Operasi yang memakan waktu sekitar satu jam lamanya akhirnya berjalan dengan lancar.Kini, Nata sudah dipindahkan ke ruang rawat. Hanya tinggal menunggu kondisi pria itu pulih lalu membuka kedua matanya.Meski kesehatannya mulai stabil, namun demi mencegah hal-hal yang tak diinginkan kembali terjadi, Nata tetap harus berteman dengan selang oksigen. Tapi itu tidak menjadi masalah, karena yang terpenting sekarang mereka bisa melihat kondisi Nata secara langsung tanpa terhalang pintu ruangan.Sejak dipindahkan pagi tadi sampai menjelang siang, Lita tak kunjung beranjak dari sisi sang putra. Hanya duduk diam mengamati di samping brankar sambil sesekali mengusap lembut surai Nata dengan sayang.Sedangkan, di sudut ruangan tampak Gea dan Dion duduk bersebelahan di sofa dengan pandangan tertuju ke arah ibu dan anak tersebut.Melihat bentuk kasih sayang yang diberikan Lita kepada anak pertamanya begitu besar, membuat Gea sempat bertanya-tanya, "Lo gak iri?" Melirik singkat, Dion memberikan
Suasana ruangan Nata terasa sangat sunyi. Meski ada seluruh anggota keluarga, namun entah kenapa terasa sangat berbeda.Belum lagi sikap Nata yang membuat Lita merasa khawatir. Pasalnya dari pagi hingga menjelang malam, pria itu hanya duduk diam bersandar pada kepala ranjang dengan pandangan terus tertuju ke arah luar jendela yang berhadapan langsung dengan taman rumah sakit.Selain itu keputusan Nata yang setuju untuk berpisah sudah terdengar di semua telinga keluarga Baskara. Itu sebabnya, Gea tidak ada di rumah sakit karena wanita itu yang langsung memutuskan pulang ke rumah orang tuanya di Bekasi, dengan alasan rindu kampung halaman.Tentunya pihak keluarga Baskara tak melarang niat Gea tersebut. Dion bahkan dengan khusus meminta sopir pribadi mereka untuk mengantar Gea pulang dan memastikan wanita itu baik-baik saja sampai tujuan."Bun," panggilan pelan Nata seketika mencuri atensi seluruh anggota keluarga.Sedangkan Lita yang tengah bermain ponsel langsung menyingkirkan benda pi
Byurr...Gea yang sedang minum air putih, seketika menyemburkan kembali apa yang sudah masuk ke dalam mulutnya, ketika dia membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh Dion beberapa menit yang lalu.Adek Ipar Laknat :Mbak, Mas Nata kritis.Pesan yang begitu singkat itu, seketika berhasil menghancurkan ketenangan jiwa Gea dalam sekejap.Tangan yang semula menggenggam erat gelas menjadi gemetar membuat benda itu hampir terlepas. Untung saja kesadaran Gea yang sempat menghilang perlahan kembali, sehingga dia segera bergegas masuk ke dalam kamar.Masih dengan pakaian rumahan dan hanya dilapisi jaket, Gea kemudian pergi keluar rumah untuk menunggu taksi online yang sempat dia pesan sebelumnya.Hari sudah menjelang sore dan tanpa sempat berpamitan dengan kedua orang tuanya yang masih berada di kebun, Gea langsung berangkat menuju rumah sakit.Berbarengan dengan jamnya orang pulang bekerja, membuat perjalanan memakan waktu yang lama akibat terjebak macet.Selama di dalam mobil, Gea terus menan
"Baik, Pak. Terimakasih atas bantuannya, maaf sudah merepotkan," setelah menyelesaikan panggilan telepon, Nata segera memasukan ponsel ke dalam saku celana lalu masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu balkon.Pagi ini, mentari tampak bersembunyi malu-malu di balik awan hitam, membuat para penghuni bumi malas untuk beranjak dari posisi nyaman mereka. Belum lagi, rintik-rintik gerimis yang mulai menyentuh tanah, semakin menambah keyakinan untuk menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di rumah.Menyandarkan tubuh pada tembok, Nata melipat kedua lengannya di depan dada dengan pandangan lurus tertuju ke arah ranjang, dimana Gea sedang duduk tenang sambil memangku sepiring penuh potongan buah pisang pemberian Lita.Sebuah tawa kecil lolos begitu saja dari bibir Nata, ketika dia melihat sang istri tampak begitu serius menyaksikan acara televisi namun mulutnya tidak mau berhenti mengunyah.Puas hanya dengan memperhatikan, perlahan Nata berjalan menghampiri lalu dengan lembut merebut pirin
