Setelah menghadapi drama kemacetan di Jakarta, akhirnya mobil yang dikendarai Baskara sampai di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal.Seusai mendapatkan informasi mengenai letak ruangan pasien atas nama Adinata Baskara, Gea yang menggenggam erat tangan Lita bergegas mengikuti langkah kaki sang Ayah mertua.Tepat di ujung lorong kanan, ketiganya melihat sosok Dion tengah duduk termangu seorang diri di kursi tunggu, sedangkan di sampingnya pintu ruang UGD tertutup rapat."Yon, gimana keadaan Mamas kamu?" Lita segera mencengkram erat kedua lengan sang anak begitu dia tiba di sana.Namun ada yang tidak beres. Dion hanya melirik sang Bunda tapi tak kunjung membuka suara. Sesekali pria itu akan menghela napas berat seakan dia sedang kesulitan bernapas saat ini.Melihat tak ada respon apalagi ditambah mata Dion yang memerah seperti menahan tangis, semakin membuat hati Lita meraung pilu, "Yon, jangan diem aja. Bunda tanya gimana keadaan Nata?! Gimana keadaan Mamas kamu?!"Tetap. Dio
Pagi-pagi sekali Dion diminta Dokter Ryon untuk datang ke ruangannya dikarenakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan berdua saja.Dengan ditemani dua gelas kopi hitam, keduanya mulai saling membuka suara."Kamu gak kangen sama Papa?" tanya Ryon memulai percakapan.Meletakkan kembali cangkir kopi ke atas meja setelah menyesapnya sedikit, Dion menggelengkan kepala ringan lalu berceletuk, "Waktu aku terlalu berharga kalau dihabiskan cuma buat ngangenin Papa Ryon," Mendengar itu, sontak pria paruh baya yang berprofesi sebagai dokter tersebut berdecak kesal, "Sombong banget, mentang-mentang udah jadi GM,""Gimana hasil pemeriksaan Mas Nata, Pa?" Dion segera mengubah topik pembicaraan. Karena memang niatnya menemui Ryon untuk mengetahui secara detail kondisi dari Mamasnya saat ini.Mengambil napas panjang, Ryon bergerak menyandarkan kepalanya pada punggung sofa, "Jika dalam beberapa hari ke depan kondisi Nata semakin memburuk, maka harus dilakukan tindakan Trakeostomi secepatnya," jelasnya
Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan kondisi Nata dinyatakan stabil. Akhirnya Ryon memutuskan bahwa pagi ini, Nata sudah bisa melakukan operasi.Dengan dibantu beberapa Dokter dan Perawat, semua yang bertanggung jawab atas berlangsungnya operasi tersebut mulai melakukan tugasnya dengan baik.Waktu selesai operasi yang tak bisa ditentukan, membuat seluruh anggota keluarga hanya bisa menunggu dengan sabar.Namun lain halnya dengan Dion, karena tak tahan melihat pintu ruang operasi yang terus tertutup rapat, dia memutuskan untuk pergi dari sana.Menelusuri lorong rumah sakit dan mengamati orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya tak cukup mengobati kegelisahan hati serta pikirannya yang terlalu kacau.Berjalan terus tanpa tujuan hingga berakhir membawanya pada taman rumah sakit yang cukup luas.Saat ini isi kepalanya terisi oleh banyak hal. Dan Dion benar-benar benci ketika dia dipaksa berpikir keras.Mencoba meresapi sinar mentari pagi yang terasa hangat menyentuh pe
Operasi yang memakan waktu sekitar satu jam lamanya akhirnya berjalan dengan lancar.Kini, Nata sudah dipindahkan ke ruang rawat. Hanya tinggal menunggu kondisi pria itu pulih lalu membuka kedua matanya.Meski kesehatannya mulai stabil, namun demi mencegah hal-hal yang tak diinginkan kembali terjadi, Nata tetap harus berteman dengan selang oksigen. Tapi itu tidak menjadi masalah, karena yang terpenting sekarang mereka bisa melihat kondisi Nata secara langsung tanpa terhalang pintu ruangan.Sejak dipindahkan pagi tadi sampai menjelang siang, Lita tak kunjung beranjak dari sisi sang putra. Hanya duduk diam mengamati di samping brankar sambil sesekali mengusap lembut surai Nata dengan sayang.Sedangkan, di sudut ruangan tampak Gea dan Dion duduk bersebelahan di sofa dengan pandangan tertuju ke arah ibu dan anak tersebut.Melihat bentuk kasih sayang yang diberikan Lita kepada anak pertamanya begitu besar, membuat Gea sempat bertanya-tanya, "Lo gak iri?" Melirik singkat, Dion memberikan
