Beranda / Rumah Tangga / Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa / Bab 6 - Penyesalan Mas Hendra

Share

Bab 6 - Penyesalan Mas Hendra

Penulis: Eka_Mom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 11:49:33

Aku tak peduli dengan sikap Mama Hendra yang acuh padaku. Toh aku tak pernah berbuat salah pada beliau. Yang ada malah anaknya yang sudah tega menghianatiku. Segera kubawa minuman yang sudah kami siapkan sedari tadi di dapur. 

"Biar kubantu sayang."

Tiba - tiba saja Mas Aldo sudah berada disampingku. Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Aku membawa nampan berisi gelas - gelas. Sedangkan Mas Aldo membawa mangkok berisi es buah. 

"Bagaimana jeng, apa pernikahan anak kita jadi dilakukan di hotel bintang lima?"

"Terserah mereka saja jeng. Kami sebagai orang tua hanya bisa menurut saja. Bagaimana Hendra, apa kamu ingin dirayakan di hotel bintang lima? Secara kamu anak mama satu - satunya."

"Jangan khawatir ma. Mas Hendra pasti setuju. Betulkan sayang? Lagipula pernikahan kita hanya terjadi sekali saja. Jadi aku ingin pesta pernikahan ini menjadi pesta pernikahan yang mewah."

"Terserah kalian saja. Aku hanya mengikuti saja. Maaf aku kedepan dulu untuk merokok. Kalian bicarakan saja semua persiapannya."

"Mas kok pergi sih. Bagaimana dengan acaranya mas? "

" Sudah biarkan saja, mungkin suamimu lelah karena baru pulang bekerja."

Kuletakkan nampan dan es buah ini di atas meja. Kulihat Mas Hendra pergi berlalu menuju ke teras rumah. Sepertinya dia tidak antusias dengan pesta pernikahan ini. Bukannya dia bahagia karena sudah menikah dengan Mbak Sari.

Teringat dulu Mas Hendra sangat mengagungkan Mbak Sari karena dia lebih cantik dan lebih sexy daripada aku. Bagaimana tidak cantik, ibu selalu memodali mbak Sari perawatan ke salon. Belum lagi skincarenya yang mahal itu.

Sedangkan aku, ibu hanya membelikanku bedak ala kadarnya sejak remaja. Aku meminta skincare seperti Mbak Sari malah ibu memarahiku dengan alasan tak mempunyai uang. Terkadang aku berfikir  sebenarnya anak kandung ibu itu aku atau Mbak Sari? 

Baru setelah aku mulai bekerja, aku bisa menabung untuk membeli skincare sendiri. Setidaknya wajahku bersih dan terlihat terawat.

Setelah meletakkan minuman itu,  aku mengajak Mas Aldo berkeliling di sekitar sini. Mas Aldo pun  menganggukan kepalanya tanda jika dia setuju degan usulanku. Namun dia meminta ijin mengambil tas yang tertinggal di atas. Aku pun menunggunya di luar rumah. 

Aku pun berjalan keluar dan melihat Mas Hendra sedang merokok di teras tumah. Mata kami saling bertemu. Bisa kulihat wajah kesedihan darinya. Namun aku tak peduli dan tak mau tahu.

Masih terbayang - bayang  di pikiranku bagaimana mereka bisa tega menghianatiku. Namun aku bersyukur, karena Tuhan menunjukan kebenarannya padaku. Aku mendapatkan laki - laki yang jauh lebih baik dari Mas Hendra.

Aku berjalan santai melewati pagar rumah dan menunggu Mas Aldo keluar. Tiba - tiba saja Mas Hendra mendekatiku. Aku langsung berpura - pura memainkan ponselku. Karena tak sedikitpun aku minat berbicara dengannya.

"Diva bagaimana kabarmu?"

"Alhamdulillah, aku sangat baik mas."

Aku terus saja memainkan ponselku. Berharap Mas Hendra segera pergi dari sini. Atau setidaknya Mas Aldo datang menghampiriku. Namun saat aku melihat ke arah pintu, belum ada tanda - tanda jika Mas Aldo datang.