Tanpa terasa kini usia kehamilan Gea sudah memasuki empat bulan. Setiap harinya ada saja tingkah laku wanita hamil itu yang tak biasa dan tentunya menguras emosi, jiwa serta raga.Namun, karena tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada sang calon buah hati, jadilah semua orang hanya bisa menurutinya tanpa berani menolak.Sudah 1 bulan lebih Nata mulai kembali aktif bekerja di Baskara Group, sedangkan Gea dengan kondisinya yang tengah berbadan dua, langsung dipaksa berhenti oleh sang suami. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Nata akan bersusah payah untuk membangunkan sang istri yang kini malas bangun lebih awal.Berdiri di depan cermin sambil memasang dasi, Nata membangunkan sang istri yang masih bergelung di dalam selimut tebal dengan cara memanggilnya berulang kali."Gea, bangun. Sebentar lagi, Mas mau berangkat,"Karena tak kunjung mendapat respon, Nata memilih untuk berjalan menghampiri lalu menyibak sedikit selimut tersebut sehingga menampilkan wajah polos Gea yang masih terlelap.Di
Hari-hari Nata kini seketika berubah penuh warna. Jika sebelumnya, alur kehidupan yang dia jalani hanya itu-itu saja, sekarang berganti menjadi tidak biasa.Di tambah kehadiran sang calon buah hati di dalam perut sang istri, semakin membuat Nata merasa bahagia juga waspada.Bagaimana tidak. Semenjak dinyatakan hamil, ada saja tingkah wanita itu yang membuat semua orang geleng-geleng kepala. Dan dalam konteks ini, Dion lah yang selalu menjadi korban ketidak warasan sang istri.Seperti yang terjadi sekarang. Dion yang merasa lelah luar biasa seusai bertempur dengan tumpukan berkas, juga dibantai habis-habisan oleh keganasan para klien yang banyak permintaan, dipaksa untuk bersikap biasa saja tatkala kakak ipar tersayangnya dengan tak berdosa mencabuti bulu kakinya yang memang lebat satu persatu.Dengan dalih mengidam, Gea merengek bahkan terkesan memaksa untuk membersihkan bulu kaki Dion yang menurutnya tidak rapi.Padahal dalam hati, pria itu sudah menduga jika istri dari Mamasnya t
Sejak beberapa jam yang lalu setelah memasuki ruangan, Nata tak henti-hentinya mengawasi gerak-gerik sang istri yang sangat mencurigakan.Meski wanita itu hanya duduk menyilang kan kaki di sofa dengan pandangan mata yang fokus pada layar ponsel, namun entah kenapa, Nata merasa Gea tengah merencanakan sesuatu. Pasalnya, selama dia mengenal sang istri tak pernah sekali pun dia melihat Gea tampil seberani ini dengan pakaian yang bisa dibilang dapat mengundang kaum para pejantan seketika kehilangan kewarasan."Pak?" "Ya?" Nata seketika tersadar dari kegiatannya memperhatikan sang istri saat mendengar seruan dari sang sekretaris.Ditatapnya David dengan alis terangkat seakan tengah bertanya, membuat pria itu meringis kecil karena rupanya Nata tak mendengarkan apa yang dia ucapkan barusan."Satu jam lagi, Bapak ada meeting dengan Divisi Marketing, Divisi Keuangan juga Staff yang bekerja di lapangan, untuk membahas progres mengenai pembangunan Cottage serta Bungalow yang berada Lombok,""S
Sekitar pukul 2 dini hari, Gea tiba-tiba terbangun dikarenakan perutnya yang mendadak terasa mulas. Dengan gerakan hati-hati, dia berusaha bangun dari posisi berbaringnya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Sesekali ringisan kecil keluar dari bibir Gea sembari tangannya terus melakukan gerakan memutar mengelus perut. Demi meminimalisir rasa tidak nyaman tersebut, Gea dengan teratur menarik napas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan.Namun tiap detik berlalu, bukannya berkurang rasa mulas itu justru semakin terasa. Tak tahan, Gea akhirnya beranjak turun dari atas ranjang kemudian melangkah pelan menuju kamar mandi.Selang beberapa menit, Nata yang tengah tertidur pulas, seketika terkejut karena tak mendapati sang istri berada di sampingnya. "Gea? Kamu dimana?" Rasa kantuk yang sebelumnya mendominasi, langsung sirna tergantikan dengan rasa panik yang datang menyerang. Saat samar telinganya mendengar suara gemericik air, Nata bergegas bangkit berdiri lalu mengetuk