Share

Bab 77. Pengakuan

last update Last Updated: 2024-12-13 06:55:28

Kini aku, Gita dan Vivian duduk di lapangan, melihat orang bermain basket. Tidak ada Adelio di sana.

Tapi aku masih heran dengan Zara yang tidak terkena hukuman, apa jangan-jangan Zara memiliki kekuatan?

"Lo nyadar nggak sih? Kalo Zara tuh terlihat santai aja," celetuk Vivian, mengingat kejadian kemarin.

"Iya juga, apalagi waktu itu bukannya Zara dapat surat panggilan ya? Pasti kena skors tuh," timpal Gita, setuju dengan Vivian.

Aku hanya diam, memperhatikan permainan basket begitu bagus. Sampai ada seorang cowok mendekat. Anak kelas 1, dia tadi sedang bermain.

Jika boleh jujur, aku capek dikejar cowok terus-terusan. Karena mereka terlalu brutal.

"Kak, coba tutup mata," pinta cowok rambut hitam lekat.

Aku mengernyitkan kening. "Kenapa emang?" tanyaku, mendongak menatapnya.

"Ikuti aja," kata cowok rambut hitam itu, aku tidak tau apa yang dia lakukan.

Sampai tanganku dipegangnya, menaruh sesuatu di mana mataku masih di tutup.

"Buka mata Kakak," perintah cowok rambut hitam, langs
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 78. Bazar Kuliner

    "Mau ngajak gue ke mana?" tanyaku ke Adelio, padahal baru pulang sekolah. Adelio sudah bersiap-siap, aku tidak tau. Apa yang dipikirkan olehnya. Aku sudah rapi dengan tas selempang, dan hodie couple dibelikan Adelio. Mengingat waktu itu, Adelio ingin memakainya denganku. "Kek jamet," gumamku, memutarkan tubuh. Bukannya senang, aku merasa ini terlihat alay. Namun, tidak apa-apa inisiatif Adelio sendiri. "Ranesya, udah belum?" tanya Adelio, mengetuk pintuku. "Udah kok!" seruku, menuju pintu, dan membukanya. Aku tersenyum lembut, di mana Adelio menggenggam tanganku. Seolah tidak ingin lepas dariku. "Lo cantik Ranesya," puji Adelio, mengusap kepalaku. Aku tersenyum samar. "Dih, dasar buaya! Gombalin gue lo," kataku, padahal udah mau terbang. "Mana ada gue buaya, lo doang gue sayang selama ini," sahut Adelio, dengan mode buaya darat. "Haha, bener aja? Terus Zara lo anggap apa?" ucapku, melirik Adelio dengan wajah masam. "Dia nggak ada dalam kamus gue, Zara cuma masa lalu," bala

    Last Updated : 2024-12-13
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 79. Membaca Puisi

    "Woam, pagi begini diganggu. Masih ngantuk."Aku mengusap mataku, berharap menghilangkan rasa kantuk melanda. Aku membuka pintu, terdapat Adelio tersenyum. Aku menyender di pintu. "Kenapa? Ini masih pagi banget loh, Adelio," balasku kesal. "Karena udah pagi, lo harus siap-siap," ucap Adelio, aku berbalik menghentakkan kaki. "Cepat ya! Kita bakal sarapan," teriak Adelio, menutup pintuku. "Iya Adelio," jawabku malas, masuk ke kamar mandi. Jam 5 pagi, yang benar saja. Adelio membangunkan ku sepagi ini. Aku memeluk diriku yang kedinginan. Aku melihat ada lilin candle light di sana, dan hanya tertinggal lampu remang-remang."Adelio?" panggilku, mendekatinya yang tersenyum manis. Sangat membuatku terkejut, Adelio berdiri mempersilakan aku duduk. Terus kursi panjang di mana? Hanya ada kursi bundar yang aku liat. "Kenapa? Sini rotinya, biar gue yang olesi," kata Adelio, melakukannya dengan baik. Adelio mengambil beberapa lembar, dan memberikannya kepadaku. "Adelio," panggilku, ke ar

    Last Updated : 2024-12-13
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 80. Mengajak jadi Selingkuhan