"Maafkan aku yang dulu pernah menghianatimu. Aku mengira akan hidup bahagia dengan Sari. Tapi ternyata Sari tak pernah bisa menjadi istri yang baik. Setiap hari kerjaannya hanya shoping dan menghabiskan uangku saja. Dia tak pernah mengurusku dengan baik. Aku sungguh menyesal."

Aku menghembuskan nafasku pelan setelah mendengarkan ucapan Mas Hendra. Bisa - bisanya dia menjelekkan istrinya sendiri dihadapan orang lain, Bukannya sebaik - baiknya istri dan suami adalah saling  menjaga keburukannya sendiri - sendiri.

"Cukup mas, jangan kau jelekkan istrimu di hadapan orang lain. Itu sudah menjadi pilihanmu. Jadi terima saja baik dan buruknya istrimu itu."

"Aku tahu kamu kecewa padaku. Seandainya Sari dulu tak menggodaku, mungkin kita sekarang hidup bahagia."

"Tak ada yang perlu disesali. Karena semua ini sudah takdir. Jadi lebih baik kita jalani kehidupan kita masing - masing. Aku harap setelah ini, kita bersikap sewajarnya saja. Karena saat ini status kita hanya menjadi ipar."

Aku begitu emosi saat Mas Hendra mengatakan hal itu padaku. Untung saja Mas Aldo datang menghampiriku. Rasanya muak dan jengkel saat berbicara dengannya. 

"Sayang ada apa ? Mengapa wajahmu memerah?"

"Tidak apa - apa mas. Ayo kita jalan!"

"Mas Hendra aku keluar dulu ya. Mau jalan - jalan bersama suamiku. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kulihat tatapan sedih dari wajahnya. Entah apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka. Mengapa Mas Hendra bisa berbicara seperti itu. Apa dia tak bahagia dengan pernikahannya itu. Ah biar saja, toh bukan urusanku.

"Sayang apa dia mengganggumu?"

"Tidak mas, hanya mengobrol biasa saja."

"Sepertinya dia masih menyukaimu."

"Hmnn sepertinya suamiku cemburu nih?"

Kulihat wajah Mas Aldo berubah menjadi masam. Aku seketika tertawa melihatnya. Segera kugenggam tangannya dengan erat.

"Jangan khawatir, cintaku sudah mentok sama kamu mas."

Mas Aldo tersenyum kala mendengar ucapanku. Mas Aldo menggandengku erat seakan takut jika aku akan meninggalkannya. Mana mungkin aku bisa berpaling dari laki - laki setampan dan sebaik dia.

Sepanjang perjalanan, kami bercerita sembari menikmati suasana sore itu. Kami berjalan - jalan mengelilingi komplek perumahan ini.

Tiba - tiba saja ponsel Mas Aldo berbunyi. Mas aldo bergegas mengangkat panggilan telepon itu. Namun anehnya Mas Aldo langsung menjauhiku. Sebenarnya siapa yang meneleponnya? Kudekati Mas Aldo pelan - pelan. Sayup - sayup terdengar Mas Aldo sedang berbicara dengan seseorang.

"Halo Assalamualaikum ma. Ada apa ma meneleponku? Apa mama dan papa sudah balik ke Indonesia?"

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 7 - Kesombongan Mbak Sari

    "Sabar dong ma. Tinggal sebulan lagi ujian untuknya. Setelah itu aku akan membawanya kesana. Tolong mama mengerti keinginanku.""Ya... aku yakin dia akan lulus ujian ini ma. Aku harap mama bisa bersabar sedit lagi. Sudah dulu ya ma. Nanti kutelepon lagi. Aku tak mau rencanaku gagal."Segera aku berpura - pura bermain ponsel. Sebenarnya apa yang mas Aldo sembunyikan. Mas Aldo sedang menguji siapa. Lalu apa orang tua Mas Aldo sudah kembali kr Indonesia, setelah menjadi TKI di luar negeri?Teringat saat menikah dulu, keluarga Mas Aldo tak ada yang hadir. Mas Aldo beralasan jika kedua orangtuanya bekerja menjadi TKI diluar negeri. Karena kontrak kerja yang belum selesai, akhirnya mereka belum bisa pulang.Namun Mas Aldo beberapa kali melakukan video call dengan mamanya. Kulihat mamanya sangat cantik, dan papanya juga tampan. Entah mengapa mereka tak cocok menjadi seorang TKI. Bagaimana tidak, pakaian yang kulihat saat melakukan panggilan video call sangatlah mewah. Seperti bukan bekerja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 8 - Perkara Kue Brownies

