Nata mengira, perang dingin yang dikibarkan sang istri Gea sudah tak berlaku semenjak dia memperlakukan wanita itu layaknya putri raja saat masa-masa tamu bulanannya datang.Namun rupanya pemikiran itu harus melenceng jauh dari kenyataan. Karena yang terjadi adalah Gea semakin membentangkan jarak dengan dirinya.Setiap kali Nata ingin mengobrol berdua, wanita itu pasti langsung ngacir pergi tanpa kata. Belum lagi jika dia berusaha mendekati sang istri, maka detik itu juga Gea akan mengomel dengan jurus terompet miliknya yang khas.Tanpa Gea sadari bahwa tingkahnya benar-benar membuat Nata uring-uringan tidak jelas selama beberapa hari terakhir.Tingkat kekeras kepalaan sang istri memang patut dia acungi jempol. Bahkan batu saja mungkin kalah kerasnya jika diadu dengan sifat Gea yang sialnya begitu menjengkalkan namun terlihat gemas secara bersamaan.Cinta benar-benar membuat Nata kehilangan kepintarannya.Dia yang selalu bisa membuat para karyawannya menciut dengan segala sikap otorit
Sesuatu telah terjadi di Baskara Group hari ini. Bagaimana tidak, predikat sebagai wanita judes dan galak yang disematkan untuk istri sang Direktur Utama, mendadak datang ke perusahaan dengan wajah yang berbeda.Senyum ramah nan mempesona, juga aura positif yang dipancarkannya membuat Gea mendadak menjadi perhatian hampir semua karyawan pagi itu.Belum lagi suara lembutnya ketika menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya, membuat para pria mengerjapkan mata lambat, seakan terhipnotis dengan sosoknya yang memukau.Sementara Gea sendiri, hanya tersenyum puas melihat betapa dahsyatnya efek yang dia timbulkan.Baru sehari tapi sudah begini. Bagaimana jika dia bersikap seperti ini setiap hari?Tak tanggung-tanggung, kini dia menjadi bahan perbincangan seisi kantor.Gea berjalan anggun menuju tempatnya bekerja dan di sana sudah ada Thania yang sedang merapihkan beberapa berkas yang tercecer di atas meja.Jika biasanya, Gea akan langsung merasa gondok tapi sekarang semua tampak berbeda.
Gea sedang mengecek beberapa email yang masuk saat Ayu -Manager Divisi Personalia- datang sambil membawa beberapa lembar kertas yang Gea ketahui berisi CV pelamar kerja."Pagi, Mbak Gea. Pagi, Mbak Thania," sapa Ayu dengan ramah seraya tak lupa tersenyum.Keduanya pun lalu menjawab kompak, "Pagi,""Ada yang bisa dibantu, Bu Ayu?" seperti biasa Gea akan menanyakan perihal keperluan orang-orang yang hendak menemui sang Direktur.Wanita yang diketahui berusia lebih dari 40 itu sontak menganggukkan kepala pelan, namun sarat akan ketegasan."Begini, Mbak Gea. Saya mau bertemu dengan Bapak Nata. Ingin menyerahkan CV calon pelamar yang akan melakukan interview hari ini,"Gea mengangguk paham. Dipandangnya Thania yang entah sedang mengerjakan apa, namun sepertinya terlihat sibuk."Kamu tetap di sini, saya sama Bu Ayu mau ke ruangan, Bapak dulu," titah Gea seraya beranjak berdiri."Baik, Mbak," Thania mengangguk mengerti.Setelah memastikan gadis bermata sipit itu anteng di tempat duduknya, Ge
Putra Pratama.Setelah melakukan perundingan dengan beberapa pihak, akhirnya pria dengan penuh kharisma itu resmi menjadi bagian dari Baskara Group. Meski sebenarnya Nata merasa keberatan, namun atas nama perusahaan dia terpaksa mengesampingkan egonya demi sebuah keprofesionalan.Belum ada seminggu Putra menjabat sebagai Kepala Divisi Personalia yang baru, sudah banyak yang penasaran dengan sosoknya yang sangat murah senyum.Bahkan saking penasarannya, para karyawan wanita secara terang-terangan berusaha mendekati pria itu, namun seperti yang sebelum-sebelumnya, Putra hanya akan menanggapinya dengan sebuah lengkungan manis di bibir.Setelah menemani Nata menghadiri meeting, Gea memutuskan pergi ke pantry untuk membuat minum karena mendadak dia merasa haus.Saat tangannya terulur ke laci atas hendak mengambil gelas, tiba-tiba saja dari arah belakang ada tangan lain yang terulur lalu mengambil alih tugas tersebut.Terkejut, Gea pun membalikan tubuhnya. Rupanya ada sosok Putra yang tenga