    "Liat? Lo tau siapa pemenangnya sekarang? Lo atau gue?" ledekku, menoleh ke Zara mengepalkan tangan. Aku tersenyum lebar, sudah bisa membuat Zara emosi. Belum lagi Adelio menghampiriku. Tanpa rasa malu, Adelio mengelusku di depan Pak Bobi. Terus anak kelas ini dianggap apa? Hanya nyamuk pasti. "Maaf Pak, mohon kasih restu aku dan Ranesya," kata Adelio, memutarkan tubuhnya. Pak Bobi tersenyum. "Jika kamu lebih baik bersama Ranesya, Bapak kasih restu. Semoga kamu bahagia sampai nikah," papar Pak Bobi mendukung. "Padahal udah nikah gue sama dia," gumamku, mendengar pekikan heboh seisi kelas. "Makasih Pak! Kalian harus doain gue juga ya?" teriak Adelio ke mereka semua. Tidak aku sangka, mereka semua menyahut dengan semangat. "Semoga kalian bisa sampe ke pelaminan.""Jangan lupa traktir Kak!""Woah, Ranesya nikah sama pentolan sekolah."Aku menggeleng saja, tingkah anak kelas seperti orang utan. Sementara, Zara panas sendiri, tiba-tiba saja berdiri, menarik rambutku. "Woyy, lo ken

    Last Updated : 2024-12-14
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 81. Bermain di Belakang

    "Lo mau masuk rumah sakit atau kuburan?" Adelio menatap sinis Elgar, langsung melepaskan pergelangan tanganku. "Maksud lo apa? Mau ngajak Ranesya selingkuh?" kata Adelio, menarik kerah Elgar. Elgar tersenyum lebar, seolah tidak merasa bersalah sama sekali. Aku sedikit menjauh dari perdebatan keduanya. "Kak, lo tau? Kak Ranesya pintar, nggak cocok sama lo yang bikin onar," balas Elgar, menyinggung Adelio. Aku meneguk ludah, apa ini namanya Elgar mencari perkara? Merasa hebat? Padahal Adelio memiliki kelebihan, hanya tingkahnya saja terlalu nakal. "Terus Ranesya cocok sama siapa?" tanya Adelio balik, menatap tajam Elgar. "Gue— "Sebelum Elgar melanjutkan perkataannya, Adelio membogem pipi Elgar. Bahkan, aku bisa merasakan emosi meledak Adelio. "Masih banyak kelebihan gue, asal lo tau! Lo malu pacaran sama gue, Ranesya?" tunjuk Adelio ke Elgar, beralih menoleh ke arahku. "Gue bangga punya lo, selalu ada saat gue butuh. Hem, buat lo Elgar jangan cari keributan. Lo pasti tau Adeli

    Last Updated : 2024-12-14
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 82. Butuh Bukti

    Aku terbangun di sofa, berjalan lesu ke kamar. Aku berkaca, melihat mataku kali ini bengkak, aku menghela napas berat. "Gue mau pulang ke rumah," kataku, membereskan semua pakaian yang aku punya. Niatnya, ingin bersekolah bareng Adelio. Mengingat kejadian kemarin, aku memilih untuk pulang. Setelah selesai, aku menatap sekeliling tempat. Di mana rumah ini adalah saksi bisu, perjuangan kami berdua. "Sialan! Gue benci sama lo Adelio," hardikku, mataku berkaca-kaca. Menelan ludah susah payah, berjalan menuju pintu keluar. Saat aku buka, ada Adelio menatapku. Adelio ingin memelukku, tapi aku menghalangi dengan tangan. "Lo nggak usah peluk gue, peluk aja Zara," sindirku sambil tersenyum miris. "Maksud lo apa?" tanya Adelio bingung, memijit pelipisnya. "Jangan sok polos deh loh?! Lo main belakang sama Zara kan? Adelio, lo benar-benar bajingan!" Aku mendorong Adelio, dengan dada naik turun. "Gue nggak main belakang sama Zara," tolak Adelio, tuduhan itu. Aku tertawa mengusap mataku

    Last Updated : 2024-12-14
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 83. Membalas Zara

    "Males banget sekolah, mana mata gue gini," ucapku, memegang kantong mata. Semalaman aku tidak bisa tidur, selain menangis aku juga melamun. Mengingat kenanganku bersama Adelio. "Yaudahlah, daripada gue Alfa lagi kan rugi." Aku menghampiri keluargaku, menyambut dengan baik. "Sini duduk samping Papa," pinta Papa Guntur, aku mengangguk lesu. Keluargaku saling melirik satu salah lain. Aku tidak tau, harus bagaimana lagi, aku seakan tertarik keluar nyawaku ini. "Nggak usah dipikirin ya?" kata Mama Cahaya, memberikan sebuah nasi goreng sosis. Jean mengangguk membenarkan. "Bener kata Mama, entar lo bareng gue aja ke sekolah," kata Jean, aku melirik tersenyum tipis. "Makan yang banyak sayang!" seru Papa Guntur, mengelus rambutku. Aku tersenyum lebar, melupakan sementara kejadian waktu itu. Aku sangat senang Papa Guntur perhatian denganku. Biasanya, Papa Guntur agak cuek kepadaku. Kini, Papa Guntur menunjukkan, kasih sayang aku inginkan. "Enak Ma!" pekikku, memakannya sampai belepot