    Seketika ibu merebut sisa brownies yang aku pegang dan membuangnya di lantai. Lebih dari itu, bahkan ibu menginjak sisa brownies itu. Tak terasa air mataku menetes melihatnya. Ibu rela membuang kue ini daripada kumakan. "Kau mau makan brownies ini? Tuh ambil kuenya. Itu hukumanmu karena kamu begitu lancang mencuri kue ini. Aku lebih ikhlas kue ini jatuh kelantai daripada kau makan."Kutatap ibuku dengan tatapan tajamku. Mas Aldo berusaha menenangkanku. Kuhampiri ibu yang sudah melahirkanku itu."Apa lihat - lihat. Sudah tahu kau tak akan mampu membeli kue ini, sok - sok an memakannya."Dengan geram kuambil tasku. Kuambil 5 lembar uang berwarna merah dan kulemparkan kewajah ibuku. Maafkan aku Ya Allah, bukan maksudku durhaka kepada ibuku ini. Tetapi hatiku sakit sekali, karena ibu sudah begitu melukai perasaanku."Siapa bilang Bu, aku tak bisa membelinya. Ambil uang ini Bu! Ambil!""Dasar anak kurang ajar, sini kau!""Ayo mas, kita pergi. Kita disini tak pernah dihargai. Yang ada kit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 9 - Voucher Makan Gratis

    "Mas kenapa kita berhenti disini?""Kita makanlah sayang. Bukannya tadi kamu lapar?""Tapi mas, ini restoran mahal. Lihat saja yang datang kesini, mereka orang kaya semuanya."Bagaimana aku tak khawatir, kulihat diparkiran motor hanya ada beberapa sepeda motor yang terparkir . Mungkin semua motor ini milik karyawan restoran ini. Sedangkan disana penuh terpampang mobil - mobil mewah yang terpakir. "Kamu tenang saja. Aku dapat voucher makan gratis disini. Sayang dong kalau tidak di gunakan.""Oh ya... wah beruntung sekali ya kita bisa makan direstoran mewah ini.""Tentu dong sayang, ya sudah kita masuk yuk."Mas Aldo melepaskan helm yang kupakai dan menghapus sisa air mataku yang jatuh tadi. Aku seketika tersenyum merasakan perhatian mas Aldo."Jangan menangis lagi ya. Aku tak bisa melihatmu begini."Aku pun mengangguk dan tersenyum ke arah Mas Aldo. Hanya dia yang bisa membuat hatiku tenang saat ini.Mas Aldo langsung menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam restoran ini. Tampak seor

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 10 - Perkara Mangga Muda

    "Mas, maafkan ibu ya. Seharusnya Mas Aldo jangan membaca pesan ini.""Ini sudah tak bisa dibiarkan sayang. Aku sudah cukup bersabar selama ini menerima hinaan ibumu. Waktunya kita tunjukan pada mereka, kalau mereka tak bisa lagi meremehkan kita.""Sudahlah mas, biarkan saja. Yang paling penting saat ini kan bagaimana perasaanku padamu. Apapun keadaan suamiku, aku akan menerimanya. Dan selamanya aku akan tetap mencintaimu.""Maafkan aku ya dek, belum bisa membahagiakanmu. Bahkan saat ini kita hanya tinggal di kontrakan yang sempit itu.""Asal tinggal bersamamu, dimanapun akan merasa nyaman mas.""Terimakasih ya sayang, sudah menerimaku apa adanya."Aku tersenyum dan langsung menggandeng lengan Mas Aldo. Mas Aldo mengajakku menunggu di depan, karena pelayan sedang membungkuskan makanan maish utuh. Tak lama kemudian datang beberapa pelayan membawakan banyak kotak berisi makanan. Aku sedikit terkejut karena mereka membawa kotak makanan yang tidak sedikit."Pak Aldo ini pesanannya," beber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 11a - Garis Dua