Dalam kurun waktu yang singkat, Gea dan Putra kini menjadi sangat dekat. Hubungan keduanya sudah seperti adik dan kakak sungguhan.Gea yang terkadang emosian dan mudah kesal, lalu Putra dengan sikap dewasanya di setiap kondisi apapun, namun memiliki sifat jahil yang luar biasa menjengkelkan. Benar-benar kolaborasi yang pas untuk menciptakan simulasi perang dunia ketiga.Namun sangat di sayangkan, hubungan keduanya yang terbilang cukup akrab, justru dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kegaduhan di lingkungan perusahaan.Beberapa orang menyebarkan berita yang tidak benar mengenai keduanya. Mulai dari digosipkan menjalin affair terlarang, sampai Gea yang disebut wanita gatel karena menggoda lelaki beristri padahal sudah bersuami.Semua rumor yang beredar benar-benar merugikan Gea dan semakin membuat wanita itu dibenci banyak pihak."Wah... Gak punya otak orang yang udah nyebarin berita hoax ini. Bisa-bisanya mereka bikin gosip murahan tentang lo,
Marah.Itulah yang kini tengah dirasakan oleh Nata. Namun karena tak ingin hubungannya dengan sang istri makin memburuk, jadilah dia berusaha menahan dirinya agar tak terlena dengan emosi sesaat.Sekarang, Nata hanya mampu mengambil tindakan halus untuk menekan agar rumor yang merugikan Gea dapat berangsur menghilang. Dan perlahan memulihkan kembali nama sang istri di mata publik.Sayang, lagi dan lagi. Gea salah mengartikan setiap tindakannya dan berpikir apa yang dia putuskan akan selalu merugikan Gea. Padahal kebenarannya bukan seperti itu.Mengatasi masalah secara terang-terangan sama sekali tidak mencerminkan sosok dirinya yang lebih suka menghancurkan secara perlahan namun mematikan.Terkesan pengecut memang, tapi begitulah cara Nata akan bertindak.Dan kini, dia harus kembali menghadapi kemarahan sang istri yang merasa tak terima karena selalu Thania yang dia ajak meeting di luar."Kamu gak bisa gitu dong, Mas! Aku lebih lama menduduki posisi sebagai sekretaris kamu, aku yang l
Gea duduk termenung dibalkon kamarnya yang langsung menampilkan langit malam tanpa dihiasi bintang-bintang juga bulan.Terlihat cuaca kali ini sedang tidak bersahabat, angin cukup kencang disertai gemuruh keras yang menandakan jika sebentar lagi akan turun hujan.Namun bukan karena itu Gea merasa gelisah, tetapi akibat suaminya yang tadi pagi pamit pergi ke Sumatra untuk meninjau kembali kantor cabang perusahaan yang belum rampung sempurna.Selain itu adanya sosok Thania yang mendampingi Nata disana semakin membuat otak Gea berpikiran yang tidak-tidak.Dia sangat takut akan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.Drama pertengkaran sebelum berangkat karena Gea yang ngotot ingin ikut, akhirnya berakhir dengan wanita itu yang mengalah. Dan melepas tidak rela kepergian sang suami beserta Thania.Tok tok tok...Pikiran Gea seketika teralihkan saat dia mendengar suara ketukan pintu kamarnya dari luar. Terlihat Lita berdiri diambang pintu lengkap dengan senyum khasnya yang tak
Setelah diperiksa oleh dokter yang dibawa langsung Ayah Baskara ke rumah, kini kondisi Nata sudah mulai membaik. Meski hanya merasa sedikit lemas dan pusing, namun Gea bersikeras melarang sang suami untuk pergi ke kantor. Selain karena kesehatannya yang belum pulih betul, dia juga takut Nata akan lupa waktu, mengingat pria itu yang sangat gila kerja.Sekarang, Gea tengah bersiap-siap berangkat ke kantor. Memoles bedak secara tipis-tipis di wajahnya lalu mewarnai bibir dengan lipstik berwarna nude yang biasa dia gunakan.Tepat setelah Gea menyelasaikan sesi make up nya, tiba-tiba sepasang lengan kekar membelit pinggangnya yang ramping, disusul dengan beban tumpuan dagu seseorang.Gea melirik ke arah cermin dimana bayangan Nata yang sedang memeluknya dari belakang dengan kedua mata terpejam. "Mau kemana?" tanya Nata dengan suara yang serak.Tanpa melirik, Gea kembali sibuk melanjutkan aktifitas merapikan pakaiannya, sekedar memastikan, "Mau ngantor lah. Ya kali secantik ini mau tampil