    Last Updated : 2024-12-15
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 84. Bulshit

    "Ranesya, lo mau bareng kita nggak?" tawar Gita, saat depan parkiran. Aku menggeleng memilih mencari motor Jean, terdapat Adelio bersedekap dada. Aku berdecak menyadari, jika Adelio tidak puas mengangguku. Padahal buktinya saja belum ada. "Ranesya, lo beneran nggak mau maafin gue?" Adelio berdiri di depanku, memegang tanganku penuh permohonan. "Gue udah bilang, kalo lo udah dapat buktinya. Atas masalah perselingkuhan lo sama Zara. Gue bisa percaya sama lo, untuk sekarang hus," usirku, menarik tangan dengan kesal. "Mau cari di mana?" tanya Adelio prustasi. "Mana gue tau! Gue nggak butuh bacotan lo Adelio," ketusku, berdecak menunggu Jean begitu lama. Sampai Jean menghampiriku, menatap tajam Adelio ingin mendekatiku. "Jauh-jauh lo dari Ranesya," usir Jean, menyuruhku di belakangnya. "Jean, gue nggak salah," kata Adelio, memperhatikanku membuang muka. "Lo nggak perlu jelasin, jika bukti aja lo nggak ada Adelio," sindir Jean, menarikku ke motornya. Adelio menghadang motor Jean,

    Last Updated : 2024-12-15
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 85. Terbukti Selingkuh!

    "Dek, bareng gue aja ayok!" ajak Jean, sedang memakan sandwich-nya. Aku menggeleng, beralih ke Papa Guntur, dan Mama Cahaya. Mereka berdua, duduk berdekatan dengan romantis. Sementara aku bersampingan dengan Jean, bahkan kali ini Jean menuangkan susu untukku. "Apa aku boleh, bawa mobil?" harapku, menampilkan puppy eyes. Kedua orang tuaku menatap lamat, bahkan Jean menabok bibirku monyong sok imut. "Nggak usah Pa, entar nih anak bandel," hasut Jean, tersenyum menggoda. "Apaan sih Kak! Gue cuma pengen," kataku, menabok tangannya. Jean sangat menyebalkan. Padahal hari ini, aku ingin mengutit Zara. "Boleh sayang, pakai aja mobilnya," kata Papa Guntur, memberikan roti kepadaku. "Makasih Pa!" seruku, menjulurkan lidah ke Jean. "Kenapa Papa, biarin aja sih?" tanya Jean kesal.Papa Guntur terkekeh, menyadari Jean sangat posesif soal diriku. Mama Cahaya tersenyum lembut."Ranesya, udah gede. Dia juga mau pergi sendiri," tutur Papa Guntur, memberitahu Jean dengan baik. "Tetap aja Pa!

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 172. Akhir yang Bahagia

    Akhirnya tidak ada gangguan ketiga manusia itu, malam ini kami rencananya ingin makan bakso di tempat langganan. Di mana waktu itu ada banci, semoga sekarang nggak ada. Takutnya Adelio risih dengannya. "Baksonya satu Mang!" seru Adelio dengan mengangkat tangannya berbentuk V. Mamang bakso itu hanya mengangguk, aku sangat senang berada di sini. Walaupun capek siang tadi, kan malamnya bisa berduaan kembali. Dalam suasana malam yang dingin dengan bintang bertaburan. "Baksonya enak?" tanya Adelio mendongak menatapku. Aku mengangguk dengan senyum manis. "Enak banget! Juaranya bakso ini mah.""Iya atuh Neng! Palinh enak bakso saya pastinya," sahut Mamang bakso itu dengan senang. Aku dan Adelio hanya terkekeh kecil, tapi memang seenak itu. Apalagi aku jarang ke sini, jadinya sangat rindu ya. "Kalo gitu gratisin kita dong, kan udah dipuji," goda Adelio ke Mamang bakso. Seketika gelengan Mamang bakso terlihat, aku hanya terkekeh. Orang jualan kok minta gratisan dasar Adelio. "Nggak u