    Karena Mas Aldo merengek terus, dengan terpaksa aku membuatkan sambal rujak untuknya. Tapi tentunya dengan cabe yang sedikit. Aku tak mau perutnya sakit karena memakan sambal rujak yang pedas.Tak lama kemudian aku hidangkan mangga muda itu beserta sambal rujaknya. Kulihat matanya berbinar - binar seperti saat melihat rujak mangga itu.Mas Aldo langsung menyantapnya dengan lahap. Aku begitu sangat terkejut saat melihat Mas Aldo memakan mangga muda itu begitu lahapnya. Mas Aldo seperti tak merasakan asamnya mangga muda itu. Aku mencoba mencicipi sedikit mangga itu. Namun baru satu gigit, bahuku sudah berkedik karena rasanya sangat asam sekali. Astaga mengapa Mas Aldo sangat lahap memakannya. Kulihat raut wajah suamiku berubah bahagia setelah menyantap mangga muda itu. Aku hanya berharap semoga saja Mas Aldo tidak sakit perut setelah ini.Aku melanjutkan kegiatanku memasak yang sempat tertunda. Sedangkan Mas Aldo sudah beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 11b - Garis Dua

    Barang yang diberikan oleh perawat itu adalah sebuah alat tes kehamilan. Aku tak asing dengan benda itu karena aku pernah membelinya untuk temanku. Apakah aku hamil saat ini?Namun aku tak ingin berharap dulu sebelum semuanya terbukti. Aku juga tak merasakan tanda - tanda kehamilan seperti temanku dulu. Seperti mual di pagi hari dan mengidam makanan tertentu. Tiba - tiba saja dokter itu melontarkan pertanyaan padaku."Boleh saya bertanya, kapan terakhir ibu haid?""Hmnn sekitar satu bulan lalu dok. Memang apa hubungannya dengan haid saya dok. Kan yang sakit suami saya," aku di buat bingung dengan ucapan dokter itu."Suster tolong antar ibu ini ya, untuk diperiksa urine nya.""Baik dokter."Suster mengantarkanku menuju ke kamar mandi. Aku tahu jika dokter menyuruhku melakukan tes kehamilan. Akhirnya aku menurut saja. Siapa tahu memang aku sedang dalam keadaan hamil.Suster memberikanku wadah untuk tempat urineku. Aku menurut dan melakukan apa yang di suruh suster itu. Setelah melakuka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 1 - Suami Idaman

    "Assalamualaikum dek.""Waalaikumsalam mas."Kulihat Mas Aldo terlihat kelelahan karena sedari tadi pagi dia sudah bekerja sebagai ojek online. Aku bergegas membantunya melepaskan jaket yang melekat ditubuhnya. Kuhirup bau wangi dari tubuhnya. Terkadang aku heran, dia seharian di jalanan, namun tubuhnya tetap wangi. Aku saja pergi ke pasar beberapa jam, pulang - pulang sudah bau keringat. "Mas,mau mandi atau makan dulu?""Hmnn mau apa ya... makan kamu boleh gak?"Mas Aldo memainkan kedua matanya dan berhasil membuat aku tersipu malu. Mas Aldo tiba - tiba saja menggendong tubuhku dan membawaku ke tempat peraduan. Pernikahan kami baru berjalan 5 bulan. Awalnya tak sengaja aku memesan ojek padanya. Entah mengapa semakin hari hubungan kami semakin dekat. Mas Aldo setiap hari menjemput dan mengantarkanku bekerja. Karena perlakuannya itu, aku merasa nyaman saat berada di dekatnya.Saat itu hatiku sedang terluka karena calon suamiku telah direbut oleh kakak tiriku sendiri. Ibuku menikah ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 2 - Kedatangan Ibu dan Mbak Sari

