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   215. Bagaimana Bisa?

    Bukannya malah memperbaiki sikap mereka terhadap menantu laki-lakinya yang sudah terlalu banyak mereka hina, mereka tetap tidak mengubah sedikitpun sikap mereka.Parlan malah dengan tenangnya berkata, “Oalah, Kirana. Udah, Nduk. Kalau bermimpi itu jangan terlalu tinggi.”Kirana tercengang ketika mendengar perkataan bapaknya dan wanita muda itu hampir saja akan membalas. Namun rupanya bapaknya tersebut tidak terlalu peduli dengan balasan Kirana dan sekali lagi berujar penuh dengan nada penghinaan, “Kalau bukan hanya tukang sol sepatu, memangnya pengalaman yang lain apa? Tukang parkir maksud kamu?”“Yah Pak. Tukang parkir masih bagusan dikit, gimana kalau ternyata sebelumnya Rayan itu macam tukang angkut sampah?” Herni menanggapi perkataan suaminya. Kirana semakin tidak bisa berkata-kata lagi lantaran sudah tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang malah semakin menjadi-jadi. Wanita itu ingin sekali segera memberitahu kedua orang tuanya mengenai identitas asli sang suami, tapi

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   214. Hinaan Lain

    Tina pun akhirnya hanya bisa mendecak penuh sesal karena telah membuang-buang waktu berbicara dengan dua wanita bebal yang tidak bisa dinasehati. Menurutnya sesungguhnya kedua wanita itu sudah mengetahui apabila mereka berbuat salah, hanya saja mereka terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan. Oleh sebab itu keduanya seolah-olah merasa paling benar di depan dirimu. “Ya udahlah, hanya menghabiskan tenaga dan buang-buang waktu saja kok ngomong sama Mbak berdua ini,” kata Tina yang akhirnya meninggalkan mereka berdua karena tidak ingin terlibat lagi dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya.Sementara itu Kirana sudah naik ke dalam mobilnya bersama dengan suami dan saat ini sedang melakukan perjalanan menuju ke arah rumah kedua orang tuanya. “Ini masih siang, kira-kira mereka ada di rumah nggak ya, Mas?” ucap Kirana yang sebenarnya terlihat agak ragu-ragu. Rayan pun menjawab ucapan istrinya, “Mas nggak tahu. Atau mungkin mereka lagi ada di pasar? Kios merek

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   213. Tertampar!

    Pada akhirnya kedua wanita yang selalu mengusik Kirana itu tidak bisa lagi membantah apapun. Keduanya hanya diam saja dengan ekspresi bingung yang masih melekat di wajah mereka berdua.Fakta yang baru saja menampar mereka itu membuat keduanya tersadar bahwa di balik penampilan seseorang ataupun pekerjaan seseorang yang terlihat biasa saja ternyata tersimpan sebuah hal yang menakjubkan. Kadang kala sebuah kemewahan itu tidak bisa dilihat dengan mata saja. Itu persis seperti yang terjadi pada Kirana dan suaminya. Semua orang mengira keduanya memiliki kehidupan yang sederhana tetapi rupanya sang suami menyimpan rahasia yang besar. “Minimarket ini harganya pasti miliaran. Gila! Aku nggak nyangka kalau ternyata semuanya Mbak Kirana itu kaya raya!” ucap salah seorang karyawan yang menatap takjub pada Kirana dan Rayan yang mulai berjalan keluar dari area minimarket. Tina yang cukup dekat dengan Kirana saja akhir-akhir itu juga tidak mengerti tentang rahasia besar itu. Tetapi, menurutny

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   212. Pemilik Baru

    “Iya, katanya hari ini pembelinya juga udah datang kok,” kata seorang karyawan yang lain. Serin terlihat semakin penasaran, “Hah? Di mana orangnya?” Karyawan yang memberikan informasi itu hanya mengangkat bahu. Kirana sendiri tidak terlalu ingin tahu mengenai masalah itu karena kedatangannya ke minimarket itu di hari itu hanya untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Maka setelah dia selesai mengerjakan salah satu tugasnya, wanita itu segera menemui bosnya dan menyerahkan surat pengunduran diri tersebut. Setelah berbicara empat mata dengan sang manager, Kirana pergi keluar dan terkejut ketika melihat Rayan berjabat tangan dengan seorang yang dia ketahui sebagai pemilik minimarket itu. “Saya senang sekali berbisnis dengan Anda, Pak. Semoga Anda bisa mengembangkan minimarket ini dengan jauh lebih baik dan saya harap … Anda semakin sukses,” kata pemilik minimarket itu sembari tersenyum lebar. Selanjutnya Kirana melihat orang itu meninggalkan area itu dan membiarkan Rayan be

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   211. Dijual?

    Serin tentu saja seperti biasanya mengangguk cepat, “Iyalah. Semua juga tahu kalau suami Mbak Kirana itu cuman seorang tukang sol sepatu. Ngapain pakai setelan jas kayak bos gitu?”“Ya kalau nggak bukan buat nutupin profesinya yang asli ya pasti karena cuman mau dibilang punya kerjaan yang bagus aja,” lanjut Serin.Vena terkikik mendengar ucapan temannya, “Lha iya, Mbak. Buat apa sih pakai berusaha untuk nutupin segala, Mbak Rana? Lagian nggak ada juga kok yang mempermasalahkan profesi suaminya Mbak Kirana.”Tina langsung berkaca pinggang menatap dua orang itu dengan begitu galak, “Duh, Mbak. Kalian ini kok repot banget sih ngurusin hidup orang. Yang tanya itu aku dan yang seharusnya jawab itu Mbak Kirana, bukan kalian. Aneh banget!”Vena dan Serin langsung saja tersinggung dengan ucapan Tina dan dua wanita itu segera ingin membalas, tetapi Tina yang tahu akan maksud mereka berdua cepat-cepat mendahului mereka dengan berkata, “Sudah, Mbak. Kita beresin di sebelah sana aja yuk. Biar ngg

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   210. Bukan Pendendam

    Rayan sontak menoleh ke arah istrinya yang terlihat terkejut dengan perkataannya. Sesungguhnya dia sangat maklum dikarenakan istrinya pasti sedikit agak kebingungan tentang rencananya yang tiba-tiba.“Sayang, sebenarnya Mas mau memberi … uang sejumlah yang dulu Bapak minta,” jelas Rayan.Kirana menelan ludah dan tidak menyangka bila ternyata jawabannya seperti itu. Dia pikir Rayan ingin pergi ke rumah kedua orang tuanya dikarenakan memberitahu mereka tentang identitas rakyat yang sebenarnya. Sesungguhnya dia sama sekali tidak keberatan tetapi dia hanya berpikir jika sampai kedua orang tuanya mengetahui latar belakang Rayan yang asli, maka kemungkinan besar orang tuanya tersebut akan mencoba untuk memanfaatkan Rayan. Dia tidak ingin hal itu terjadi dan merasa telah cukup membuat Rayan kesusahan karena sikap kedua orang tuanya.“Mas pikir lebih baik Mas kasih uang itu untuk satu bulan sehingga Mas tidak perlu memikirkannya lagi,” jelas Rayan.Kirana langsung saja menanggapi, “Tapi,

DMCA.com Protection Status