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 171. Telinga Memerah

    Perjalanan kali ini tidak ada halangan sama sekali dari tiga orang gila itu, bahkan ini di bandara dijemput oleh keluarga kami. Aku merasa senang, mereka semua berada sini termasuk Jean. Walau hanya beberapa hari, setidaknya lebih baik cepat pulang daripada semua akan terbongkar seiring waktu. "Kalian ini!" kesal Jean menabok Adelio. Sementara hidungku ditariknya, ihh kenapa dia ini. Sok jadi Kakak pula yang jahil idih. "Sakit dodol," balas Adelio menatap sinis Jean hanya terkekeh. "Elah men gitu doang mah nggak sakit," kata Jean cengengesan. Pada akhirnya, Adelio membalasnya lebih kuat. Di mana kami menertawakan Jean terkena getahnya. "Gue pelan loh, lo balasnya kayak mau bunuh gue," kesal Jean menjauhi Adelio memilih mendekati Mama Cahaya. "Makanya, lo jadi Abang tuh waras dikit. Gue baru pulang nyari perkara lo," sahutku menatapnya sinis. Tidak merasa bersalah, Jean hanya tersenyum lebar. Dih apaan banget nih orang, untung gue sabar ya. Sementara Bunda Delyna memberi kode

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 170. Pulang

    Malamnya aku merenung, apa besok pulang saja? Daripada mereka bertiga mengira melakukan hal lebih dari ini. Bagaimanapun, Zara dan Gracia mengetahui. Jika kami memesan satu ruang, walau satu kamar aku pasti sedikit menjauh tidurnya dari Adelio. "Setuju nggak, kalo kita pulang aja besok?" tanyaku ke Adelio yang sedang makan dengan tenang. Yap, setelah seharian mengobrol dan tidur. Kami tidak kemana-mana lagi, karena mengetahui ketiga manusia itu akan merusuh. Adelio mendongak dan tatapan kami bertemu. "Gue ngikut aja," balas Adelio tersenyum. Aku menghela napas panjang mengingat beberapa hari ini bukannya bahagia. Tapi banyak hal yang tidak diduga aku rasakan, belum lagi Ghifari bisa-bisanya menghampiriku ke Bali. "Yaudah, gue mau besok pulang. Nggak betah di sini," balasku kembali memakan udang goreng tepung. Enak banget asli, kayak masakan Mamaku hehe. Jadi rindu mereka apalagi Jean huhu. Setelah selesai makan, kami ke ruang santai untuk menonton televisi. Sebenarnya sangat

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 169. Berdua denganmu

    Pada akhirnya kami berada di pantai, menikmati hari berdua. Namun, itu tidak berjalan semestinya. Karena gangguan dari ketiga gila itu masih berlanjut, inipun aku ditarik Ghifari untuk pergi berdua."Gue bakal ngajak lo ke tempat yang indah di sini," paksa Ghifari dengan wajah memelas. Aku melirik Adelio yang kini dipegang dua orang sekaligus, siapa lagi kalo Zara dan Gracia. Mereka ini, astaga! Aku dan Adelio ingin berlibur saja susah, pasti ada masalah datang. "Lepasin nggak! Gue nggak mau Ghifari," kataku mengamuk di depan banyak orang melintas. "Ini lagi kalian berdua, apa nggak sadar? Gue tuh mau berdua sama Ranesya," ucap Adelio terdengar dingin. Aku menatap Adelio menarik paksa tangannya sampai jeratan dari dua manusia itu terlepas. Adelio mendekatiku berusaha melepaskan aku dari Ghifari yang tidak mau mengalah. "Seharusnya lo jangan deketin Ranesya, dia bakal jadi milik gue." Ghifari berkata percaya diri. Aku tertawa karena menyadari, jika Ghifari terlalu berlebihan.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 168. Couple Pink Strawberry