    "Bukan begitu Bu, tumben ibu mau datang ke kontrakan rumahku ini.""Terserah kami dong, hanya tinggal di rumah kontrakan kumuh saja belagu."Aku hanya bisa menghela nafas panjang mendengar ucapan ibu. Daripada menimbulkan keributan, akhinya kusuruh mereka masuk ke dalam rumah. Aku tak ingin menimbulkan keributan dan akhirnya mengundang para tetangga untuk datang. Apalagi saat ini hari sudah mulai menginjak malam."Duh panas sekali sih kontrakanmu. Mana suamimu?""Mas Aldo masih makan Bu."Tiba - tiba Mas Aldo sudah berjalan menghampiri kami. Mas Aldo segera mencium punggung tangan ibuku. Itulah yang aku suka dari Mas Aldo, walau sering dicaci maki oleh ibu, namun dia tetap hormat padanya."Aldo, kamu mau siksa anak ibu. Kontrakan sempit dan panas seperti ini. Kamu juga Diva betah banget disini. Coba kalau kau dulu menerima lamaran Juragan Dimas, tentu hidupmu tak susah begini.""Maksud ibu menjadi istri ketiganya begitu. Ogah banget. Sudah tua tapi kelakuannya seperti itu. Sudahlah Bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 11b - Garis Dua

    Barang yang diberikan oleh perawat itu adalah sebuah alat tes kehamilan. Aku tak asing dengan benda itu karena aku pernah membelinya untuk temanku. Apakah aku hamil saat ini?Namun aku tak ingin berharap dulu sebelum semuanya terbukti. Aku juga tak merasakan tanda - tanda kehamilan seperti temanku dulu. Seperti mual di pagi hari dan mengidam makanan tertentu. Tiba - tiba saja dokter itu melontarkan pertanyaan padaku."Boleh saya bertanya, kapan terakhir ibu haid?""Hmnn sekitar satu bulan lalu dok. Memang apa hubungannya dengan haid saya dok. Kan yang sakit suami saya," aku di buat bingung dengan ucapan dokter itu."Suster tolong antar ibu ini ya, untuk diperiksa urine nya.""Baik dokter."Suster mengantarkanku menuju ke kamar mandi. Aku tahu jika dokter menyuruhku melakukan tes kehamilan. Akhirnya aku menurut saja. Siapa tahu memang aku sedang dalam keadaan hamil.Suster memberikanku wadah untuk tempat urineku. Aku menurut dan melakukan apa yang di suruh suster itu. Setelah melakuka

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 11a - Garis Dua

    Karena Mas Aldo merengek terus, dengan terpaksa aku membuatkan sambal rujak untuknya. Tapi tentunya dengan cabe yang sedikit. Aku tak mau perutnya sakit karena memakan sambal rujak yang pedas.Tak lama kemudian aku hidangkan mangga muda itu beserta sambal rujaknya. Kulihat matanya berbinar - binar seperti saat melihat rujak mangga itu.Mas Aldo langsung menyantapnya dengan lahap. Aku begitu sangat terkejut saat melihat Mas Aldo memakan mangga muda itu begitu lahapnya. Mas Aldo seperti tak merasakan asamnya mangga muda itu. Aku mencoba mencicipi sedikit mangga itu. Namun baru satu gigit, bahuku sudah berkedik karena rasanya sangat asam sekali. Astaga mengapa Mas Aldo sangat lahap memakannya. Kulihat raut wajah suamiku berubah bahagia setelah menyantap mangga muda itu. Aku hanya berharap semoga saja Mas Aldo tidak sakit perut setelah ini.Aku melanjutkan kegiatanku memasak yang sempat tertunda. Sedangkan Mas Aldo sudah beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk mem

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 10 - Perkara Mangga Muda

    "Mas, maafkan ibu ya. Seharusnya Mas Aldo jangan membaca pesan ini.""Ini sudah tak bisa dibiarkan sayang. Aku sudah cukup bersabar selama ini menerima hinaan ibumu. Waktunya kita tunjukan pada mereka, kalau mereka tak bisa lagi meremehkan kita.""Sudahlah mas, biarkan saja. Yang paling penting saat ini kan bagaimana perasaanku padamu. Apapun keadaan suamiku, aku akan menerimanya. Dan selamanya aku akan tetap mencintaimu.""Maafkan aku ya dek, belum bisa membahagiakanmu. Bahkan saat ini kita hanya tinggal di kontrakan yang sempit itu.""Asal tinggal bersamamu, dimanapun akan merasa nyaman mas.""Terimakasih ya sayang, sudah menerimaku apa adanya."Aku tersenyum dan langsung menggandeng lengan Mas Aldo. Mas Aldo mengajakku menunggu di depan, karena pelayan sedang membungkuskan makanan maish utuh. Tak lama kemudian datang beberapa pelayan membawakan banyak kotak berisi makanan. Aku sedikit terkejut karena mereka membawa kotak makanan yang tidak sedikit."Pak Aldo ini pesanannya," beber