Suasana ruangan Nata terasa sangat sunyi. Meski ada seluruh anggota keluarga, namun entah kenapa terasa sangat berbeda.Belum lagi sikap Nata yang membuat Lita merasa khawatir. Pasalnya dari pagi hingga menjelang malam, pria itu hanya duduk diam bersandar pada kepala ranjang dengan pandangan terus tertuju ke arah luar jendela yang berhadapan langsung dengan taman rumah sakit.Selain itu keputusan Nata yang setuju untuk berpisah sudah terdengar di semua telinga keluarga Baskara. Itu sebabnya, Gea tidak ada di rumah sakit karena wanita itu yang langsung memutuskan pulang ke rumah orang tuanya di Bekasi, dengan alasan rindu kampung halaman.Tentunya pihak keluarga Baskara tak melarang niat Gea tersebut. Dion bahkan dengan khusus meminta sopir pribadi mereka untuk mengantar Gea pulang dan memastikan wanita itu baik-baik saja sampai tujuan."Bun," panggilan pelan Nata seketika mencuri atensi seluruh anggota keluarga.Sedangkan Lita yang tengah bermain ponsel langsung menyingkirkan benda pi
Byurr...Gea yang sedang minum air putih, seketika menyemburkan kembali apa yang sudah masuk ke dalam mulutnya, ketika dia membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh Dion beberapa menit yang lalu.Adek Ipar Laknat :Mbak, Mas Nata kritis.Pesan yang begitu singkat itu, seketika berhasil menghancurkan ketenangan jiwa Gea dalam sekejap.Tangan yang semula menggenggam erat gelas menjadi gemetar membuat benda itu hampir terlepas. Untung saja kesadaran Gea yang sempat menghilang perlahan kembali, sehingga dia segera bergegas masuk ke dalam kamar.Masih dengan pakaian rumahan dan hanya dilapisi jaket, Gea kemudian pergi keluar rumah untuk menunggu taksi online yang sempat dia pesan sebelumnya.Hari sudah menjelang sore dan tanpa sempat berpamitan dengan kedua orang tuanya yang masih berada di kebun, Gea langsung berangkat menuju rumah sakit.Berbarengan dengan jamnya orang pulang bekerja, membuat perjalanan memakan waktu yang lama akibat terjebak macet.Selama di dalam mobil, Gea terus menan
"Baik, Pak. Terimakasih atas bantuannya, maaf sudah merepotkan," setelah menyelesaikan panggilan telepon, Nata segera memasukan ponsel ke dalam saku celana lalu masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu balkon.Pagi ini, mentari tampak bersembunyi malu-malu di balik awan hitam, membuat para penghuni bumi malas untuk beranjak dari posisi nyaman mereka. Belum lagi, rintik-rintik gerimis yang mulai menyentuh tanah, semakin menambah keyakinan untuk menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di rumah.Menyandarkan tubuh pada tembok, Nata melipat kedua lengannya di depan dada dengan pandangan lurus tertuju ke arah ranjang, dimana Gea sedang duduk tenang sambil memangku sepiring penuh potongan buah pisang pemberian Lita.Sebuah tawa kecil lolos begitu saja dari bibir Nata, ketika dia melihat sang istri tampak begitu serius menyaksikan acara televisi namun mulutnya tidak mau berhenti mengunyah.Puas hanya dengan memperhatikan, perlahan Nata berjalan menghampiri lalu dengan lembut merebut pirin
Tanpa terasa kini usia kehamilan Gea sudah memasuki empat bulan. Setiap harinya ada saja tingkah laku wanita hamil itu yang tak biasa dan tentunya menguras emosi, jiwa serta raga.Namun, karena tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada sang calon buah hati, jadilah semua orang hanya bisa menurutinya tanpa berani menolak.Sudah 1 bulan lebih Nata mulai kembali aktif bekerja di Baskara Group, sedangkan Gea dengan kondisinya yang tengah berbadan dua, langsung dipaksa berhenti oleh sang suami. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Nata akan bersusah payah untuk membangunkan sang istri yang kini malas bangun lebih awal.Berdiri di depan cermin sambil memasang dasi, Nata membangunkan sang istri yang masih bergelung di dalam selimut tebal dengan cara memanggilnya berulang kali."Gea, bangun. Sebentar lagi, Mas mau berangkat,"Karena tak kunjung mendapat respon, Nata memilih untuk berjalan menghampiri lalu menyibak sedikit selimut tersebut sehingga menampilkan wajah polos Gea yang masih terlelap.Di