    Aku menguak sangat lebar merasakan kehangatan luar biasa, saat aku membuka mata terdapat Adelio terlelap. Aku tersenyum lembut mengelus pipinya, mataku melotot karena menyadari kami tidur bersama. "Eh? Kok bisa sih," gumamku memperhatikan sekitar. Menyadari jika kami berada di kamarku, kejadian malam tadi hanya dikejar Adelio dan saling bercanda. Oh ya! Tidak sengaja tertidur berdua. Huh, syukurlah kukira kami melakukan hal berlebihan. "Duh, jangan bangun ya," kataku melepaskan diri dari Adelio perlahan. Aku berdiri menatap wajah Adelio yang begitu menawan, apa tidak salah Tuhan memberikan Adelio kepadaku?Bahkan, banyak dari cewek-cewek mengejarnya. Walaupun tingkah nakalnya membuat guru kesal, tapi dia adalah suami terbaik untukku. "Masak apa ya?" gumamku menuju dapur. Apa aku masak nasi goreng saja ya? Pasti enak banget, tapikan nggak ada peralatannya. Huh! Yasudahlah, aku memilih menonton tv di mana suara teleponku begitu nyaring di kamar. "Ganggu banget, ini jam 7 loh,"

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 167. Salah Bicara

    Khusus hari ini, aku tidak ingin keluar karena takut bermasalah lagi dengan kedua makhluk gila itu. Membayangkan saja kejadian kemarin membuatku naik darah, huh! Apa aku buang saja ke lubang buaya sehingga tidak ingin merebut Adelio. "Lo kenapa sih remas remote itu kuat banget?" tanya Adelio menatapku bingung. Aku menggigit bibir bawah, saat melihatnya. Ya gimana lagi, aku masih sangat kesal tau!"Gapapa kok," jawabku seadanya dengan senyuman kecil. Kami berada di ruang santai menonton sebuah film romantis, adegannya begitu manis membuatku melayang. Tapi sesaat membayangkan tadi, moodku hancur seketika. Untungnya Adelio menyuapiku seperti sekarang. "Suka nggak?" tanya Adelio memberikanmu sebuah susu kotak. Aww, pagi-pagi sekali Adelio membawakan beberapa makanan entah dari mana. Aku yang baru bangun melihat Adelio tersenyum saat aku membuka mata, romantis bukan? "Ngelamun lagi?" kata Adelio membuatku tersadar. Aku hanya tersenyum kecil, memakan beberapa cemilan di atas meja.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 166. Kacau

    Malam harinya, aku dan Adelio ingin pergi kencan berdua. Namun, hal tidak diduga terjadi. Di mana Zara dan Gracia, berada di tempat yang sama dengan kami. Jujur aku kadang bingung, mereka ada di mana-mana. "Kenapa Ranesya?" tanya Adelio melihatku. Aku mendengus menatap lulus, di mana Adelio mengikuti mataku. "Loh, kenapa mereka ada di sini ya?" balas Adelio begitu bingung. Pake nanya lagi, ya aku juga nggak tau loh. Mereka seolah tau, kami akan pergi kemana sampai ke restoran ini sekalipun. Berusaha mengabaikan keduanya, aku menarik Adelio ke dalam. Duduk di meja yang cukup jauh dari Zara dan Gracia. "Bentar, kita pesan dulu," kata Adelio mengangkat tangan seketika pelayan datang menghampiri kami. Sebuah buku menu, aku memilih beberapa dan sebaliknya dilakukan hal sama dengan Adelio. Pelayan itu pergi, hanya kami berdua di sini yang lain sibuk dengan urusan mereka. "Gimana rasanya liburan sekarang? Seru nggak?" tanya Adelio menatapku begitu dalam. Aku mendongak memperhatika

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 165. Curiga

    Berusaha melupakan Zara dan Gracia, kami lebih memilih kepantai kembali berjemur di sana. Siapa sangka, orang yang tidak aku harapkan mendekati kami mana bajunya kurang bahan. "Adelio, lo makin ganteng aja," kata Gracia melirik tubuh Adelio tanpa baju. Dih, aku menaikkan satu alis merasa aneh dengan pemandangan di mana wajah Gracia memerah. Jijik sekali, apalagi tidak lepas matanya ke Adelio. Heh! Jangan gitu please, aku sangat cemburu sialan. "Gue emang ganteng, sekarang lo berdua pergi sana," usir Adelio menurunkan kacamata lalu menaikkan kembali. "Lo berdua mau jadi lonte atau apa? Bahannya terlalu kurang, mau godain siapa?" hina Adelio tanpa menoleh ke arah mereka berdua. Aku menahan tawa, siapa mengira. Jika Adelio akan berkata begitu tanpa peduli perasaan Zara maupun Gracia. "Buat godain lo," sahut Zara mendekati Adelio. Jujur menjijikan sekali, mereka tanpa malu tersenyum amat manis dan menggoda. Iuhh, untung aku berusaha kalem ya. "Najis tau nggak!" umpat Adelio mene

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status