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 9 - Voucher Makan Gratis

    "Mas kenapa kita berhenti disini?""Kita makanlah sayang. Bukannya tadi kamu lapar?""Tapi mas, ini restoran mahal. Lihat saja yang datang kesini, mereka orang kaya semuanya."Bagaimana aku tak khawatir, kulihat diparkiran motor hanya ada beberapa sepeda motor yang terparkir . Mungkin semua motor ini milik karyawan restoran ini. Sedangkan disana penuh terpampang mobil - mobil mewah yang terpakir. "Kamu tenang saja. Aku dapat voucher makan gratis disini. Sayang dong kalau tidak di gunakan.""Oh ya... wah beruntung sekali ya kita bisa makan direstoran mewah ini.""Tentu dong sayang, ya sudah kita masuk yuk."Mas Aldo melepaskan helm yang kupakai dan menghapus sisa air mataku yang jatuh tadi. Aku seketika tersenyum merasakan perhatian mas Aldo."Jangan menangis lagi ya. Aku tak bisa melihatmu begini."Aku pun mengangguk dan tersenyum ke arah Mas Aldo. Hanya dia yang bisa membuat hatiku tenang saat ini.Mas Aldo langsung menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam restoran ini. Tampak seor

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 8 - Perkara Kue Brownies

    Seketika ibu merebut sisa brownies yang aku pegang dan membuangnya di lantai. Lebih dari itu, bahkan ibu menginjak sisa brownies itu. Tak terasa air mataku menetes melihatnya. Ibu rela membuang kue ini daripada kumakan. "Kau mau makan brownies ini? Tuh ambil kuenya. Itu hukumanmu karena kamu begitu lancang mencuri kue ini. Aku lebih ikhlas kue ini jatuh kelantai daripada kau makan."Kutatap ibuku dengan tatapan tajamku. Mas Aldo berusaha menenangkanku. Kuhampiri ibu yang sudah melahirkanku itu."Apa lihat - lihat. Sudah tahu kau tak akan mampu membeli kue ini, sok - sok an memakannya."Dengan geram kuambil tasku. Kuambil 5 lembar uang berwarna merah dan kulemparkan kewajah ibuku. Maafkan aku Ya Allah, bukan maksudku durhaka kepada ibuku ini. Tetapi hatiku sakit sekali, karena ibu sudah begitu melukai perasaanku."Siapa bilang Bu, aku tak bisa membelinya. Ambil uang ini Bu! Ambil!""Dasar anak kurang ajar, sini kau!""Ayo mas, kita pergi. Kita disini tak pernah dihargai. Yang ada kit

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 7 - Kesombongan Mbak Sari

    "Sabar dong ma. Tinggal sebulan lagi ujian untuknya. Setelah itu aku akan membawanya kesana. Tolong mama mengerti keinginanku.""Ya... aku yakin dia akan lulus ujian ini ma. Aku harap mama bisa bersabar sedit lagi. Sudah dulu ya ma. Nanti kutelepon lagi. Aku tak mau rencanaku gagal."Segera aku berpura - pura bermain ponsel. Sebenarnya apa yang mas Aldo sembunyikan. Mas Aldo sedang menguji siapa. Lalu apa orang tua Mas Aldo sudah kembali kr Indonesia, setelah menjadi TKI di luar negeri?Teringat saat menikah dulu, keluarga Mas Aldo tak ada yang hadir. Mas Aldo beralasan jika kedua orangtuanya bekerja menjadi TKI diluar negeri. Karena kontrak kerja yang belum selesai, akhirnya mereka belum bisa pulang.Namun Mas Aldo beberapa kali melakukan video call dengan mamanya. Kulihat mamanya sangat cantik, dan papanya juga tampan. Entah mengapa mereka tak cocok menjadi seorang TKI. Bagaimana tidak, pakaian yang kulihat saat melakukan panggilan video call sangatlah mewah. Seperti bukan bekerja

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 6 - Penyesalan Mas Hendra

    Aku tak peduli dengan sikap Mama Hendra yang acuh padaku. Toh aku tak pernah berbuat salah pada beliau. Yang ada malah anaknya yang sudah tega menghianatiku. Segera kubawa minuman yang sudah kami siapkan sedari tadi di dapur. "Biar kubantu sayang."Tiba - tiba saja Mas Aldo sudah berada disampingku. Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Aku membawa nampan berisi gelas - gelas. Sedangkan Mas Aldo membawa mangkok berisi es buah. "Bagaimana jeng, apa pernikahan anak kita jadi dilakukan di hotel bintang lima?""Terserah mereka saja jeng. Kami sebagai orang tua hanya bisa menurut saja. Bagaimana Hendra, apa kamu ingin dirayakan di hotel bintang lima? Secara kamu anak mama satu - satunya.""Jangan khawatir ma. Mas Hendra pasti setuju. Betulkan sayang? Lagipula pernikahan kita hanya terjadi sekali saja. Jadi aku ingin pesta pernikahan ini menjadi pesta pernikahan yang mewah.""Terserah kalian saja. Aku hanya mengikuti saja. Maaf aku kedepan dulu untuk merokok. Kalian bicarakan saja sem

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 5 - Hanya Babu

    Aku tak menghiraukan tatapan tajam Mas Hendra. Aku mengajak Mas Aldo untuk segera masuk ke dalam rumah. Aku bergegas ke dapur untuk memberikan rendang itu pada ibuku."Bu ini rendangnya."Kulihat ibu begitu kerepotan menyiapkan hidangan untuk menyambut keluarga mas Hendra. Sedangkan kulihat Mbak Sari bersantai sembari memainkan ponselnya. "Kamu lama sekali datangnya. Lihatlah aku kerepotan menyiapkan semuanya.""Bu, bukannya ada mbak Sari disini. Kenapa tak minta tolong padanya.""Jangan asal bicara kamu. Sari tak biasa mengerjakan ini semua. Yang ada dapurku akan berantakan jika dia berada di sini."Sejenak aku teringat saat ada arisan keluarga dulu. Ibu meminta bantuan mbak Sari untuk mencuci piring. Namun yang ada semua piring ibu pecah, karena mbak Sari tak becus membawanya. Sejak saat itu, mbak Sari tak diijinkan ke dapur. Entah bagaimana dia melayani suaminya, jika dia tak terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga."Aldo kamu bantu istrimu di dapur! Ibu mau mandi dulu.""Baik Bu."

  • Suamiku Bukan Tukang Ojol Biasa   Bab 4 - Struk ATM di saku celana

    Ini kenapa angkanya banyak banget. Mulai kuhitung angka yang tertera pada struk ATM itu. Apa aku tak salah lihat. Dikertas itu tertera angka 23.547.165.175 . Itu artinya saldo ATM mas Aldo sudah puluhan milyar. Aku duduk termenung melihat tulisan di struk itu. Apa mungkin mesin ATM nya eror ya . Sebaiknya kusimpan kertas ini dan kutanyakan pada Mas Aldo nanti.Setelah semua pakaian sudah masuk ke mesin cuci, segera kuputar mesin itu. Dan berlanjut membersihkan rumah ini. Sejak aku menikah, Mas Aldo melarangku bekerja. Dia berjanji akan memenuhi semua kebutuhanku. Karena tugas seorang suami memberikan nafkah untuk istrinya.Akhirnya aku menyetujui perintah Mas Aldo. Karena bagaimanapun juga statusku sekarang adalah seorang istri. Jadi sudah kewajibanku untuk menuruti semua perintahnya. Mas Aldo pun menepati janjinya. Dia selalu memberikan nafkah yang cukup untukku.Kulihat jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Rendang sapi buatanku juga sudah matang. Kupindahkan ke dalam kotak dan ku s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status